Mohon tunggu...
Yohanes Anggoro
Yohanes Anggoro Mohon Tunggu... -

Cah Ndeso Pengen Pinter

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Indonesia di Mata Wisatawan Jepang

3 Juni 2012   14:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:26 3661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1338734808391792946

Kisah ini terjadi sekitar dua tahun yang lalu .... Di suatu pagi yang sejuk dan diiringi siraman gerimis, hawa dingin menembus badan sesaat setelah saya keluar dari taksi di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, dengan langkah cepat saya pun segera masuk ke gedung keberangkatan dengan harapan bisa mendapatkan suasana yang lebih hangat. Di antrian loket check-in saya memperhatikan beberapa orang yang sibuk lalu lalang dan tepat di belakang saya terdapat beberapa wisatawan asing, yang menurut perkiraan saya mereka berasal dari jepang karena bahasa yang digunakan terasa kental sekali dengan bahasa jepang yang sering saya tonton dari film Conan versi jepang.  Pertemuan awal di loket tersebut tidak ada yang istimewa. Sesaat setelah check in, segera saya langsung menuju ke ruang tunggu keberangkatan karena saya merupakan tipikal orang yang merasa sudah nyaman jika sudah duduk di ruang tunggu, berbeda dengan beberapa teman saya yang lebih suka menghabiskan waktu tunggu dengan ngopi di suatu cafe sepanjang bandara.  Kebiasaan saya di ruang tunggu bandara adalah mencari tempat duduk yang dekat dengan televisi, hal ini supaya saya tidak merasa jenuh.  Perlahan saya membuka tas ransel dan mengeluarkan bekal roti isi coklat kesukaan saya yang sudah dipersiapkan oleh istri tercinta (maklum waktu itu masih pengantin baru) ..... jadi meskipun bekal sederhana tapi saya menikmatinya dengan amat sangat. Tidak lama setelah saya duduk, datang dan ikut duduk disebelah saya beberapa pasang orang jepang yang sebelumnya saya lihat di belakang antrian check in.  saya hitung ada sekitar 10 pasangan suami-istri, umur mereka saya prediksi berkisar 50 - 60 tahun,  sebelum mereka duduk, salah satu dari mereka bertanya kepada saya dalam bahasa inggris, katanya "Maaf apakah tempat duduk di sebelah anda kosong? boleh kami duduk di sebelah anda?" dalam hati saya "santun sekali mereka" dan saya menjadi pekewuh (sungkan), segera dengan sigap  saya persilahkan mereka duduk di sebelah saya dan mereka ikut mencermati siaran yang ada di televisi. Saya memperhatikan tingkah laku beberapa diantara mereka, sungguh mereka sekelompok orang yang sangat tertib (mungkin itulah ciri khas dari bangsa Jepang), dengan kalung identitas berisi nama dan asal negara saya jadi teringat sepupu kecil saya yang saat itu juga sekolah di Jepang, di foto facebook nya terpampang foto sepupu kecil saya dengan kalung identitas saat sedang mengikuti kegiatan acara di sekolahnya.  Satu dari mereka sedang membuka Laptop dengan merk "Panasonic", laptop yang menurut saya bentuk dan merk nya tidak populer di Indonesia, saya melihat dengan jelas orang tersebut sedang upload beberapa foto di blog nya dan sedang chatting dengan kerabatnya, dari beberapa foto yang saya lihat, saat itu saya berkesimpulan kelompok ini sedang mengadakan liburan dengan melakukan serangkaian perjalanan ke beberapa lokasi wisata di Indonesia. Karena penasaran, saya memulai percakapan dengan orang Jepang di sebelah saya, berikut cuplikan beberapa percakapan yang masih saya ingat, kira-kira percakapannya dalam bahasa indonesia : Saya : "Apakah anda akan menuju ke Makassar?" karena saat itu tujuan saya memang ke makassar dan ruang tunggu tersebut memang untuk penumpang tujuan makassar Wisatawan : "Tidak, kami hanya transit sebentar di Makassar, karena tujuan kami adalah  Tana Toraja" Tana Toraja merupakan obyek wisata yang terkenal dengan kekayaan budayanya. Kabupaten yang terletak sekitar 350 km sebelah Utara Makassar ini sangat terkenal dengan bentuk bangunan rumah adatnya (Tongkonan). Atapnya terbuat dari bambu yang dibelah dan disusun bertumpuk, namun saat ini banyak juga yang menggunakan seng. Tongkonan ini juga memiliki strata sesuai derajat kebangsawanan masyarakat