Mohon tunggu...
Yohanes Tola
Yohanes Tola Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Aku Yonas, Bisa menjadi teman mu, Aku menulis agar kepalaku tidak pecah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Selfie dan Kehilangan Eksistensi Diri

5 November 2021   23:03 Diperbarui: 5 November 2021   23:15 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh : Yohanes Tola
Mahasiswa Institut Teknologi Yogyakarta

Perkembangan teknologi pada zaman ini telah membentuk perilaku mmasyarakat yang beranekaragam. Arus globalisasi yang bergerak begitu cepat memunculkan varian teknologi baru dan mengintervensi masyarakat pada kecenderungan perubahan ideologi dan budaya masyarakat iitu sendirisendiri

Pengaruh teknologi tersebut menjadi masalah aktual yang hari ini telah muncul pada permukaan realitas masalah di masyarakat. Kebutuhan akan teknologi menjadikan media sosial sebagai salah satu alat bantu untuk hidup dimasa ini. Media sosial membentul masyarakat yang berubah secara cepat, pandangan masyarakat merepresentasikan aktifitas intimnya pada ruang digital, yang di baca, maupun yang di tonton, banyak jenis intervensi media sosial pada masyarakat hari ini.

Tulisan ini mecoba untuk mengangkat mengenai pengaruh perilaku  selfie terhadap masyarakat dan begaimana realitas pada kehidupan sosial  masyarakat yang muncul akibat perilaku ini. Pada realitasnya selfie adalah perilaku yang muncul akibat dari adannya perkembangan teknologi yang terus memenuhi kebutuhan  masyarakat secara berkesinambungan.

Swafoto, selfie atau  foto narsis adalah cara foto dengan cara potret diri yang diambil sendiri dengan menggunakan kamera digital atau  ponsel  cerdas (Wikipedia). Perilaku selfie sering dijatuhi penilaian sebagai perilaku narsisme, tepatkah disebut demikian? Freud (dalam Alwisol, 2011:19) menjelaskan narsisme adalah cinta kepada diri sendiri, sehingga cinta yang dibarengi kecenderungan narsisme menjadi mementingkan diri sendiri.

Dibalik pemahaman dan pengertian periaku selfie yang telah diterangangkan diatas dapatkah pula selfie disebut sebagai perilaku narsistik? Ataukah aktfitas itu ingin menceritakan tentang fenomena sosial yang lebih kompleks? Tentu pertanyaan mendasar ini perlu dijawab pada ruang berfikir masyarakat dalam melihat fenomena ini sebagai perilaku yang akan mempengaruhi manusia lainnya.

Kata narsistik merupakan turunan dari kata narsisme. Kata narsisme diambil dari nama pemuda tampan yang bernama Narcissius pada zaman Yunani kuno. Narcissius sangat kagum  pada dirinnya sendiri setelah melihat bayangan wajahnnya pada air tenang ditengah hutan. 

Dalam kehidupannya Narcissius sangat membanggakan ketampanan dirinya secara berlebihan keadaan ini membentuk suatu sikap dan perubahan pada perilaku Narcissius sebagai seorang yang  mengakui diri nya sebagai seorang yang paling tampan, sehingga sepanjang hidupnnya dia tidak dapat menemukan pasangan hidup yang sepadan dengannya secara fisik, Narcissius memutuskan untuk bunuh diri karena kesulitan untuk mencari pasangan hidup dan mati dalam kesendirian.

Setelah melihat sejarah singkat narsistik yang ditandai dengan selfie sebagai perilakunnya, ini menjadi menarik untuk membahas apakah perilaku selfie sebagai salah satu wujud manusia kehilangan eksistensi dirinya? Fenomena  perilaku selfie erat kaitannya dengan citra yang dipersepsikan seseorang  atas dirinya sendiri, karena dengan melakukan selfie seseorang ingin menampilkan sisi terbaik dari dirinya kepada  orang lain. Karen Horney dalam New ways in Psychoanalysis (London: Routledge & kegan Paul, 1939:99-100). Horney menyebut bahwa selfie merupakan ekspresi, bukan dari cinta diri, tetapi keterasingan dari diri sendiri.

Melihat pengertan Horney, dia bermaksud menilai bahwa selfie datang pada pengguna (seseorang) yang menciptakan gambaran dirinnya pada ilusi tentang dirinya sendiri, dalam artian dia telah kehilangan dirinnya sendiri. 

Perilaku selfie dapat dengan sangat mirip dianalogikan seperti perilaku saat menghadap sebuah cermin, sesorang dapat melihat tampak dirinnya dengan jelas saat melakukan selfie. Pada kadar perilaku selfie yangg wajar atau tidak berlebihan, selfie tidak dianggap sebagai kemunduran manusia dalam melihat dirinnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun