Kesenangan yang dimiliki oleh setiap orang jelas sangat berbeda-beda.
Dalam kehidupan, banyak sekali terjadi emosi yang beraneka ragam.
Emosi tak melulu berkaitan dengan rasa kesal, kecewa, atau marah, tetapi juga ada rasa senang dan bahagia.
Emosi merupakan bentuk dari perasaan seseorang, namun karena biasanya sering terjadi dalam luapan kesal dan amarah, maka seringkali emosi dikategorikan perasaan marah.
Anda, saya, dan siapapun memiliki emosi masing-masing. Kita punya rasa kesenangan dalam segala hal.
BACA JUGA: Ketika Baper Hancurkan Magis: Maaf, Tolong, dan Terima Kasih
BACA JUGA: Cerpen: Tak Mudah Katakan, Jangan Lihat dari Fisik
Senang karena baru mendapatkan informasi baru tertentu, senang karena mendapatkan teman baru, senang memiliki penghasilan, senang karena bertemu dengan orang yang dikagumi, senang bisa berkunjung ke tempat yang belum pernah kita datangi, dan masih banyak lagi.
Hanya saja, luapan rasa senang kita ini bisa mendadak menjadi hancur atau sedikit tergores jika ada rekan atau orang lain yang mengatakan "Biasa aja dong, jangan norak!"
Istilah sekarang mungkin kita bisa dibilang baper jika merasa kesal karena dianggap norak dengan kesenangan yang kita dapatkan.
Well, buat kalian yang sering mengatakan norak ke orang lain dengan kesenangan yang mereka miliki coba dipikir ulang ya.
Rasa senang setiap orang itu berbeda-beda tingkatannya, jangan samakan rasa senang mereka dengan yang kalian miliki.
Artinya, ya jangan rusak rasa senang yang dimiliki oleh orang lain. Karena bisa saja apa yang mereka lihat atau rasakan itu merupakan hal yang baru dan belum pernah terjadi.
Hanya saja yang perlu menjadi catatan, luapan rasa senang yang dimiliki itu juga harus dilihat bentuk ekspresinya.
Mau luapan itu seperti menyatakan kekagumannya dengan berteriak ringan, mengajak orang yang dikagumi untuk foto bersama, memposting momen tertentu ke akun media sosial, dan sebagainya.
Selama tidak merugikan Anda atau orang lain dan juga diri sendiri, jelas tidak masalah.
BACA JUGA: Tolong Jangan Ambil Tulisanku!
BACA JUGA:Â Fakta Menarik Tentang Lego yang Jarang Diketahui (YMK 5)
Yang menjadi masalah besar adalah jika mengeluarkan ekspresi rasa senang itu secara berlebihan yang merugikan orang lain dan diri sendiri, mungkin kata norak boleh dikeluarkan namun hanya sekedar untuk mengingatkan saja tanpa harus diiringi dengan kekerasan.
Mohon maaf, salah satu contoh luapan emosi atau rasa senang yang menurut saya merugikan diri sendiri dan orang lain adalah ekspresi senang dari sejumlah penggemar Persija Jakarta beberapa pekan lalu.
Saya tidak menyalahkan mereka merasa senang karena timnya juara Piala Menpora 2021, apalagi lawan yang dikalahkan adalah rival seteru, Persib Bandung.
Sayangnya, sejumlah penggemar Persija itu meluapkan rasa senangnya dengan berlebihan dan bisa merugikan orang lain serta diri sendiri.
Tentu kita sudah tahu betul, karena banyak berita yang sudah memberikan informasi ini, di mana seluruh fans Persija yang biasa disebut Jakmania ini melakukan selebrasi dengan berkerumu di Bunderan HI.
Jelas hal ini melanggar protokol kesehatan (prokes) di tengah pandemi Virus Corona atau Covid 19 yang masih mengintai di kawasan Indonesia, termasuk Jakarta.
Contoh kedua adalah sejumlah masyarakat yang memaksakan diri untuk tetap mudik atau berbelanja di kawasan Tanah Abang dengan jumlah yang sangat ramai.
Luapan rasa senang ini merupakan senang karena ingin bertemu sanak keluarga dan juga rasa senang ingin memberikan rezeki atau oleh-oleh jelang lebaran.
BACA JUGA: Scudetto di Antara Pizza, Conte, dan Inter Milan
BACA JUGA:Â Inter Milan Raih Scudetto, Ini Daftar Juara Serie A Era 2000an
Sekali lagi saya tidak salahkan luapan emosi bahagia mereka, hanya saja saat ini waktunya sedang tidak tepat.
Beberapa bulan terakhir, angka penurunan korban covid 19 atau hasil negatif dari virus corona sudah cukup membaik, bahkan angka penurunannya terbilang tinggi.
Namun jika seperti ini tetap dilakukan, jelas luapan rasa senang ini bisa merugikan orang lain dan juga diri sendiri.
Dua contoh di atas pun membuat saya sedikit bingung, apakah perlu dikatakan norak atau tindakan yang tidak tepat?
Mungkin para Kompasianer atau Sones memiliki pandangan tersendiri boleh bantu jawab di komentar.
Kembali lagi ke pembahasan utama, dalam artikel ini, saya hanya ingin mengingatkan ke semua orang, termasuk diri saya sendiri agar tidak merusak kesenangan orang lain yang tidak merugikan siapapun.
Karena nanti ada saatnya juga kita menemukan hal baru yang menyenangkan dan saat ingin mengekspresikannya tentu tak ingin rasa senang kita dirusak bukan?
Semoga artikel ini bermanfaat, salam semangat :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H