Mohon tunggu...
Yohanes Prihardana
Yohanes Prihardana Mohon Tunggu... Lainnya - Illum Oportet Crescere, Me Autem Minui (John 3:30 - Vulgata)

Saya percaya pada harmoni antara manusia dan Sang Pencipta, sesuai dengan filosofi Gusti Manunggaling Kawula, yang menuntun saya untuk hidup selaras dengan nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan. Salam kenal, Berkah Dalem.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Soren Kierkegaard: POV Eksistensial Untuk Manusia Modern

12 Desember 2024   05:30 Diperbarui: 11 Desember 2024   21:23 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nandurtresnaofficial.blogspot.com/2024/12/sren-kierkegaard-pelajaran-eksistensial.html

Di tengah hiruk-pikuk zaman modern yang serba cepat dan sering kali penuh dengan tekanan sosial, filsafat Sren Kierkegaard, seorang filsuf abad ke-19 dari Denmark, tetap relevan sebagai panduan untuk menjalani kehidupan yang autentik. Kierkegaard, yang sering dijuluki "bapak eksistensialisme," mengajarkan pentingnya menghadapi kecemasan, menemukan makna hidup, dan memilih secara bebas dengan tanggung jawab penuh terhadap diri sendiri.

Manusia dan Kecemasan
Kierkegaard menyebut kecemasan sebagai dizziness of freedom (pusing akibat kebebasan). Bagi Kierkegaard, kebebasan untuk memilih adalah inti dari keberadaan manusia. Namun, kebebasan ini sering kali membawa kecemasan karena setiap pilihan mengandung konsekuensi, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Dalam konteks hari ini, banyak orang merasa tertekan karena harus mengambil keputusan besar, seperti memilih karier, pasangan hidup, atau bahkan nilai-nilai yang dipegang.

Alih-alih menghindari kecemasan, Kierkegaard menyarankan untuk menerimanya sebagai bagian tak terpisahkan dari hidup. Dengan menerima kecemasan, seseorang dapat lebih sadar akan tanggung jawabnya dan berkomitmen pada pilihan yang lebih bermakna. Dalam praktik sehari-hari, ini berarti meluangkan waktu untuk merenungkan pilihan hidup tanpa tergesa-gesa mengikuti arus tren atau ekspektasi sosial.

Hidup Autentik di Tengah Media Sosial
Salah satu kritik Kierkegaard yang terkenal adalah terhadap The Crowd (kerumunan), di mana individu kehilangan identitasnya dalam massa. Zaman sekarang, konsep kerumunan ini bisa kita lihat dalam bentuk media sosial, di mana banyak orang cenderung membentuk identitas berdasarkan opini publik atau mengejar validasi eksternal. Kierkegaard mengajak kita untuk menjadi diri sendiri secara autentik, bukan sekadar meniru orang lain atau mengikuti standar masyarakat. Dalam kehidupan modern, kita dapat menerapkan ini dengan lebih selektif dalam menggunakan media sosial, fokus pada apa yang benar-benar penting bagi kita, dan tidak takut menjadi berbeda jika itu sesuai dengan nilai-nilai pribadi kita.

Lompatan Iman
Konsep terkenal Kierkegaard lainnya adalah leap of faith (lompatan iman), yang menggambarkan keputusan radikal untuk percaya pada sesuatu yang lebih besar daripada diri sendiri, meskipun tanpa kepastian rasional. Dalam konteks spiritual, Kierkegaard merujuk pada hubungan dengan Tuhan. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, ini bisa diterapkan pada keberanian untuk mengambil risiko dalam mengejar impian atau mempertahankan keyakinan yang mendalam. Misalnya, di era ketidakpastian ekonomi atau perubahan teknologi, mengambil langkah untuk memulai bisnis baru, mengganti jalur karier, atau bahkan membela nilai-nilai moral tertentu membutuhkan keberanian semacam ini. Kierkegaard mengingatkan bahwa keberanian tidak berarti bebas dari rasa takut, tetapi justru bertindak meskipun merasa takut.

Menemukan Makna dalam Hidup
Kierkegaard percaya bahwa makna hidup tidak ditemukan dalam keberhasilan materiil atau pengakuan sosial, melainkan dalam hubungan yang mendalam dengan diri sendiri, orang lain, dan, bagi yang religius, Tuhan. Di tengah budaya konsumtif yang sering mengukur kebahagiaan dari apa yang dimiliki, pemikiran Kierkegaard mengingatkan kita untuk melihat ke dalam dan bertanya: "Apa yang benar-benar penting bagi saya?"

Langkah kecil untuk menerapkan ini dapat berupa refleksi harian, seperti menulis jurnal, bermeditasi, atau berbicara dengan orang-orang yang kita percayai untuk memperdalam pemahaman kita tentang diri sendiri.

Pemikiran Sren Kierkegaard memberikan pelajaran berharga untuk hidup di zaman modern. Di tengah tekanan sosial, tuntutan karier, dan pengaruh media, filsafatnya mengajak kita untuk hidup lebih sadar, lebih berani, dan lebih autentik. Dengan menghadapi kecemasan, menjadi diri sendiri, dan mengambil lompatan iman ketika diperlukan, kita dapat menjalani hidup yang lebih bermakna, bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk masa depan. Berkah Dalem

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun