Mohon tunggu...
Yohanes Prihardana
Yohanes Prihardana Mohon Tunggu... Lainnya - Urip Iku urup

Mari bersama-sama mengusahakan diri untuk terus bertumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik, Tuhan memberkati.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Menjual Harga Diri di Media Sosial, Tren atau Warning?

26 November 2024   09:26 Diperbarui: 26 November 2024   10:06 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital yang serba terkoneksi ini, media sosial telah menjadi panggung global tempat siapa saja dapat menunjukkan eksistensi, bakat, bahkan kehidupan pribadinya. Namun, di balik kilauan popularitas dan estetika yang terpampang di layar, muncul fenomena mengkhawatirkan: menjual harga diri demi perhatian, pengakuan, atau keuntungan finansial. 

Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar: Apakah ini hanya bagian dari perkembangan zaman, atau tanda bahaya bagi nilai-nilai moral di masyarakat?

Apa Itu "Menjual Harga Diri"?

"Menjual harga diri" dalam media sosial merujuk pada tindakan seseorang yang mengorbankan prinsip, martabat, atau privasi demi tujuan tertentu. Ini bisa berupa memamerkan sisi pribadi yang sangat intim atau vulgar, membuat konten kontroversial demi viralitas, atau bahkan terlibat dalam aktivitas yang melanggar norma demi materi. Misalnya:

  • Clickbait Berlebihan: Membuat konten yang memanipulasi emosi, meskipun informasi di dalamnya tidak relevan atau menyesatkan.
  • Eksploitasi Privasi: Mengungkap konflik keluarga, kisah sedih, atau drama pribadi demi mendapatkan empati dan like.
  • Tren Vulgaritas: Menampilkan sisi tubuh atau gaya hidup yang ekstrem untuk menarik perhatian audiens.

Penyebab Fenomena Ini

  1. Budaya Validation Economy
    Media sosial membangun ekosistem yang membuat validasi dari orang lain, seperti like, komentar, atau share, menjadi mata uang sosial yang berharga. Banyak orang merasa keberhasilan mereka tergantung pada angka-angka ini.

  2. Kemudahan Monetisasi
    Platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok memungkinkan kreator untuk mendapatkan penghasilan dari konten mereka. Sayangnya, ini membuat beberapa orang rela membuat konten yang melampaui batas demi menarik perhatian.

  3. Tekanan Sosial
    Dalam dunia di mana kesuksesan sering diukur berdasarkan popularitas di media sosial, banyak yang merasa tertekan untuk ikut "bersaing." Akibatnya, beberapa rela mengorbankan martabat demi eksistensi.

  4. Kurangnya Pendidikan Digital
    Sebagian besar pengguna, terutama anak muda, tidak menyadari dampak jangka panjang dari konten yang mereka unggah. Tidak jarang mereka menyesal setelah sadar bahwa jejak digital sulit dihapus.

Dampak Jangka Panjang

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun