Mohon tunggu...
Yohanes Jonathan
Yohanes Jonathan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Seorang pelajar yang berusaha menjadi mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menjunjung Nilai Kanisian

17 September 2024   18:38 Diperbarui: 17 September 2024   18:39 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kolese Kanisius merupakan sekolah yang cukup berbeda dari yang lainnya. Hal ini bukan hanya semata karena murid yang ada di dalamnya merupakan seluruhnya laki-laki. Tentu saja, itu merupakan salah satu yang menjadi pembeda signifikan dengan sekolah lain, tetapi tidak hanya itu saja. Ada hal-hal yang lebih bernilai dari pada itu. Bukan tanpa alasan banyak yang berminat untuk masuk dan menjadi siswa pada kolese ini. Ada banyak sekali nilai-nilai yang hanya dapat ditemukan pada sekolah ini. Hal tersebut lah yang semakin menunjukkan nilai dan mutu dari kolese ini.

Leadership

Para siswa baru kelas sepuluh yang masuk ke jenjang SMA pada Kolese Kanisius akan melewati salah satu dinamika yang wajib untuk dihadapi tiap di antara siswa. Dinamika yang dimaksud adalah ILT (Ignatian Leadership Training). Diberi nama seperti itu karena para siswa yang akan disebut sebagai prasis akan dibentuk untuk dapat mempelajari nilai-nilai leadership menurut cara Ignatius Loyola dulu hidup. Mungkin, bila hanya melihatnya secara sekilah, dinamika ini terlihat seperti perpeloncoan. Namun, bila kita dapat melihat lebih dalam lagi, hal yang ada di dalamnya bukanlah perpeloncoan semata. Ada banyak nilai yang ingin disampaikan dari acara tersebut.

Di Kolese Kanisius, kita tidak hanya diajarkan untuk menjadi pemimpin yang hanya bisa menjandi pengatur, melainkan dapat melayani yang dipimpinnya. Kolese ini mengajarkan bahwa pemimpin harus bisa berjalan bersama para anggotanya. Tentu ini menjandi nilai  yang cukup penting untuk diajarkan pada generasi muda, karena terkadang kita suka salah mendefinisikan pemimpin. Tidak ada gunanya menjadi pemimpin yang hanya bisa bersuara, tetapi tidak bisa turun tangan. Hal tersebut lah yang akhirnya menjadi faktor utama bagi kolese ini mengajarkan untuk menjadi Kanisian yang dapat memimpin serta melayani sesama.

Selama menjalani pendidikan di kolese ini, ada banyak nilai kependidikan yang dipelajari. Beberapanya adalah nilai magis dan juga persevera. Magis memiliki makna untuk terus menjadi lebih baik dibandingkan diri yang sekarang. Di sekolah ini, kami dituntut untuk menjadi manusia yang berkembang dan tidak hanya diam di tempat. Saya yang awalnya mudah puas dengan hasil yang telah didapat kini berhasil mengubah pola fikir tersebut. Memang, setiap kita telah berusaha, segala buah hasilnya harus disyukuri. Namun, bukan berarti kita harus puas begitu saja dengan hasilnya. Kita harus yakin bahwa akan ada hasil yang lebih baik di kemudian hari jika ingin berusaha. Kemudian, jika hasilnya buruk, maka nilai persevera memiliki peran penting, yakni pantang menyerah. Sebelum mempelajari nilai-nilai tersebut, saya seolah menjadi manusia yang hanya bergerak di tempat. Seolah, segalanya yang dimiliki kini sudah cukup. Seandainya gagal pun, saya hanya pasrah dan menganggap itu sudah jalannya. Memang tidak salah, tetapi akan lebih baik juga bila saya berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Nilai-nilai inilah yang membawa saya menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Ad maiorem Dei gloriam

Ini menjadi salah satu ajaran yang cukup penting pada Kolese Kanisius. Ini adalah semboyan yang digunakan oleh Jesuit. Semboyan ini berdasar dari ajaran Ignatius Loyola sendiri yang memiliki makna untuk keagungan Allah yang lebih besar. Semboyan ini ingin mengajarkan kepada para Kanisian bahwa segala hal yang kita lakukan di dunia ini ujungnya adalah untuk Tuhan.Sering kali manusia melupakan tujuannya diciptakan. Padahal, tujuan dari Tuhan menciptakan kita ini untuk menyembah dan memuliakan nama-Nya. Segala hal yang kota lakukan di dunia ini pun memang sudah semestinya dipersembahkan untuk Tuhan. Jadi, sebagai manusia sudah seharusnya untuk tidak terlalu terlena dengan hal-hal duniawi.

Semboyan ini seolah menjadi suatu penuntun di dalam hidup saya. Sebelumnya, saya hanyalah manusia yang berjalan tanpa arah dan tujuan. Hidup yang saya jalani seolah tidak ada artinya. Namun, saya jadi paham tujuan sesungguhnya dari saya diciptakan. Tentu saja Tuhan menciptakan para makhluknya dengan tujuan yang besar, begitu juga dengan saya. Saya yang awalnya berpikir bahwa hidup ini tidak berguna pun jadi lebih memikirkan pola pikir tersebut. Saya baru menyadari, bahwa ada tujuan besar dari diri ini diciptakan. Hal ini yang mendorong diri untuk menemukan pula tujuan saya diciptakan sehingga ada tujuan di dalam hidup.

Kesimpulan

Kolese Kanisius bukanlah sembarang sekolah yang hanya memberikan pendidikan secara akademis, tetapi juga mental. Hal tersebut dilakukan agar para Kanisian nantinya dapat berpartisipasi di dalam masyarakat secara aktif dan baik. Diharapkan, segala nilai yang diajarkan kepada para Kanisian dapat diamalkan dan juga berguna di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun