Puncak Jayawijaya, atau yang dikenal sebagai Cartenz Pyramid, merupakan salah satu tempat di kawasan tropis yang memiliki salju abadi. Berada di ketinggian lebih dari 4.800 meter di atas permukaan laut, puncak ini menjadi kebanggaan Papua dan salah satu destinasi unik di dunia.
Pada tahun 2010, tercatat bahwa salju abadi memiliki ketebalan 32 meter. Namun, pada tahun 2015 hingga sekarang, Penelitian menunjukkan bahwa gletser di Puncak Jayawijaya telah mengalami penyusutan yang signifikan selama beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data satelit dan laporan lapangan, setiap tahun gletser mengalami penurunan ketebalan sebesar 5 meter per tahun.
Faktor Penyebab
1. Perubahan Iklim Global
Naiknya suhu global akibat peningkatan gas rumah kaca menjadi faktor utama mencairnya es di Puncak Jayawijaya. Suhu rata-rata di wilayah pegunungan ini terus meningkat, mengakibatkan pencairan gletser yang lebih cepat dari sebelumnya. Â
2. Fenomena El Niño
El Niño, yang mempengaruhi pola cuaca di kawasan tropis, telah menyebabkan kekeringan berkepanjangan di Papua. Hal ini mempercepat pengurangan cadangan es di Jayawijaya. Â
3. Polusi dan Aktivitas Manusia
Polusi udara dari aktivitas manusia, baik lokal maupun global, dapat memengaruhi tingkat pencairan gletser. Partikel debu dan karbon hitam yang menempel di permukaan es mempercepat penyerapan panas matahari, sehingga mempercepat pencairannya. Â
1. Penambahan Sumber Air
Dalam jangka pendek, pencairan gletser dapat menyediakan tambahan sumber air bagi wilayah sekitar. Â
2. Kesempatan Penelitian Ilmiah
Fenomena ini memberikan peluang bagi ilmuwan untuk mempelajari dampak perubahan iklim secara langsung dan merumuskan solusi yang relevan. Â
Dampak Buruk Pencairan Es
1. Hilangnya Salju Abadi
Jika pencairan terus berlanjut, gletser di Puncak Jayawijaya akan benar-benar hilang, menghapus salah satu ciri khas geografi unik Indonesia. Â
2. Perubahan Ekosistem
 Kehilangan es mempengaruhi habitat spesies lokal dan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem di wilayah pegunungan Papua. Â
3. Dampak Sosial dan Budaya
Salju di Jayawijaya memiliki nilai spiritual dan budaya bagi masyarakat adat Papua. Hilangnya salju abadi dapat mempengaruhi identitas budaya mereka.Â
Pencairan es di Puncak Jayawijaya merupakan tanda nyata dari dampak perubahan iklim yang terjadi di depan mata kita. Ini adalah panggilan untuk bertindak, tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga bagi komunitas global, untuk melindungi salah satu warisan alam paling berharga di dunia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H