"Kesendirian tidak membuat kita merasa kesepian. Kesepian adalah mengetahui bahwa ada orang lain, masyarakat, dan komunitas di sekitar kita, namun merasa benar-benar dikecualikan oleh mereka."
Alfred Adler berpendapat bahwa manusia adalah mahluk individual yang dimotivasikan oleh dorongan-dorongan sosial yang sudah dibawa sejak lahir. Adler menjadi pelopor dalam psikologi perkembangan yang mengemukakan teori bahwa kesadaran (consiusness) merupakan bagian yang penting dalam kepribadian (personality). Teori Adler yang bertentangan dengan Freud, terletak pada kesadaran individu yang berusaha memperbaiki kehidupannya dengan konsep bagaimana memahami seseorang yang bekerja keras dapat menjadi sukses, sedangkan bagi orang yang kurang bekerja keras dan tidak sukses merupakan tanggung jawab mereka dalam membuat kesalahan memilih.
Menurut Adler, manusia adalah mahluk sosial utama. Kebutuhan pemuasan seksual manusia hanya merupakan salah satu dari banyaknya kebutuhan dasar manusia, tergantung bagaimana manusia mengaturnya, merencanakannya dan melakukannya dalam aktifitas hidup sehari-hari. Konsep diri yang kreatif, mencari pengalaman-pengalaman yang akan membantu pemenuhan gaya hidup pribadi yang unik.
Teori filsafat Teleologi yang dikembangkan oleh alfred adler mengenai perasaan inferior ini berkaitan dengan ukuran nilai seseorang terhadap dirinya. Ukuran nilai yang dimaksudkan adalah perasaan bahwa seseorang tidak berharga, atau bahwa nilai dari dirinya hanya sebatas itu. Penafsiran terhadap diri kita itu bersifat subjektif.Â
Sedangkan, Menyadur American Psychological Association, inferiority complex atau kompleks inferioritas, adalah kondisi psikis yang timbul karena rasa ketidakcukupan atau insecure yang berasal dari kekurangan fisik atau psikologis aktual maupun yang dibayangkan. Dan, kompleks superioritas adalah sebuah gangguan dalam jiwa seseorang yang dilatar belakangi oleh keinginan untuk mencapai kesempurnaan di dalam setiap aspek kehidupan orang tersebut.Â
Penderitanya melakukan hal itu karena tidak ingin dipandang rendah oleh banyak orang, padahal belum tentu orang lain memikirkan hal yang sama. Seperti yang Adler katakan, perasaan inferior bisa menjadi pemicu bagi kerja keras dan pertumbuhan seseorang. Misalnya, kalau seseorang memiliki perasaan inferior berkenaan dengan pendidikannya, lalu memutuskan, Aku tidak punya pendidikan tinggi, jadi aku hanya perlu berusaha lebih keras dari yang lain, itulah arah yang diharapkan.Â
Kompleks inferioritas, di sisi lain, merujuk pada kondisi yang mulai menjadikan perasaan inferiornya sebagai alasan. Jadi, seseorang berpikir, Aku tidak punya pendidikan tinggi, jadi aku tidak bisa sukses, atau aku tidak tampan, jadi aku tidak bisa menikah.Â
Ketika seseorang bersikeras memakai logika "A adalah situasinya jadi B tidak bisa dilakukan dengan cara seperti itu dalam kehidupan sehari-hari, itu tidak bisa dikategorikan sebagai perasaan inferior. Itu adalah kompleks inferioritas. Ini hanya tentang takut melangkah ke depan; juga bahwa kau tidak mau mengambil upaya yang realistis.Â
Kau tidak ingin berubah sampai-sampai kau bersedia mengorbankan kesenangan mu saat ini. misalnya, waktu yang kau habiskan untuk bermain-main dan berkecimpung dengan hobimu. Dengan kata lain, kau tidak diperlengkapi dengan keberanian untuk mengubah gaya hidupmu. Akan lebih mudah jika keadaan tetap seperti apa adanya sekarang, sekalipun kau mungkin punya sedikit keluhan atau keterbatasan.
Bagaimana cara mengisi bagian yang hilang itu. Cara yang paling sehat adalah berupaya mengisinya lewat kerja keras dan pengembangan diri. Misalnya dengan mencurahkan perhatian pada studinya, terus-menerus berlatih atau lebih giat bekerja. Akan tetapi, orang-orang yang tidak diperlengkapi dengan keberanian pada akhirnya akan masuk ke kompleks inferioritas. Lagi-lagi, ini tentang berpikir, aku tidak punya pendidikan tinggi, jadi aku tidak bisa sukses. Dan ini menyiratkan kemampuanmu dengan menyatakan, "andai aku berpendidikan tinggi, aku bisa menjadi sangat sukses."Â