Mohon tunggu...
Yohanes Susanto
Yohanes Susanto Mohon Tunggu... -

Tidak terlalu jelek kalau dilihat dari belakang Lumayan tampan dilihat dari atas Dijamin Jatuh Hati jika dilihat dari depan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senja di Laantulajaya

12 Mei 2010   08:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:15 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senja di Laantulajaya

Langkah kakiku belum sempat sejajar tatkala kulihat

rona memerah di antara ketiak berbau para petani

dekat kampungku, Laantulajaya.

Sulit kureka dalamnya senyum yang terukir

dalam celah gigi kekuningan.

Sulit juga menuangkan dalam sketsa,

betapa tulusnya semburat tawa mereka.

Selamat sore kuucapkan pada mereka

Sesudah aku meneriakan “Laaaauuuut”.

Sebuah teriakan persahabatan tanda waktunya untuk beristirahat.

Hari sudah cukup senja.

Demikian biasanya di desaku. Laantulajaya.

Tapi

Yang kudapatkan adalah pemandangan khas

kampungku Laantulajaya.

Seorang ibu paruh baya, tanpa rasa malu,

membuka kaos kerjanya yang bersimbah lumpur,

membenahi penyangga buah dadanya,

yang tampak mulai menggelantung.

Tak sedikit jamur pakaian terlukis

pada tali-tali penyangga buah dada itu.

Waktu doa malam,

aku sisihkan waktu untuk hening.

Dan ibu paruh baya tadi melintas lagi.

Ah..tapi mengapa aku tak terangsang senja tadi,

aku heran.

Pikirku kemudian,

“ah..untung saja aku yang menyaksikan,

kalau saja para petinggi negara kita, maka…”

Aku hening lagi.

“Maka…tak ada lagi buruh petani perempuan di desaku, Laantulajaya”

Ha..ha..ha..

Aku tertawa sedikit,

supaya papa, mamaku tak terbangun.

Inilah kepolosan dan ketulusan senja

yang mengada tanpa pilar-pilar Undang-Undang.

Ah….. tunggu dulu.

Aku ingin tahu lebih jauh.

Apa alasan Petani Pemilik Tanah mempekerjakan ibu paruh baya tadi?

Gender alasannya?

Atau sebaga alasan penghias senja di Laantulajaya…..?

Bingung, aku makin bingung.

Dua-duanya benar, yang penting jago berkelit.

Aduh.. sampai di mana doa malamku tadi?

Ha..ha..ha..

01 Maret 2006

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun