Mohon tunggu...
Vidya Mardalena
Vidya Mardalena Mohon Tunggu... -

Calon pemenang UN dan SNMPTN produksi kelas IPA 2013

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Ilmu Berubah Fungsi

18 September 2012   03:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:19 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kebanyakan orang tua selalu berpesan begini kepada anaknya, "Nak, rajin-rajin belajar, perhatiin guru yang menjelaskan, biar dapat nilai bagus!"

Kata yang dicetak tebal itu memang sederhana. Pesan yang disampaikan orang tua kepada anak memang mempunyai tujuan yang positif. Namun, siapa sangka pesan itu menjadi sugesti yang berakibat negatif pada pola pikir anak. Mengapa?

Sekarang, segala sesuatu diukur dengan nilai. Barangsiapa yang mendapat nilai bagus, maka dia adalah orang yang pintar. Menurut pengamatan saya, 90% murid sekolah berpendapat bahwa nilai yang bagus adalah jaminan untuk masa depan. Kita bisa melihat realitas bahwa murid dengan nilai UN tinggi bisa masuk ke sekolah favorit atau mendapatkan beasiswa. Pendapat yang seperti ini pula yang kemudian membuat banyak siswa menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang bagus tersebut. Salah satu trik yang sangat umum adalah MENCONTEK.

Jadi, kita tidak usah heran dengan berita-berita mencontek massal yang sering diberitakan setiap musim UN. Jangan heran pula ketika ada seorang ibu yang didemo oleh tetangganya gara-gara dia melaporkan kasus mencontek massal di sekolahnya. Tidak usah heran juga dengan berita seorang anak SMA yang gantung diri gara-gara tidak lulus UN.  Semua itu sebenarnya berawal dari pesan sederhana yang tercantum di awal tulisan ini.

Terkadang, nilai juga berlaku tidak adil kepada banyak orang. Ketika pengumuman kelulusan saya waktu SMP, saya menjagokan beberapa teman saya yang memang pintar dalam bidang akademik untuk mendapatkan peringkat 10 besar UN tertinggi di sekolah. Ternyata perkiraan saya meleset. Dari 10 siswa yang menjadi 10 besar, 5 di antaranya adalah siswa yang sama sekali tidak dijagokan. Orang-orang boleh berpikiran positif kalau dia belajar lebih rajin atau beribadah lebih giat. Nyatanya orang-orang itu malah membanggakan diri bahwa mereka dapat nilai tinggi dengan mengandalkan kunci jawaban UN yang disebarkan pihak-pihak lain. Salah seorang teman yang saya jagokan menangis ketika itu, dia bilang, "Gue udah jujur, kenapa gue malah ngga mendapat nilai setinggi itu? Dengan nilai gini doang gue ga bisa masuk SMA itu. Tau gini gue juga lihat kunci!"

Baru-baru ini saya juga mengalaminya. Menjelang ulangan biologi, saya belajar habis-habisan karena kemampuan saya dalam biologi memang sangat kurang. Namun, saya hanya berhasil mendapatkan nilai 70. Tetapi, betapa terkejutnya saya ketika guru saya mengumumkan nilai biologi teman-teman saya. Banyak di antara mereka yang berhasil mendapatkan nilai 100, padahal mereka bahkan tidak terlalu memperhatikan materi yang diajarkan guru. Akhirnya saya tahu kalau mereka mendapatkan bocoran soal dari anak kelas lain yang sudah ulangan.

Sungguh miris melihat kenyataan ini. Sekolah yang seharusnya menjadi ajang untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya malah menjadi ajang untuk menyia-nyiakan uang orang tua. Pikiran murid yang ingin pergi sekolah sekarang bukannya untuk mendapat ilmu, tetapi untuk mendapat nilai tinggi.

Karena itulah, saya, yang masih duduk di bangku sekolah, ingin menyampaikan kepada Bapak/Ibu guru sekalian untuk lebih memperdalam esensi "Bagaimana cara menerapkan ilmu yang disampaikan agar ilmu itu tidak sia-sia?" bukan malah menyampaikan "Bagaimana cara kamu belajar untuk mendapatkan nilai 100?".  Nilai memang salah satu cara untuk mengukur kemampuan, tetapi jangan terlalu dijadikan beban dan tujuan utama untuk para siswa.

Kutipan-kutipan favorit saya:

“I failed in some subjects in exam, but my friend passed in all. Now he is an engineer in Microsoft and I am the owner of Microsoft.”

“I studied every thing but never topped.... But today the toppers of the best universities are my employees”
― Bill Gates

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun