Mohon tunggu...
mort retardée
mort retardée Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Menulis, membaca , rekreasi. Jika gagal jangan takut untuk mencoba kembali.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Semesta yang Merindu

19 Juli 2024   22:40 Diperbarui: 19 Juli 2024   22:43 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Diginnya malam tak menembus getaran hati yang gunda dibalik raga,.

Tak tertembus tebalnya selimut yang membungkus jiwa.

Sang guling dibiarkan terkapar berbaring lusu dipinggir kasur tanpa dirayu jemari.

Baca juga: Tawa Sang Waktu

  Sebatang gretek terhisap habis disudut jendela tanpa kaca,.

Secangkir kopi kini telah dingin didekap gelapnya malam.

 Logika kini telah mati ditelan malam ditinggalkannya hati yang risau ditemani semesta yang merindu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Arah yang Hilang

Baca juga: Maut yang Bercanda

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun