Mohon tunggu...
Yohanes Jeng
Yohanes Jeng Mohon Tunggu... Novelis - Filsafat

Mengubah dunia dengan mengubah diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Why do We Celebrate Birthdays?

30 April 2022   03:07 Diperbarui: 30 April 2022   03:39 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hadirnya jiwa dan raga kita dalam kehidupan orang-orang terdekat kita merupakan suatu anugerah. Tatkala mata kita menatap dunia untuk pertama kalinya, yaitu saat kita terlahir ke dalam dunia fana ini, orangtua serta kerabat dekat mereka sangat berbahagia (meski terkadang terdapat beberapa kasus bayi yang lahir tidak direstui orangtuanya). Maka tak heran, hari atau tanggal kelahiran kita dinilai sebagai momen yang istimewa sehingga hal ini merupakan sesuatu yang pantas untuk dirayakan secara seremonial. Hari ulang tahun juga merupakan penanda genapnya umur kita berganti dengan angka selanjutnya. Bergantinya umur dianggap sebagai habisnya suatu bab dalam hidup kita dan kemudian dilanjutan dengan lembaran baru berikutnya.

Pemaknaan ulang tahun berganti seiring bertambahnya usia kita. Ketika diri kita belum mencapai usia matang,  ulang tahun merupakan hari yang ditunggu. Hal tersebut dikarenakan si anak mendapat sesuatu yang tak biasa ia dapat pada hari lainnya. Bagaimana tidak, umumnya pada hari ulang tahun sang anak dimanjakan dengan berbagai macam hal, entah itu merupakan afeksi dan perhatian tambahan dari lingkungan sekitar, terwujudnya angan sang anak untuk memiliki mainan baru, atau mungkin sekedar mendapat makanan tambahan. Definisi ulang tahun yang bermakna hari "berpesta" terekam dalam alam bawah sadar pada kebanyakan anak, sehingga ulang tahun secara otomatis akan dikaitkan dengan hari yang penuh kesenangan dan berpusat pada diri kita. Beranjak remaja, hari ulang tahun merupakan salah satu momen di mana pengakuan teman-teman terhadap dirinya mencapai titik optimum, dan bagi remaja apa sih yang lebih penting dari pengakuan atas dirinya? Puncaknya, tak jarang sebagai lambang gengsi, pengadopsian budaya barat berupa sweet seventeen party adalah suatu keniscayaan bagi beberapa kaum. Alasannya, masyarakat luas menganggap usia 17 tahun merupakan usia peralihan dari remaja menuju dewasa. Berbeda lagi jika orang dewasa yang merayakan ulang tahun, biasanya perayaan yang diselenggarakan lebih sederhana namun lebih menitikberatkan kepada hal-hal simpel yang berbobot.

Namun pernahkah Anda merasa hampa ketika hari kelahiran Anda berada di depan mata? Hari ulang tahun pada dasarnya tak memiliki perbedaan mendasar dengan hari lainnya. Waktu tetap bergulir secara relatif selama 24 jam dalam sehari, bumi tetap berotasi sebagaimana mestinya, dan fisik kita tak mengalami perubahan secara signifikan. Teman-teman tak hentinya mengucapkan selamat dan memanjatkan doa agar kebaikan senantiasa terus mendampingi kita, tetapi apa bedanya dengan doa di hari ulang tahun dengan hari lainnya? Toh Tuhan tidak menjadikan hari ulang tahun seseorang sebagai hari di mana panjatan doa lebih didengar. Ulang tahun hanyalah momen kosong lainnya yang penuh ilusi akan arti kebahagiaan.

Sebenarnya perspektif kita lah yang menjadikan bernilainya suatu momen, entah nilai positif maupun negatif. Seorang pesimis yang mengutuki hidup mungkin memandang hari ulang tahun sebagai hari laknat karena pada hari tersebut penderitaannya di dunia ini dimulai. Sebaliknya, orang yang positif melihat ulang tahun sebagai anugerah sekaligus waktu untuk merefleksikan hidupnya. Tak hanya ulang tahun saja, segala macam fragmen kehidupan kita menjadi bernilai berdasarkan cara kita melihat peristiwa tersebut. Ada orang yang merasa hidupnya flat, tak ada hal menarik sebab ia merasa tak ada yang spesial dari keseharian yang telah ia alami. Ada juga orang yang penuh cerita, hidupnya seolah hanya terisi oleh hal-hal seru dan menarik, seperti segala macam petualangan berputar dalam orbit kehidupannya. Semuanya bersifat relatif, tergantung bagaimana cara kita memberi nilai kepada peristiwa tersebut, sehingga pemaknaan ulang tahun kembali lagi kepada diri kita masing-masing.

Kembali kepada topik utama, bagaimanakah sebaiknya kita memandang hari ulang tahun? Saya berpendapat bahwa pada intinya, janganlah merayakan ulang tahun secara berlebihan. Penulis memandang ulang tahun sebagai waktu untuk merefleksikan segala tindakan selama kita hidup. Jadikan momen tersebut untuk berkumpul bersama orang-orang tersayang, aamiin-kan segala doa yang terucap oleh setiap insan. Tambahan, janganlah kita mengkultuskan hari ulang tahun sebagai ritual wajib atau suatu hal yang bernilai ibadah. Cukup berikan doa dan hal-hal yang dapat mendukung diri orang yang bersangkutan untuk menjadi pribadi yang semakin baik.

Pada dasarnya setiap detik yang berdetak merupakan hal yang istimewa, because time is the ultimate entity that can't ever be repeated, bahkan direplika sekalipun. Karena itu sudah selayaknya kita sebagai manusia untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, hidup kita sangatlah singkat (ditandai dengan ulang tahun, tentunya) untuk dihabiskan kepada hal-hal yang menyia-nyiakan.

Terima kasih kepada orangtua, sanak keluarga, dan teman-teman yang selalu kubawa dalam doa. Semoga doa kalian yang kalian curahkan juga berlaku untuk diri kalian masing-masing. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun