Mohon tunggu...
Yohan Gelisah
Yohan Gelisah Mohon Tunggu... -

Seorang pengembara, mencatat semua kejadian yang dilihat dan dialami

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Polisi bersatu dengan preman

1 Januari 2013   15:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:40 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam yang sepi, menjelang pergantian Tahun, saya kebetulan sedang berkunjung ke rumah kerabat di Sunter Agung Perkasa.  Tanpa terasa jalanan di kompleks tersebut sudah mulai terasa sunyi senyap, mungkin telah banyak yang telah keluar kota berlibur dengan keluarga masing-masing.   Malam  yang sejuk, dan tiba-tiba saya terhenyak mendengar keramaian di depan satu rumah salah seorang warga di situ.

Dari mana pula orang-orang ini, muka-muka mereka kelihatan sangar dan kejam, badan yang kekar dan berkulit hitam dengan corak rambut yang khas dengan salah satu etnik di Indonesia Timur.  Mungkin mereka ini adalah polisi berpakaian preman sebab di situ juga ada dua polisi muda yang berpakaian lengkap dan salah satunya menyandang revolver laras pendek di pinggangnya.

Saya mendekat dengan perlahan, penasaran atas apa yang sedang terjadi, apa mungkin ada pencuri yang tertangkap basah.  Sewaktu saya mendekat saya melihat ada satu warga Cina yang sedang dipukuli oleh beberapa orang yang berbadan tegap dan berperawakan seperti orang Ambon atau Flores.  Mukanya tertutup dengan darahnya sendiri, dan dia mencoba bertahan dari bogem-bogem mentah yang terus dilayangkan oleh orang-orang di sekitarnya ke wajahnya secara bertubi-tubi.

Ini mungkin pencuri yang tertangkap basah sebab orang Cina itu dipukuli dibawah pengawasan polisi-polisi yang berpakaian lengkap dengan  mobil patrolinya.  Setelah beberapa lama dipukuli, dengan segala kehebohan, akhirnya orang Cina yang mukanya tertutup darahnya sendiri itu diangkut oleh dua orang polisi berseragam lengkap dengan mobil patroli mereka.

Saya mulai bertanya-tanya apa gerangan yang terjadi, dan kata satpam di sana, orang Cina itu salah satu warga di kompleks tapi telah menyinggung perasaan tetangganya yang kebetulan masih keluarga pengusaha diskotik Alexis di Ancol.  Jadi pengusaha itu melaporkan ke polisi dan mendatangkan belasan orang preman untuk memberikan pelajaran kepada orang Cina itu, dan katanya polisi-polisi itu juga orang-orang suruhan pengusaha tersebut.

Saya sendiri terkejut bukan main mendengar cerita itu sebab saya tidak menyangka kalau polisi masih bisa dibayar untuk membiarkan preman-preman tersebut menganiayai salah satu warga di kompleks itu dan tidak bertindak apa-apa.   Apakah dengan uang, seorang pengusaha dengan mudahnya mengendalikan hukum dan bertindak sesuka hatinya sebab kelihatannya hukum membela orang yang dapat membeli dan membayar lebih mahal, bukan orang-orang kecil dan lemah seperti saya ini.

Beberapa saat kemudian, saya melewati di depan rumah tersebut, dan tampak ada beberapa anggota satpam setempat sedang mengunci pintu pekarangan dan mengamankan rumah tersebut, tapi orang Cina itu tidak berkunjung balik.  Apakah dia masih hidup atau tidak, saya tidak tahu, sebab sudah menjelang tengah malam dan orang yang malang itu tidak terlihat kembali ke rumahnya, dan jalan kembali sepi seperti sebelumnya, dan tetangga tidak ada satu pun yang keluar dari rumah mereka masing masing.   Setelah bosan menunggu, saya pun pulang ke rumah dan berdoa supaya warga Cina itu selamat dan dapat merayakan pergantian tahun dengan keluarganya esok harinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun