Mohon tunggu...
Yohanna Valentina Reva
Yohanna Valentina Reva Mohon Tunggu... Human Resources - Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia

Graduating as a Valedictorian has led Yohanna to develop her academic and non-academic study skills. Since beginning high school, Yohanna has already had a huge interest in education counseling and actively digs deeper by building a non-profit organization. She also tries to provide a connection between her leadership, communication, and public speaking skills in the field where she is always working.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kecenderungan Perasaan "Tertinggal" pada Remaja: Menggali Lebih dalam Makna dan Perspektif Ikigai

1 November 2023   10:10 Diperbarui: 1 November 2023   10:22 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh karena itu, diperlukan rasa saling menghargai agar dapat timbul rasa ‘cukup’ pada diri remaja. Perasaan ‘cukup’ yang ditanamkan pada diri sendiri akan mencegah remaja mengikuti trend yang tidak masuk akal di media sosial. Dengan menerima bahwa diri sendiri ‘cukup’ adanya dan orang lain pun sebaliknya, maka remaja dapat belajar menerima kondisi terbaiknya di situasi apapun. 

Selain itu, penerimaan yang cukup terhadap diri sendiri dapat memicu remaja memberikan kontribusi positif dalam kehidupan sosialnya. Pada akhirnya, diharapkan “segitiga emas” antara IKIGAI, aliran, dan kreativitas dapat terwujud. Artinya, IKIGAI berhubungan erat dengan menjaga keselarasan dengan lingkungan, dengan orang-orang di sekitar, dan masyarakat secara luas (Sari & Putri, 2020).

Pilar keempat, bersyukur dan kegembiraan akan hal-hal kecil. FoMO memicu remaja untuk melihat hal-hal yang tidak atau belum dimilikinya. Terdapat ketidakcocokan antara ekspektasi yang dimiliki dengan realitas. 

Oleh karena itu, remaja perlu belajar menghargai hal-hal kecil yang dimiliki dan diterimanya. Bersyukur merupakan sikap penting yang dapat membantu remaja menyadari nilai-nilai dalam hidup dan merasa terhubung dengan kebahagiaan. 

Rasa bersyukur dapat meningkatkan kesadaran remaja terhadap pertumbuhan diri dan koneksi dengan lingkungan. Apabila remaja mengembangakan rasa bersyukur terhadap kebahagiaan yang dirasakannya, maka remaja cenderung akan memelihara kebahagiaan tersebut atau bahkan mencari lebih banyak momen kebahagiaan disekitarnya. 

Dengan kata lain, bersyukur dapat mendorong remaja tidak takut mengalami rasa ‘tertinggal’ dari realitas kehidupan orang lain yang memang bukan sebagaimana mestinya mereka alami. Semakin remaja bersyukur, maka ia akan semakin terinspirasi untuk menjalani hidup yang sesuai dengan tujuan dan minat pribadinya.

Yang terakhir, pilar kelima, hadir di tempat dan waktu sekarang. Pilar kelima memiliki makna yang sama dengan mindfulness. Remaja dapat mengembangkan cara berpikir mindful melalui kebiasaan journaling dan meditasi. Mindfulness atau berada di sini kini membantu remaja merayakan hal-hal yang terjadi di dalam hidup. Pikiran dan perasaan yang terpusat pada kondisi saat ini akan meningkatkan kesadaran remaja terkait pentingnya waktu. 

Sifatnya yang terbatas dan tidak dapat dibeli oleh apapun menjadikan waktu sebagai hal yang patut dihargai dan digunakan sebaik-baiknya. Remaja dengan kesadaran penuh (mindful) akan mengkonstruksi pikirannya dengan hal-hal yang membuat dirinya berada di tempat dan waktu sekarang. Dengan begitu, remaja dapat lebih mampu mengelola ekspektasi dan kesadarannya secara utuh di setiap situasi yang dihadapi.

Fenomena FoMO tak dapat dipungkiri adalah kondisi ironis yang banyak menyebabkan remaja takut merasa ‘ditinggalkan’ oleh lingkungan sosialnya. Sebenarnya, ketakutan-ketakutan yang dialami remaja berasal dari ekspektasi (pikiran) dan standar yang ditetapkan diri sendiri, namun pada akhirnya tidak tercapai. 

Sayangnya, fakta yang terjadi menunjukkan jika ekspektasi dan standar tersebut terjadi pada orang lain sehingga orang lain dianggap lebih baik dan hidup sesuai dengan standar keinginan yang diinginkan oleh mereka. Pilar-pilar yang menjadi bagian dalam konsep hidup IKIGAI memang tidak secara eksplisit memaparkan mengenai pengaruh IKIGAI terhadap fenomena FoMO remaja. Namun, perspektif yang tepat terhadap IKIGAI dapat membantu remaja memiliki pikiran dan perasaan yang lebih positif dalam menjalani kehidupan.

Penanggulangan fenomena FoMO dengan konsep IKIGAI memang memerlukan waktu, perjalanan, refleksi diri yang mendalam, dan usaha individu itu sendiri. Oleh sebab itu, perubahan ekspektasi dan standar remaja harus menjadi kesadaran utama dalam tahap perkembangannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun