Mohon tunggu...
Yohanes Jeng
Yohanes Jeng Mohon Tunggu... Novelis - Filsafat

Mengubah dunia dengan mengubah diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hubungan Iman dan Akal Budi Sesudah Thomas Aquinas

8 September 2019   09:59 Diperbarui: 8 September 2019   10:23 2313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pada masa awal kekeristenan, filsafat dan teologi tidak dapat berdiri berdampingan. Filsafat dengan aktifitasnya sendiri dan tologipun demikian. Antara filsafat dan teologi terbentang jarak yang begitu jauh. Jarak ini kemudian juga mempengaruhi gaya hidup dan pola pikir masyarakat saat itu. 

Melihat keadaan ini, para pemikir Kristen seperti Santo Yustinus, Santo Anselmus, Santo Thomas Aquinas dan lain-lain berusaha untuk mencari dan menemukan suatu cara atau jalan untuk memperdamaikan keduanya, meletakan secara berdampingan iman dan akal budi.

Dalam konteks iman, tugas filsafat kemudian dipahami sebagai pembela iman. Dimana kemampuan akal budi digunakan secara benar dan tepat untuk menjelaskan dan memahami wahyu. 

Thomas Aquinas kemudian menemukan suatu keselarasan antara iman dan akal budi. Ia menegaskan bahwa terang akal budi dan terang iman merupakan dua hal yang berasal dari Allah, maka tidak ada pertentangan diantara keduanya. 

Selain Aquinas, beberapa pemikir sesudah Aquinas berusaha untuk menjelaskan hal yang sama dengan cara pandang yang baru, dengan metode yang sesuai dengan jaman.

Fenomena kekerasan atas nama agama yang terjadi hingga saat ini, menjelaskan  sebuah masalah klasik  yang hingga saat ini yang tetap penting untuk didiskusikan yakni persoalan hubungan dialektis antara rasionalitas dan nilai-nilai hakiki yang dianut termasuk nilai iman. 

Masalah-masalah penghayatan agama  bersentuhan langsung dengan masalah kemampuan mengintegrasikan pendekatan-pendekatan rasional dalam cara dan praksis hidup beriman. 

Dialog untuk mencari jalan titik temu antara iman dan ratio ini sudah dimulai sejak zaman kuno dimana para filsuf awal bertanya soal penghayatan masyarakat yunani terhadap mitos-mitos yang mereka hidupi. Para filsuf ini berusaha untuk mencari jawaban atas mitos tersebut dengan berlandaskan kemapuan ratio akal budi.

 Masalah perncarian hubungan iman dan ratio ini tidak berhenti pada masa yunani kuno, tetapi kemudian terus berlanjut sepanjang sejarah hidup manusia. Pada masa abad pertengahan, muncul Santo Thomas Aqunias yang melakukan suatu pencarian yang sama, dimana ia sendiri berusaha untuk mencari dan menemukan jalan hubungan terhadap keduanya. 

Pada masa modern ini, jawaban-jawaban mengenai hubungan antara iman dan ratio terus digali walaupun sudah dalam bentuk yang lebih sederhana, seperti pertanyaan tentang makna symbol-simbol yang dipakai dalam suatu agama kepercayaan tertentu.

Dalam tulisan ini, saya hendak membahas secara khusus hubungan antara iman dan ratio dalam kerangka masa abad pertengahan. Fokus pembahasan yang hendak digali yakni pemahaman Thomas Aquinas tentang hubungan antara iman dan ratio dan bagaimana cara Thomas Aquinas menjelaskan hubungan antara dua kebijakasanaan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun