Mohon tunggu...
Yohanes Bosco Otto
Yohanes Bosco Otto Mohon Tunggu... Lainnya - PNS Penyuluh Agama Katolik Kantor Kementerian Agama Kota Pangkalpinang Babel

Berbuatlah mulai dari hal kecil

Selanjutnya

Tutup

Diary

Berkat Memerlukan Usaha

24 Maret 2023   08:03 Diperbarui: 24 Maret 2023   08:13 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

BERKAT MEMERLUKAN USAHA

(Yohanes 5:1-16)

Semua orang pasti selalu mengharapkan berkat. Ada bermacam-macam berkat yang diharapkan setiap orang. Bisa sama, bisa berbeda. Sejumlah orang mengharapkan berkat sambil terus berusaha, berjuang dengan segala cara dan daya penuh kesabaran untuk memperolehnya. Namun tidak sedikit orang mendambakan berkat tanpa perjuangan atau bingung mau berbuat apa untuk mendapatkannya, bahkan dengan tidak sabar ingin mendapatkan tanpa mengeluarkan energi. Membicarakan kondisi ini, saya teringat akan pengalaman nyata saya yang sakit pada tahun 2020 ketika bertugas di Jakarta. Saat itu bertepatan dengan Pandemi Covid-19. 

Saya mengalami peningkatan asam lambung yang sangat tajam hingga mengakibatkan kinerja otak saya sangat menurun secara drastis, bahkan bisa dibilang setengah lumpuh. Kondisi psikis saya sangat terganggu, bahkan dokter penyakit dalam sampai memberikan rujukan ke psikiater, saya divonis mengalami depresi. Saya menjalani pengobatan dari tahun 2020 sampai dengan 2022 awal, baik secara medis, tradisional maupun spiritual. Kinerja saya bisa dibilang lumpuh, tidak bisa berpikir, apalagi membuat tulisan-tulisan, berbicara pun hampir tidak bisa. Dan yang paling mencemaskan adalah saya sampai mengalami gangguan jiwa ingin menyakiti/membunuh diri.

Meski demikian usaha saya untuk sembuh terus saya jalankan. Terapi mandiri dalam keputusaan tetap saya lakukan. Berdoa, ekaristi dan devosi secara terus menerus saya lakukan tanpa putus, sampai pada bulan September tahun 2021 ketika saya sudah pindah kembali ke Pangkalpinang, saya menjalani terapi psikiater sambil terus berdoa dan berolahraga. 

Awalnya saya takut berolahraga karena seolah-olah merasakan sakit jantung. Kalimat terakhir saya sebelum akhirnya saya sembuh adalah "mati dan hidup di tangan Tuhan mulai hari ini di samping rutin terapi dokter dan berdoa, saya akan berolahraga". Olahraga yang saya lakukan secara rutin adalah tenis meja. 

Perlahan tapi pasti akhirnya saya sembuh. Kinerja fisik dan psikis saya berangsur-angsur pulih. Otak saya pun mulai bekerja dengan baik, bahkan bisa dikatakan lebih baik lagi. Bagi saya ini adalah berkat, ini adalah mujizat Allah yang telah saya terima setelah sekian lama dalam jatuh dan bangun berusaha dan terus berdoa dan ekaristi. Kesabaran membawa berkat, usaha dan perjuangan menghasilkan berkat. Dan yang paling penting dari pengalaman saya adalah "berdoa" merupakan usaha yang menjadi jiwa dari semua usaha lainnya.   

Saudara-saudari, hari ini kita mendengarkan kisah seorang yang sudah 38 tahun lamanya menderita sakit, berarti lebih lama dari saya. Ia hanya berbaring di serambi dekat kolam. Menurut kepercayaan orang Yahudi, bahwa kalau air dalam kolam itu mulai goncang, maka orang sakit harus dimasukan ke dalam kolam dan mereka akan disembuhkan. Sayang sekali, tidak ada seorang pun yang datang menolongnya. Penantiannya selama 38 tahun yang tentu juga disertai usaha dan doa akhirnya berbuah berkat. Yesus yang melihat tergerak oleh belas kasih-Nya, menawarkan berkat kesembuhan. "Maukah engkau sembuh?". Tanggapannya yang menunjukkan kesabaran dan usahanya selama 38 tahun kini mendatangkan berkat. Kini buah dari usaha yang sabar itu terjadi ke atasnya. Yesus menganugerahkan kesembuhan dengan berkata kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah." Dan pada saat itu juga sembuhlah dia.

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara kita pasti tahu bahwa begitu banyak anggota masyarakat kita yang sedang berjuang dengan penuh kesabaran ingin memperoleh berkat, terutama mereka yang miskin yang saat ini kebetulan sakit. Mereka ingin sembuh tetapi tidak mampu membiayai pengobatan. 

Berangkat dari pengalaman pribadi saya di atas dan kisah Injil tadi kita sebagai umat Katolik di masa puasa ini dapat berkontribusi terwujudnya berkat bagi mereka yang miskin dan sakit dengan memberikan sumbangan sesuai kemampuan kita dan usaha yang pasti bisa kita lakukan tanpa biaya adalah mendoakan secara rutin bagi mereka. Dan sebagaimana pengalaman nyata saya dan pengalaman orang sakit yang dikisahkan dalam Injil tadi usaha yang sabar, tekun dan doa serta ekaristi penuh iman pasti mendatangkan berkat. Dengan melakukan ini kita sudah berpartisipasi dalam pembangunan bidang Agama, Sosial dan Kesehatan. Bukankah kita juga sekaligus menjadi berkat? Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun