Sang raja marah besar! Beliau mengamuk bukan kepalang karena kakinya berdarah terkena tulang yang berserakan di jalan. Raja itu bersumpah tak akan membiarkan kakinya terluka karena hal yang sama untuk kedua kalinya.
Kemudian sang raja diobati oleh dokter pribadinya. Berdasar analisis dokter, kaki paduka raja tertusuk tulang harimau. Dokter itu melaporkan temuannya pada sang raja. Tentunya telah melewati uji porensik pemerintah.
Merasa tidak terima atas tulang sialan itu, tanpa pertimbangan panjang. Raja memerintahkan kepada perdana menterinya, yang pasti perdana menterinya saat itu bukan bernama Vladimir Putin.
Titahnya adalah, setiap jalan yang dilalui oleh raja, harus diberi karpet dari kulit harimau. Semua harimau diburu! Dibunuh! Diambil kulitnya. Agar supaya saat sang raja berjalan, kakinya tidak terluka lagi.
Kontan saja, perdana menteri yang mendengar titah raja geleng-geleng kepala, "Solusi sinting! Ratu ghemblung!" gumamnya dalam hati.
"Paduka, dari pada kita menyingkirkan semua harimau yang ada di hutan untuk diambil kulitnya, dan dijadikan karpet, supaya kaki paduka tidak terkena tulang lagi. Mbok ya o... paduka itu, kalau lagi hang out itu pakai sandal atau sepatu!"
"Masa' gara-gara kena tulang harimau saja, semua harimau dibunuh? Itu namanya nggebyah uyah alias dipukul rata semua, itu namanya ceroboh!"
Sang raja, mendengarkan solusi dari perdana menterinya yang sok njawani campur-campur kebarat-baratan itu.
Catatannya adalah, Salah-salah sendiri alih-alih koreksi diri... e... lha kok malah nyalah-nyalahin pihak lain. Itu namanya kebangeten... ya tho?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H