Kisah Bapak Darsa: Pelita di Tengah Desa
Di sebuah desa kecil bernama Sukamukti, tinggal seorang bapak bernama Darsa. Usianya mendekati lima puluh tahun, wajahnya sederhana dengan senyuman yang ramah. Namun, Darsa memiliki satu kekurangan yang kerap menjadi bahan pembicaraan warga: ia seorang pengangguran. Â
Darsa kehilangan pekerjaannya dua tahun yang lalu ketika pabrik tempatnya bekerja tutup akibat kebangkrutan. Awalnya, ia berusaha mencari pekerjaan lain, tetapi di desa kecil seperti Sukamukti, lapangan kerja tidaklah banyak. Setiap hari, ia hanya terlihat duduk di bawah pohon beringin besar di tengah desa, menatap langit sambil sesekali bermain dengan anak-anak yang lewat. Â
Namun, Darsa bukanlah pria yang mudah menyerah. Di balik penampilannya yang sederhana, ia menyimpan hati yang besar dan tekad yang kuat untuk tetap berguna bagi orang-orang di sekitarnya. Â
Sebuah Ide dari Keprihatinan
Suatu hari, Darsa melihat seorang anak kecil bernama Wira menangis di pinggir jalan karena tidak bisa mengerjakan PR-nya. Anak itu putus asa karena tidak ada orang dewasa di rumah yang bisa membantu. Dengan lembut, Darsa menghampiri dan bertanya apa masalahnya. Â
"Pak, aku tidak bisa menjumlahkan ini," kata Wira sambil menunjukkan buku matematikanya. Â
Darsa tersenyum. "Mari kita lihat. Kita coba sama-sama, ya?" Â
Dalam beberapa menit, Wira mulai memahami caranya. Wira tersenyum lebar, dan rasa bangga terlihat jelas di matanya. Dari kejadian itu, Darsa memiliki ide: bagaimana jika ia membuka kelas belajar gratis untuk anak-anak desa? Â
Menghidupkan Rumah Belajar
Darsa memutuskan untuk menggunakan pekarangannya yang luas sebagai tempat belajar. Ia membersihkan kebun belakangnya, memasang bangku-bangku dari bambu bekas, dan membuat papan tulis kecil dari papan kayu. Ia mengundang anak-anak di desa untuk datang belajar setiap sore. Â
Awalnya, hanya tiga atau empat anak yang datang. Tetapi, lambat laun, jumlahnya bertambah. Orang tua mulai memperhatikan perubahan pada anak-anak mereka. Mereka menjadi lebih bersemangat belajar dan nilai-nilai sekolah mereka meningkat. Â
"Darsa itu pengangguran, tapi lihat apa yang dia lakukan untuk anak-anak kita," kata seorang ibu di pasar. Â
Dukungan Warga
Berita tentang kelas belajar gratis ini menyebar ke seluruh desa. Beberapa warga mulai datang ke rumah Darsa, menawarkan bantuan. Ada yang menyumbang buku bekas, alat tulis, bahkan makanan kecil untuk anak-anak. Â