Yesus krisuts adalah pusat dari iman seluruh umat kristiani. Di mana kita umat kristiani memilki iman yang teguh kepada Yesus sebagai Tuhan. Umat kristiani melihat Yesus sebagai sang mesias yang datang unutk menyelamatkan umat manusia dari segalah dosa dan kesalahn yang telah di lakukan. Kedatangan yesus kedunia membawakan keselamatan bagi seluruh umat manusia. maka dari itu Yesus sering di sebut sebagai mesias yang datang untuk menyelamatkan umat manusia.
Yesus kristus adalah sang mesias, yang bukan sama sperti pemahamn orang Israel Ketika kedatanganya ke dunia, yakni mereka orang-orang israel lebih memahami Yesus mesias sebagai Ia yang datang untuk menyelamatkan dan membebaskan umat Israel dari penindasan kekaisaran romawi. Hal ini di karenakan pada situasi atau zaman Yesus kaum bangsa Israel mengalami penderitaan akibat penindasan dari kekaisaran romawi. Dan dalam situasi penindasan seperti ini bangsa Israel, mereka mengharapkan sorang mesianik yang datang untuk melawan, mengalahkan dan meruntuhkan kekuasaan bangsa penjajah romawi serta mengeluarkan bangsa insrael dari penderitaan akibat penindasan dan memulihkan Kembali kerajaan Israel yang sudah runtuh. Harapan bangsa Israel akan datangnya sang mesias ini lahir dalam suatu keyakinan relijgius, dimana mereka memiliki keyakinan yang teguh bahwa suatau saat Allah akan mengutus seorang mesias untuk membebaskan mereka dari penindasan yang mereka alami dari penindasaan kerajaan romawi. Dan dengan latar belakang pemikiran yang seperti ini begitupulah bangsa Israel memaknai kemesiasan yang ada pada diri Yesus, dimana orang-orang Israel pada masa itu hanya meliahat Yesus sebagai mesias yang datang untuk membebaskan mereka dari penindasan yang mereka alami atau mereka melihat Yesus hanya sebagai mesias politik atau mesias duniawi. Hal inilah yang membuat orang-orang Israel berusaha untuk mengankat dan menobatkan Yesus sebagai raja untuk memimpin mereka. Namun apa yang menjadi harapan dalam bangsa Israel tidaklah sama seperti kemesiasan Yesus yang sesungguhnya, kemesiasan Yesus yang sesungguhnya sangatlah bersebrangan dengan kemesiasan yang mereka pikirkan, dimana kemeisasn Yesus yang sesungguhnya adalah ia yang datang sebagai penyelamat seluruh umat manusia dari dosa yang telah mereka perbuat. Yesus datang bukan untuk membebaskan bangsa Israel dari penindasan bangsa penjajah melainkan lebih dari itu Yesus datang untuk memebebaskan manusia dari dosa dan segalah kesalahan mereka, serta memperdamaikan Kembali hubungan antara manusia dengan Allah yang telah retak akibat dosa. Dan meskipun Yesus datang sebagai mesias yang menyelamatkan umat manusia dari dosa, disini Yesus mesias juga memiliki semangat dan model sebagai seorang pemimpin yang bijak. Ia juga memiliki karakter kepemimpinan yang patut kita hidupi dalam gaya kepemimpinan kita. Ada beberapa model kepemimpinan Kristus yang sangat ideal untuk di terapkan dalam gaya kepemimpinan di masa sekarang, dan berikut ini adalah beberapa gaya kepemimpinan yang bisa kita temukan dalam Yesus mesias dan bisa kita hidupi dalam menjalankan kepemimpinan kita.
Menjadi gembala baik yang berbau domba.
Dalama injil Yohanes. 10: 11-18, Yesus memberikan sebuah model mengenai sang gembala yang baik, di dalam perikop ini Yesus menampilkan dua karakter dari gembala, yakni karakter dari gembala yang sebagai pemilik dan juga karakter gemabala yang sebagai seorang upahan. Dari kedua karakter ini terdapat perbedaan yang sangat mencolok, dimana yang pertama adalah perbedaan akan rasa memilki, seorang gembala yang sebagai pemilik, dari dalam dirinya timbul rasa memilki sehingga darih padanya munculah kesadaran akan rasa tanggung jawab dan kiat dedikasi yang lahir dari cinta. Dan oleh karena dedikasi dan rasa yang memilki sehingga membuat sang gembala itu rela melakukan apa saja demi domba-domba gembalaanya dan mengenal apa yang menjadi kebutuhan domba-dombanya. Sedangakan di sisi lain gembala yang sebagai orang upahan ia tidak mempunyai kesadaran akan rasa memilki sehingga dari padanya mungkin tidak mempunyai dedikasi yang lahir dari cinta, dan oleh karena itu ia tidak memberikan dedikasinya secara keseluruhan yang di dasarkan atas dasar cinta dan bahkan ia akan meninggalkan domba-dombanya apabila ada ancaman yang datang dari luar. Yesus mesias ia memilki karakter sama seperti gembala yang baik, yang di tunjukan di atas dimana dalam dirnYa ada kesadaran akan rasa memilki yang tinggi akan umat-umatNya sehingga membuat Ia rela berkorban. Dari perumpamaan tentang gembala di atas, kita mampu mengambil sebuah nilai dan model bagi kita untuk memimpin, dimana kita bisa mengambil teladan dari gemabala yang memilki kesadaran akan rasa memiliki, begitu pula dengan karakter seorang pemimpin yang baik diamana dari dalam dirinya harus ada kesadaran akan rasa memilki, seorang pemimpin harus mampu memaknai bahwa masyarakat yang ia pimpin adalah miliknya yang menjadi salah satu bagian dari hidpnya, sehingga dari pada kesadran tersebut lahirlah sebuah dedikasi autentik yang di dasarkan atas rasa cinta akan masyarakat, dan rela berkorban demi ksejeahteraan masyarakat, orang yang menjadi pemimpin janganlah ia mencoba untuk menjadi seorang gembala upahan yang hanya memaknai kepemimpinanya sebagai motivasi untuk mengejar keuntungan ekonomis, karena dari padanya lahirlah dedikasi yang tidak di dasarkan atas rasa cinta melainkan atas kepentingan peribadi akan uang dan harta kekayaaan yang dari padanya timbul keinginan untuk memeras masyarakat dengan menggunakan kekuasaan yang ada padanya. Di sini dalam gaya kepemimpinan kita, hendaklah kita jangan menjadi sama seperti gembala upahan melainkan menjadi gembala yang memilki rasa mempunyai. Sebagaimana seperti Yesus mesias yang melihat kita umatnya sebagai miliknya yang harus ia jaga, sehingga membuat Ia rela mendedikasikan seluruh hidupnya bagi kita umatnya, begitu pula yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin yang baik. ia harus mengenal kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan relah berkorban demi kesejahteraan masyarakatnya.
Karakter yang kedua yang bisa kita ambil dari yesus mesias adalah, sikap berani menjadi yang terakhir dan pelayan bagi sesama. di sini Kita perlu juga menyadari bahwa dalam diri kita sebagai manusia kita mamilki sifat keserakahan dimana kita cendrung mengejar prestasi demi mendapatkan tampat dan kedudukan yang terhormat bagi diri sendiri. Sehingga membuat kita menjadi egois terhadap sesame, dimana kita hanya memntingkan diri sendri tampa memperhatikan kepentingan orang lain. Di sini Yesus mau mengajarkan kepada kita bahwa bagi saiapa yang paling terbesar hendaklah ia menjadi pelayan bagi sesama markus.10: 33-37. Di mana seperti yang terdapat dalam perikop di atas Yesus mengubah pandangan para murit yang sangat menginginkan sebuah kekuasaan dan kedudukan yang paling tinggi agar melalauinya mereka bisa mendapatkan kehormatan dari orang- orang yang lain. Ajaran Yesus ini sanagtlah revolusioner, karena senagat bertolak belakang dengan konteks pemikiran kita yang sanagat duniawi di masa sekarang ini. Dimana seperti diriNya saja, meskipun Dia anak Allah yang maha tinggi namun Yesus datang bukan untuk di layani melainkan melayani. di sini Ia menekankan bahwa menjadi sorang pemimpin haruslah tetap menjadi seorang pelayan bagi yang lain, karena dalam pandangan Yesus martabat manusia datang bukan dari prestise melainkan pelayanann yang sunguh-sungguh. Di sini pandangan Yesus sangatlah bersebrangan dengan pandangan kita manusia dimana kita melihat kekuasaan atau kepemimpinan sebagai sebuah tempat yang paling istimewa yang harus di capai, karena melaluinya kita bisa mendapatkan penghormatan dari yang lain, dan dengan demikian membuat harga diri kita semakin tinggi, kita hanya mengejar dan mengutamakan gaya kepemimpinan yang mapu menjadikan kita sebagai tuan bagi sesama yang lain dan kita juga lebih menginginkan untuk di layani dari pada melayani, lebih mengutamakan harga diri dari pada melayani. Maka dari itu menjadi hal yang perlu kita ambil dan kita hidupi dalam diri kita sebagai pemimpin yang baik adalah, memilki kesadarn yang memaknai pemimpin sama seperti dengan pelayan. Dan bukan pemimpin sama dengan penguasa yang harus di layani. Menjadi pemimpin berarti menjadi pelayan kapanpun dan dimanapun ia berada. pemimpin bukan sebagai pemimpin yang melayani tetapi pelayan yang memimpin, dan sebagai pelayan yang memimpin berarti menjadi pelayan yang menjalankan tugas pelayanan sekalipun tidak memimpin. Pemimpin berarti pelayan yang merangkul mereka dan melihat mereka yang tersingkirkan. Dan bukan menegjar harga diri yang sifatnya semntara. Dari kedua teladan ini patutlah kita kambangakan dalam gaya kepemimpinan kita jika kita ingin menjadi seorang pemimpin yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H