Mohon tunggu...
Yohanes Gani
Yohanes Gani Mohon Tunggu... Lainnya - orang biasa saja

suka jalan jalan sambil menikmati apa saja yang ditemukan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Bangga sebagai Pelacur

3 Januari 2024   08:48 Diperbarui: 3 Januari 2024   08:57 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku seorang pelacur. Ya pekerjaanku adalah pelacur. Bukan pelacur yang bernasib baik seperti Vivian dalam film Prety Woman atau yang berhati emas seperti Gulabo dalam film Paasya atau sehebat Mata Hari (H21) mata-mata terkenal dalam perang dunia I yang dihukum mati oleh pasukan Perancis pada 15 Oktober 1917. Aku lebih mirip Maria Magdalena yang digambarkan oleh WS Rendra dalam Nyanyian Angsa. Tetapi aku bangga sebagai pelacur.

Seorang kawan aktifis perempuan pernah mengatakan agar aku pakai istilah PSK, Pekerja Seks Komersial. Bukan pelacur. Bagiku PSK bisa ditafsirkan banyak arti. Partai Sejahtera Kemakmuran. Atau Panitia Selamatan Khitanan. Atau yang lainnya. Jika aku mengatakan, "Aku PSK" maka orang akan bertanya lagi. Mereka mengira anggota partai Partai Sejahtera Kemakmuran atau yang lain. Tetapi jika kukatakan aku pelacur, maka orang langsung paham. Aku tidak mau orang yang bukan pelacur nanti dikira pelacur karena dia anggota PSK-PSK-PSK lain. Atau nanti orang tidak mau menggunakan singkatan PSK sebab takut dianggap pelacur.

Aku bangga sebagai pelacur. Meski semua orang mencibirkan bibirnya. Menghujatku. Mengejar-ngejar untuk menangkapku. Tidak jarang saat tertangkap aku diperlakukan seperti hewan. Bahkan mungkin orang ingin membakar atau merajam. Tidak ada orang protes bila aku diperlakukan kejam dan sewenang-wenang. Seolah itu sudah wajar, sebab pelacur adalah orang hina. Kasta terendah dari segala kasta yang ada didunia ini. Manusia kotor. Menjijikkan. Maka tidak ada satu pun gadis cilik yang bercita-cita  menjadi pelacur. Jika ada yang berani mengatakan itu pasti akan dipukuli oleh orang tuanya. Guru agamanya akan mengusirnya. Mungkin dia dikeluarkan dari sekolah. Tidak boleh ada gadis yang bercita-cita jadi pelacur. Pelacur bukanlah cita-cita.

Aku bangga sebagai pelacur, sebab pelacur sudah ada sejak ratusan tahun sebelum masehi. Meski pelacur dianggap hina dan diburu untuk dihukum tetapi tetap ada. Titik Puspa dalam lagu berjudul "Kupu Kupu Malam" menggambarkan keadaan pelacur. Orang membenci tetapi juga mencintainya. Orang mengutuknya sebagai penghuni neraka tetapi orang mencarinya, membutuhkannya, bahkan rela menghamburkan hartanya. Meninggalkan keluarganya demi seorang pelacur.

Aku disebut pelacur sebab menjual diriku. Menjual jasa untuk memuaskan nafsu seksual para pria. Tubuhku kugunakan sebagai alat untuk bertransaksi. Tubuhku kutawarkan kepada siapa saja demi uang. Oleh karena tubuhku dinikmati oleh banyak pria maka aku dianggap sebagai penyebar penyakit. Sipilis, raja singa, bahkan sampai HIV. Merebaknya semua penyakit ini seolah kesalahanku. Semua virus itu mengeram dalam tubuhku dan siap kubagikan. Aku penyebar virus yang mematikan.

Apakah di dunia ini hanya aku sendiri yang menjadi pelacur? Tidak! Sekali lagi kukatakan tidak! Banyak pelacur tetapi tidak pernah mau mengakui diri sebagai pelacur. Tidak bangga sebagai pelacur. Sebaliknya bersembunyi dibalik atribut-atribut kesucian, jabatan, popularitas atau penampilan yang menunjukkan status terhormat. Dalam kamus bahasa Indonesia pelacur dari akar kata lacur yang artinya malang, celaka, sial, buruk laku. Pelacur artinya orang celaka, menjual diri. Pelacur juga disebut tunasusila. Tuna berasal dari bahasa Sangsekerta yang artinya rusak, kurang, tidak memiliki. Susila berarti beradab; sopan, adat istiadat yg baik. Tunasusila adalah orang yang kebaikannya rusak, tidak beradab, tidak sopan, tidak baik. Apakah hanya aku seorang tunasusila?

Aku bertransaksi dengan menyodorkan sesuatu yang tampak. Tubuhku. Bahkan seorang pelacur akan merasa terhina jika tubuhnya tidak dinikmati oleh orang yang menggunakannya seperti dalam novel karya Gabriel Garcia Marquez yang berjudul "Kenangan Perempuan Penghibur yang Melankolis," Sedangkan Kamu bertransaksi dengan yang tidak tampak. Pemikiranmu. Ideologimu. Agamamu. Jabatanmu. Statusmu. Tujuan kita sama. Memuaskan orang lain agar dia membayar kita. Semakin kita puaskan mereka semakin besar uang yang kita terima. Maka kita sebetulnya sama. Kita adalah pelacur. Tetapi kamu pasti akan terhina jika kukatakan "Teman. Kita sama-sama pelacur". Kamu menyebarkan virus kebencian, fitnah, dan kejahatan yang merusak moral atau susila banyak orang. Korbanmu jauh lebih banyak daripada orang yang terkena sipilis atau HIV. Tetapi aku yakin kamu pasti akan meradang kalau aku berkata, "Kawan. Kita sama-sama pelacur". Tingkah lakumu dan perkataamu tidak beradab. Tidak sopan. Tetapi kamu pasti akan mencaciku jika kukatakan "Kawan. Kita sama-sama tunasusila".

Sebetulnya jika kita jujur maka kamu dan aku sama-sama pelacur meski berbeda yang kita jual. Kamu menjual ideologi, agama, prinsip hidup, dan sebagainya sedangkan aku menjual tubuhku. Kamu tidak beradab dan aku juga tidak beradab. Kita sama-sama tunasusila. Hanya bedanya kamu tidak bangga sebagai pelacur. Kamu menyelubungi ke-pelacur-an mu dengan kesucian, jabatan, prestasi, popularitas, status dan penampilanmu. Kamu menyatakan diri sebagai manusia terhormat, sedangkan aku mengaku sebagai pelacur. Kamu dengan lantang mengatakan berhak atas surga sedangkan aku akan dibuang ke neraka. Tapi siapakah yang dapat menentukan masuk surga dan neraka? Atau kamu pelacur yang terselubung atau aku orang yang bangga sebagai pelacur atau Tuhan yang memiliki surga dan neraka?

Aku bangga sebagai pelacur, sebab aku ingin jujur. Jujur bahwa aku mencari uang dari menjual tubuhku. Aku tidak ingin bersembunyi-sembunyi. Tidak ingin memakai topeng. Sampai kapan pun aku akan bangga sebagai pelacur. Karena aku memang pelacur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun