Mohon tunggu...
mort retardée
mort retardée Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Menulis, membaca , rekreasi. Jika gagal jangan takut untuk mencoba kembali.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bencilah Aku Seperti Aku Mencintaimu

18 Juli 2024   20:22 Diperbarui: 18 Juli 2024   20:25 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelucon badut tak selucu biasanya,.

   Riuh tawa penonton seperti angin lalu yang menghempas setiap kenangan pahit yang membekas.

 Lantas apa yang mesti ditertawai?

 Mengingat adalah hal termuda bagi orang yang memiliki pikiran tapi melupakan merupakan hal terberat bagi orang yang memiliki hati.

Baca juga: Maut yang Bercanda

      Salahkah protesku pada Tuhan yang mencipkan hati?

 Mampuka dia menjawabNya?

 Jika mampu kenapa masih tersisa rasa 

Yang membekas?

Baca juga: Insomnia

Lantas apa yang mesti aku percaya?

Baca juga: Warkop 69

Tuhan yang menciptakan semesta atau pikiran yang mengembara liar tanpa batas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun