Hari ini, saat aku dijalan menuju tempat kerjaku, hatiku tergelitik mendengarkan pemberitaan di radio tentang tes masuk UMPTN. Dalam benakku langsung spontan bertanya, kenapa sih harus ada UMPTN? dari pertanyaan itu tentu kita dapat mencari dan menemukan jawaban yang beraneka ragam dan mungkin jawabannya klasik. Kalo boleh saya mengatakan pendapat saya tentang jawaban pertanaan di atas, saya bisa jawab dengan pernyataan demikian. UMPTN ada karena, perguruan tinggi tidak yakin dengan hasil yang dicapai oleh generasi muda kita atau perguruan tinggi tidak yakin dengan standar nilai yang dihasilkan dari masing-masing sekolah. Dengan dua jawaban itu, saya rasa kita langsung bisa membayangkan begitu banyak PR yang harus kita selesaikan untuk permasalahan pendiikan kita. Pembenahan dan perbaikan atau PEKERJAAN RUMAH yang ada mau kita selesaikan dari mana? Apakah dengan Gerakan atau apalah namanya yang akan muncul yakni INDONESIA MENYALA, orang-orang hebat kita dibangsa ini sudah mempunya rencana yang matang dengan disertai data dan fakta dilapangan? Atau hanya sekedar gebrakan dan pergerakan yang hanya "yang penting ada program kerja"? saya tidak tau......jujur saja...akhir-akhir ini saya kehilangan selera untuk membaca dan melihat serta mencermati situasi dan perkembangan bangsa ini. Jujur tulisan ini pun hanya saya tulis sekedar mengungkapkan unek-unek saya yang spontan keluar di kepala saya.Â
Dengan UMPTN, siapa yang dirugikan? Pasti jika berbicara tentang sesuatu program atau kegiatan pasti ujung-ujungnya uang, secara finansial kita banyak dirugikan. Tetapi yang menjadi fokus, menurut saya adalah kerugian yang dirasakan dikalangan kaum muda kita, generasi bangsa kita. Yang hanya akan buang-buang waktu saja, belajar dan mengulang hal-hal yang sama dan hasilnya pun sebenarnya kurang lebih sama. maka tidak heran banyak dari generasi kita, ketika lulus dari jenjang pendidikan belum siap kerja.
Ini salah siapa?
Jika berbicara tentang salah dan benar, tentu kita tidak akan mendapatkan solusi, yang ada hanyalah pembenaran diri dan diskusi yang berkepanjangan dan tidak ada ujungnya. Mungkin akan lebih tepat pertanyaannya adalah, tangungg jawab siapa? Bicara tanggung jawab, kita sebagai generasi bangsa, apapun posisi dan pekerjaan kita, kita mempunyai tanggung jawab yang sama. Namun tanggung jawab terbesar adalah yang diberi kekuasaan untuk mengambil suatu kebijakan bagi pendidikan bangsa kita. Mari kita doakan dan dukung para tokoh pendidikan kita agar, semua yang direncanakan dan diprogramkan dapat berjalan dengan baik dan dapat menjawab sedikit dari persoalan-persoalan bangsa ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H