Mohon tunggu...
Yohanes Ade Kurniawan
Yohanes Ade Kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas. Sedang menyelesaikan studi. Bergiat di UKM Teater Langkah. Memiliki hobi bermusik dan memelihara musang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nilai-Nilai Budaya Bergeser, Teknologi Terus Berkembang (oleh Yohanes Ade Kurniawan)

18 Juli 2022   02:44 Diperbarui: 18 Juli 2022   03:35 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan teknologi tidak dapat lagi dielakkan. Semakin berkembangnya zaman, teknologi menjadi sebuah budaya yang sangat tren bagi kehidupan manusia. Hal itu dikarenakan segala kebutuhan dapat dipenuhi oleh teknologi, karena keinstanan atau kepraktisan yang terdapat pada teknologi, sehingga tidak dapat dipungkiri berdampak kepada nilai-nilai budaya. 

Tertinggalnya kebudayaan yang dianggap lama atau kuno oleh kehadiran kebudayaan baru, membuat kepribadian seseorang juga berubah secara signifikan, terutama kepada masyarakat Minangkabau yang kental dengan budayanya.

Kehadiran teknologi sampai kepada perkembangannya membuat kita terkadang juga menjadi masyarakat yang gagap menyikapi hal tersebut, karena di satu sisi sedikit saja ketinggalan informasi, hal itu mambuat kita dianggap tidak update dengan hal-hal baru atau serba ketinggalan informasi-informasi, dan bahkan informasi penting sekalipun, sehingga teknologi merupakan sebuah perkembangan yang tidak bisa ditolak kehadirannya oleh apapun, karena mau tidak mau, teknologi akan berkembang terus, maka hanya ada pilihan antara kita yang menolak kehadiran teknologi dengan terlambatnya mengetahui infomasi dan menjadi masyarakat yang tertinggal dengan mempertahankan dan menjaga ketradisionalan, atau menerima kehadiran teknologi, menikmati perkembangannya, dan lama kelamaan tergerusnya nilai-nilai kearifan lokal yang telah tersemat utuh sejak lahir di tanah kelahiran yang memiliki budaya yang kental, sehingga kita menjadi masyarakat yang tidak bermental budaya, melainkan bermental “teknologi”.

Masyarakat Minangkabau juga menikmati hal tersebut, karena kemajuan dan perkembangan teknologi juga dapat memudahkan segala hal termasuk pekerjaan. Namun pada suatu persoalan terkadang kita menjadi masyarakat yang gagap ketika menghadapi persoalan terkait perkembangan dan kemajuan teknologi. Hal tersebut terlihat bahwa bergesernya nilai-nilai budaya pada generasi pengguna teknologi tersebut, sehingga hal tersebut seperti jamur yang tumbuh di antara nilai-nilai budaya itu. 

Seperti salah satu contohnya yaitu nilai-nilai budaya Minangkabau dalam berpakaian. Pada masa lampau dapat diketahui bahwa seseorang berasal dari Minangkabau dari cara berpakaiannya, akan tetapi dari pengaruh  masuknya budaya Barat dan berkembangnya teknologi, masyarakat Minangkabau seperti kehilangan salah satu ciri khasnya yang padahal gampang untuk diketahui oleh orang lain.

Trennya kehidupan, membuat gaya berpakaian menjadi sebuah wibawa yang dibangun oleh seseorang terhadap orang lain, sehingga cara berpakaian tradisi atau yang menandakan ciri khas masyarakat Minangkabau telah jarang ditemukan, kecuali pada hari-hari besar seperti pernikahan, upacara adat, dan acara-acara tradisi lainnya. 

Contoh lainnya terlihat pada transportasi tradisi yaitu bendi. Bendi dikenal sebagai alat transportasi yang terkenal di Minangkabau sejak masa kolonial, namun semakin bergantinya zaman dan masa, bendi kalah pamor dari angkutan umum yang merupakan produk perkembangan teknologi. Banyak hal yang dapat dipetik dari bendi tersebut, salah satunya hubungan manusia dengan hewan yang merupakan sesama ciptaanNya.

Contoh lainnya dapat dilihat dari segi makanan khas Minangkabau. Makanan khas Minangkabau sudah terkenal di mana-mana sampai ke luar negeri sekalipun, akan tetapi yang tergerus oleh perkembangan teknologi terhadap makanan khas Minangkabau yaitu sudah mulai hilangnya dapur-dapur tradisi. 

Masyarakat Minangkabau memanfaatkan perkembangan teknologi untuk memudahkan suatu pekerjaan, tetapi dengan hilangnya dapur tradisi, memudarkan kehangatan antara pemasak dengan yang membantu dalam memasak tersebut, karena pada dapur tradisi, banyak menggunakan alat-alat manual, sehingga lelah saat memasak terasa hangat dan hubungan menjadi erat seperti keluarga sesama pemasak. Pada dapur-dapur modern jarang ditemukan kehangatan-kehangatan seperti itu.

Contoh lainnya ditemukan pada kesenian Minangkabau. Begitu banyak kesenian di Minangkabau. Namun lama kelamaan kesenian Minangkabau semakin terancam punah, karena tidak adanya generasi yang mau belajar dan meneruskan kesenian tersebut. Generasi tersebut lebih ingin belajar hal-hal praktis yaitu dari teknologi, dan juga lebih tertarik untuk mempelajari kesenian dari Barat daripada kesenian kampung halamannya sendiri.

Contoh lainnya juga ditemukan pada nilai sopan santun, yaitu pada umumnya generasi yang bermental “teknologi” lebih mementingkan dirinya sendiri dan guna terhadap dirinya, ketimbang menenggang dan membantu seseorang tanpa ada manfaatnya untuk dirinya sendiri. Melemah dan memudarnya kato nan ampek yang ada di Minangkabau oleh kalangan generasi. Hal tersebut berdampak kepada tidak tahunya akan iduik bakampuang jo banagari, tidak tahu bermamak dan berkemenakan, dan tidak tahu hidup bertetangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun