Mohon tunggu...
Yohannes Andre
Yohannes Andre Mohon Tunggu... -

Only Love

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nggebyah Uyah

10 Agustus 2012   21:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:58 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang raja marah besar! Beliau mengamuk bukan kepalang karena kakinya berdarah terkena tulang yang berserakan di jalan. Raja itu bersumpah tak akan membiarkan kakinya terluka karena hal yang sama untuk kedua kalinya.

Kemudian sang raja diobati oleh dokter pribadinya. Berdasar analisis dokter, kaki paduka raja tertusuk tulang harimau. Dokter itu melaporkan temuannya pada sang raja. Tentunya telah melewati uji porensik pemerintah.

Merasa tidak terima atas tulang sialan itu, tanpa pertimbangan panjang. Raja memerintahkan kepada perdana menterinya, yang pasti perdana menterinya saat itu bukan bernama Vladimir Putin.

Titahnya adalah, setiap jalan yang dilalui oleh raja, harus diberi karpet dari kulit harimau. Semua harimau diburu! Dibunuh! Diambil kulitnya. Agar supaya saat sang raja berjalan, kakinya tidak terluka lagi.

Kontan saja, perdana menteri yang mendengar titah raja geleng-geleng kepala, "Solusi sinting! Ratu ghemblung!" gumamnya dalam hati.

"Paduka, dari pada kita menyingkirkan semua harimau yang ada di hutan untuk diambil kulitnya, dan dijadikan karpet, supaya kaki paduka tidak terkena tulang lagi. Mbok ya o... paduka itu, kalau lagi hang out itu pakai sandal atau sepatu!"

"Masa' gara-gara kena tulang harimau saja, semua harimau dibunuh? Itu namanya nggebyah uyah alias dipukul rata semua, itu namanya ceroboh!"

Sang raja, mendengarkan solusi dari perdana menterinya yang sok njawani campur-campur kebarat-baratan itu.

Catatannya adalah, Salah-salah sendiri alih-alih koreksi diri... e... lha kok malah nyalah-nyalahin pihak lain. Itu namanya kebangeten... ya tho?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun