Mohon tunggu...
Yohan Mataubana
Yohan Mataubana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Mendesain Teater dan Mendesain Perasaanmu

4 Februari 2023   03:14 Diperbarui: 8 Februari 2023   07:03 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi hangat di saat Silvester Petara Hurit  berbicara mengenai desain Teater. Dokpri

Selain itu, Silvester Petara Hurit mengisahkan bagaimana dalam komunitas itu bisa hidup dengan teater. Silvester melihat bahwa teater di Timur, berbeda dengan teater di Jawa. Di Timur para seniman mengalami banyak keterbatasan. Silvester mengatakan bahwa banyak keterbatasan yang ia alami, mulai dari uang, peralatan lampu, kamera dan lain sebagainya. 

Tetapi  ada satu kekuatan di sana yakni kebersamaan. Silvester berkisah bahwa anggota di Nara Teater merupakan orang-orang yang datang dari berbagai kampung, ada yang harus mengendarai kapal selama 30 menit untuk bisa mengikuti Latihan, ada yang harus mengendarai motor dari tanjung selama kurang lebih 2 jam untuk bisa mengikuti latihan. Sehingga Silvester melihat bahwa ada rasa memiliki dalam komunitas.

Kata pak Sil "di tengah keterbatasan, teater harus hidup." Lebih lanjut, Silvester mengungkapkan bahwa Teater itu adalah tentang "memperlihatkan apa". Hal penting dari Teater adalah kerja sama. 

Di sini kita melihat sesuatu yang abstrak seperti, sedih, senang, keresahan-keresahan di sekitar lingkungan diangkat menjadi suatu pandangan baru, yang perlu dipertontonkan oleh masyarakat dengan tujuan untuk katarsis. Mengapa katarsis? Katarsis artinya pemurnian jiwa. Hadirnya Teater adalah untuk memperlihatkan dan menghantar orang pada kesadaran-kesadaran baru sebagai bentuk kepekaan akan situasi sekitar.

Akhirnya saya menyadari bahwa mendesain teater itu, selain mendesain keresahan dan kebersamaan untuk tujuan pemurnian. Tetapi juga mendesain perasaan saya untuk orang yang sedang peka membaca tulisan saya ini. (Yohan l) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun