Di sebuah desa kecil bernama Tegalrejo, hiduplah dua anak yang selalu jadi buah bibir warga. Mereka adalah Randi dan Bayu. Keduanya sudah bersahabat sejak kecil, tapi bukan karena kebaikan atau prestasi yang membuat mereka dikenal. Sebaliknya, mereka dikenal karena kenakalannya. Tak ada satu hari pun berlalu tanpa ulah mereka yang membuat orang-orang menggelengkan kepala.Setiap pagi, warga desa pasti sudah siap sedia memarahi Randi dan Bayu. Kadang-kadang mereka mencuri mangga di kebun Pak Slamet, di lain hari mereka menggoda ayam peliharaan Bu Mira hingga lari berhamburan ke jalan. Keduanya adalah pasangan nakal yang tak terpisahkan. Bagi mereka, kehidupan desa yang tenang itu terlalu membosankan. Mereka merasa menjadi “penghibur” di desa adalah hal yang menyenangkan.
Namun, segala kenakalan mereka mulai membawa akibat yang lebih serius ketika usia mereka memasuki masa remaja. Bayu mulai tertarik dengan dunia balap liar di jalanan, sementara Randi sering bolos sekolah dan ikut-ikutan nongkrong hingga larut malam. Warga desa mulai merasa cemas dengan masa depan mereka, tapi tak satu pun dari kedua sahabat itu yang peduli. Bagi mereka, hidup adalah tentang bersenang-senang dan mencari tantangan baru.
Suatu hari, sesuatu terjadi yang mengubah segalanya. Bayu yang saat itu sedang mencoba sepeda motor baru hasil meminjam dari teman balapnya, mengalami kecelakaan. Ia terjatuh dan tulang kakinya patah. Kecelakaan itu membuat Bayu harus dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu. Randi, yang merasa bersalah karena ikut mendorong Bayu untuk hidup bebas tanpa aturan, setiap hari datang menengok sahabatnya itu.
Saat itulah, dalam kondisi tak berdaya, Bayu mulai merenung. Ia menyadari betapa rapuhnya hidupnya selama ini. Ia memikirkan masa depan, yang selama ini tidak pernah ia perhatikan. Rasa takut akan ketidakpastian perlahan-lahan muncul. Di tengah obrolan mereka, Randi juga mulai terpengaruh. Kecelakaan itu menjadi titik balik bagi keduanya.
Setelah keluar dari rumah sakit, Bayu berubah drastis. Ia mulai menghindari pergaulan balap liar dan mulai membantu orang tuanya di ladang. Randi yang melihat perubahan pada sahabatnya mulai mengikuti jejak Bayu. Perlahan tapi pasti, keduanya mulai meninggalkan kebiasaan buruk dan mencoba membangun kehidupan yang lebih baik. Mereka sadar, sudah cukup mereka menyusahkan orang-orang di desa, dan kini saatnya melakukan sesuatu yang bermanfaat.
Melihat niat baik mereka, Pak Slamet, seorang petani tua di desa itu, memberikan mereka kesempatan untuk bekerja di kebunnya. Awalnya, banyak warga desa yang ragu. Mereka takut Randi dan Bayu hanya bermain-main seperti biasanya. Namun, hari demi hari, mereka menunjukkan dedikasi yang tidak pernah mereka tunjukkan sebelumnya. Mereka bekerja keras membantu Pak Slamet mengolah tanah, menanam sayuran, dan merawat kebun dengan tekun.
Warga desa yang awalnya pesimis mulai memperhatikan perubahan tersebut. Mereka melihat betapa seriusnya Randi dan Bayu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Bahkan, keduanya mulai berinisiatif mengajak para pemuda desa lainnya untuk ikut membantu. Mereka berpikir, jika pemuda-pemuda desa bersama-sama, desa akan menjadi tempat yang lebih produktif.
Perlahan, warga desa mulai memercayai Randi dan Bayu kembali. Mereka bahkan mulai menjadi panutan bagi pemuda-pemuda lain. Setiap pagi, mereka akan berkumpul bersama untuk bekerja di kebun atau membantu warga desa yang membutuhkan tenaga. Kehadiran Randi dan Bayu di ladang Pak Slamet menjadi contoh nyata bahwa perubahan bisa dilakukan siapa pun, asalkan ada niat dan kemauan.
Suatu hari, datanglah sebuah kesempatan besar. Desa Tegalrejo terpilih sebagai desa percontohan dalam bidang pertanian organik. Pemerintah daerah menawarkan pelatihan dan bantuan dana bagi desa yang ingin mengembangkan pertanian ramah lingkungan. Randi dan Bayu melihat ini sebagai peluang untuk membawa perubahan besar bagi desa mereka.
Dengan semangat, mereka mengumpulkan warga desa dan membagikan ide mereka. Awalnya, tidak semua orang yakin. Beberapa warga merasa bahwa program itu hanya akan menjadi beban tambahan. Namun, dengan tekad dan keyakinan yang kuat, Randi dan Bayu berhasil meyakinkan warga untuk mencoba. Mereka mengatur rencana, membentuk kelompok tani, dan mendatangkan pelatih untuk membantu mereka memahami cara bercocok tanam yang lebih modern dan ramah lingkungan.
Bulan demi bulan, usaha mereka membuahkan hasil. Ladang yang dulu hanya menghasilkan cukup untuk kebutuhan sehari-hari kini mulai panen melimpah. Mereka menanam berbagai jenis sayuran organik yang mulai diminati pasar. Desa Tegalrejo menjadi terkenal, tidak hanya di kalangan warga desa tetangga, tetapi juga di kota-kota besar yang tertarik membeli produk mereka.