seperti strata emas, perunggu, besi dan kuningan. (Tongkonan) Saking begitu melekatnya image Tana Toraja dengan bangunan rumah adatnya ini, sebagai bentuk promosi pariwisata dan untuk menggaet turis Jepang ke daerah ini, maka rumah adat pun dibangun di negeri “matahari terbit” itu. Bangunannya dikerjakan oleh orang Toraja sendiri dan diboyong pengusaha pariwisata ke negari sakura. Sekarang di Jepang, sudah ada dua Tongkonan yang sangat mirip dengan Tongkonan yang asli. Kehadiran Tongkonan selalu membuat kagum masyarakat negeri tersebut karena bentuknya yang unik. Perbedaannya dengan yang ada di Tanah Toraja hanya terletak di atapnya yang menggunakan bambu.  Maka tidak heran jika Wisatawan Jepang tersebut ingin langsung datang ke Tana Toraja Saya : "Sudah berkeliling kemana saja selama di Indonesia?" Wisatawan Jepang : "Selama tiga hari yang lalu kami sudah ke Bali, dan setelah dari Tana Toraja, kami berencana ke Manado, saya dengar disana terdapat terumbu karang yang sangat indah" Saya : "Apa yang membuat anda dan kelompok anda berlibur di Indoneisa?" Wisatawan Jepang :"Saya mendengar cerita keindahan negara kamu dari kerabat yang belum lama sudah datang ke Indonesia" Saya : "Apa kesan anda selama beberapa hari di Indonesia?" Wisatawan Jepang : "Saya sangat suka Indonesia, jika saya menjadi anda, saya akan sangat bersyukur dan merasa diberkati untuk semuanya. Seharusnya Indonesia bisa lebih maju dari Jepang" Deg ..... komentar yang singkat namun sampai saat ini masih terus saya ingat, sejenak saya berpikir dan merenung .... Betulkah apa yang dikatan orang ini? Bisakah Indonesia lebih maju dari Jepang? Lantas apa yang salah selama ini?? Kenapa kenyataannya sampai sekarang Indonesia jauh tertinggal dari Jepang?? Kemudian tidak lama setelah komentar tersebut, sudah tiba saatnya kami dipanggil untuk segera masuk ke pesawat, tidak lupa saya mengucapkan "Selamat jalan, semoga liburannya menyenangkan" dan ia pun membalas "Terima kasih (dalam bahasa indonesia)". Sudah menjadi kebiasaan saya, didalam pesawat saya selalu memilih tempat duduk dekat dengan jendela sesuai dengan tiket yang saya pesan.  saya pikir wisatawan jepang tersebut berada di belakang, namun tidak lama kemudian duduk sepasang suami-istri wisatawan jepang yang lain tapi masih termasuk dalam bagian kelompok wisatawan jepang tersebut.  hal ini terlihat dari kalung identitas yang sama persis dengan yang digunakan kelompok tersebut. Sebelum pesawat take off, mereka (suami-istri) meminta saya untuk mengambil foto mereka menggunakan kamera yang mereka bawa. Lantas saya berpikir mungkin alangkah baiknya jika mereka berdua yang duduk di dekat jendela supaya bisa melihat pemandangan nantinya setelah pesawat mengudara, saya pun menawarkan kepada mereka untuk bertukar tempat duduk seperti yang saya pikirkan, dan mereka pun sangat senang dan menyanggupinya. Alhasil saya dan mereka bertukar tempat duduk.  Didalam pesawat sesaat setelah pesawat  take off, mereka pun mulai mengambil beberapa  foto dari jendela, mulai dari garis pantai pulau jawa sampai pemandangan puncak gunung yang di lewati tidak luput dari jepretan mereka. Tidak banyak percakapan dengan mereka didalam pesawat, hanya salah seorang dari mereka setelah memotret pemandangan kota makassar sebelum mendarat berkata "Negara anda sungguh sangat indah, semuanya ada di Indonesia", saya pun membalas dengan senyum dan mengucapkan "terima kasih, semoga perjalanan anda menyenangkan" Setelah pesawat mendarat di makassar, dan saat mengambil bagasi, saya melihat kelompok wisatawan Jepang tersebut berkumpul menjadi satu dan terlihat 2 orang tour guide yang sedang memberi penjelasan kepada mereka. Pertemuan yang singkat dengan mereka namun sampai saat ini  saya masih teringat dengan komentar salah satu wisatawan jepang tersebut yang mengatakan "Seharusnya Indonesia bisa lebih maju dari Jepang" Sebuah komentar yang selalu terbekas di hati saya dan menjadi sebuah motivasi bagi saya pribadi untuk membuktikan betulkah seharusnya seperti itu?? -yohanes dwi anggoro-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun