Elok sang senja seakan tak dapat menandingin elok rupamu, sempat binggung rasanya menentukan pilihan kepada senja yang memberikan keindahan walau hanya sesaat atau atau kepada dirimu yang entah sampai kapan akan bertahan.
   Sempat ingin memprotes kepada sang waktu yang seedaknya berjalan begitu cepat, seakan tak memberiku ruang untuk berpikir dan menentukan pilihan.
Nalar dan logika seakan sirna bersama sang Surya.
  Dengan setia kupandangi parasmu, yang kini  sedang asik bermain di pesisir pantai di temani desiran ombak yang perlahan mulia memudar di iringi kepergian sang Surya.
 Senyummu seakan memaksa mataku untuk tidak pernah perpaling walau hanya sedetik.
Hembusan angin yang menyapa wajahmu  membuatku iri dan cemburu, seakan terus mengolok - olok diriku yang hanya mampu melihatmu tanpa berani menyentuhmu.
  Akhirnya kuberada di persimpangan dimana harus berani menentukan pilihan.
Ku putuskan untuk  Bertahan .. karna bagiku engkaulah senja yang permanen yang Tek hilang di telan gelapnya malam, walaupun mungkin akan sedikit pudar dikikis sang waktu.
  Namun bagiku Engaku adalah putri yang selalu membawa keindahan senja kepadaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H