Buku The Moral Imagination ditulis oleh John Paul Lederach. Dalam buku ini, Lederach membahas proses penciptaan perdamaian sebagai sebuah ketrampilan (skill) yang dapat dipelajari dan sekaligus seni (art). Buku ini terdiri dari lima belas bab dan menggunakan empat narasi (kisah) sebagai alat bantu penjelasan yang disusun.
      Pertanyaan mendasar yang dikembangkan oleh Lederach dalam buku ini adalah; Apakah kita bisa mengacuhkan siklus kekerasan yang menghipnotis masyarakat, ketika kita masih tinggal di dalamnya? (p.5). Dalam rangka menyusun sebuah eksplanasi untuk menjawab dan sekaligus mengembangkan pertanyaan tersebut, Lederach kemudian menawarkan sebuah tesis. Menurut Lederach, kemampuan untuk menghindari kekerasan akan muncul ketika didorong oleh kapasitas untuk dapat menimbulkan, menggerakkan dan membangun, apa yang disebut oleh Lederach dengan the moral imagination (p.5).
      Lederach menuliskan bahwa the moral imagination yang dirujuknya dalam buku ini, dapat terwujud jika beberapa prasyarat telah dimiliki. Pertama, memiliki kapasitas untuk membayangkan bahwa kita sesungguhnya terhubung (berada dalam satu jaringan) dengan pihak-pihak yang memiliki potensi untuk berkonflik dengan kita. Kedua, memiliki kemampuan untuk mempertahankan keingin-tahuan kita yang berlawan dengan kepercayaan umum. Ketiga, adanya kepercayaan yang mendasar dan pencarian atas perilaku yang kreatif. Keempat, memiliki penerimaan atas resiko yang akan muncul ketika kita melangkah masuk terlalu jauh dalam sebuah kasus kekerasan (p.5). Lederach melanjutkan penjelasannya, bahwa keempat prasyarat tersebut harus dikembangkan untuk, pertama, memahami proses melarutnya sebuah kekerasan dalam kondisi tertentu dan mengapa sebuah perubahan sosial menjadi hal yang mendasar. Kedua, mengeksplorasi cara-cara kreatif yang mampu mendukung penciptaan perdamaian (p.5).    Â
      Dalam buku ini Lederach menyusun narasi atas empat kisah dari beberapa wilayah konflik di Afrika, seperti Nigeria, Wajir (perbatasan Kenya, Somalia dan Etiopia), dan juga Amerika Selatan, seperti Kolombia serta Asia, seperti Tajikistan. Kisah tersebut menceritakan konflik etnis (Nigeria) dan peranan kelompok gender tertentu dalam sebuah konflik (Wajir) dan konflik ideologi yang bermuara kepada munculnya kelompok pengacau keamanan (Kolombia dan Tajikistan).
      Menurut saya, berdasarkan pembacaan atas konsep-konsep dasar dalam tesis yang disusun dan kisah yang dipakai oleh Lederach dalam buku ini, satu hal yang perlu digaris bawahi adalah kata imajinasi (imagination). Lederach menunjukkan, dengan mengangkat contoh seorang pelukis dari Tajikistan, Akmal Mishakarol dan kutipan dari perkataan Albert Einstein, bahwa imaginasi memiliki kekuatan untuk membuat Akmal dapat melukiskan tentang peristiwa Terorisme di WTC, New York walaupun pada saat kejadian Ia berada di rumahnya di Tajikistan. Hal ini merujuk pada perkataan Einstein yang dikutip Lederach, bahwa "logic will get you from A to B. Imagination will take you everywhere". Dengan kata lain, Lederach ingin menunjukkan bahwa moral imagination memiliki potensi yang besar untuk dapat berkontribusi secara positif dalam menciptakan perdamaian, baik dalam lingkup domestik ataupun internasional (dimana imajinasi dapat melampaui batasan ruang dan waktu).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H