Buku "Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia" Â adalah sebuah karya historis dari George McTurnan Kahin yang merekam kejadian-kejadian sejarah di Indonesia dalam periode pertengahan tahun 1948 sampai dengan pertengahan 1949. Dalam periode tersebut Indonesia sedang berada dalam fase revolusi, fase transformasi menjadi sebuah Negara Kesatuan.
Selama melakukan penelitian sejarah, Kahin banyak bersinggungan dengan tokoh-tokoh dari berbagai pihak. Nama-nama seperti Soekarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir dan H.Agus Salim mewakili sebagian tokoh-tokoh Indonesia yang berhasil didekatinya. Dari pihak kolonial (Belanda), nama Wakil Gubernur Jenderal J. van Mook dan Ketua Kabinet P.J.Koets tak lepas dari pengamatan Kahin.
Karya historiografi yang disusun oleh Kahin ini, walaupun ditulis berdasarkan pengamatannya secara langsung dalam lokasi dan waktu yang aktual (jika dikaitkan dengan materi sejarah yang ditulisnya), bukan tak luput dari kritik. Kahin sendiri menyadari bahwa karyanya tersebut belum bisa dikatakan sempurna. Karya ini diakuinya masih terlalu sarat akan interpretasi dan subyektifitasnya sebagai seorang sejarawan.
Menurut analisa Kahin sendiri, banyak kritik dituainya akibat dari keterbatasan akses  untuk dapat bertemu langsung dengan para pelaku sejarah di Indonesia pada periode yang ditelitinya. Hal ini disebabkan tokoh-tokoh seperti Tan Malaka, Amir Syarifuddindan Musso misalnya, sedang berada dalam penjara atau sudah dihukum mati. Kondisi tersebut berdampak kepada penulisan sejarah yang dilakukan Kahin menjadi terkesan pilih kasih, atau hanya memihak kepada pandangan kelompok tertentu. Â
Namun terlepas dari berbagai kesuksesan dan kritik yang diraih Kahin dari hasil kerja pnelitian sejarahnya ini, pengalaman membaca dan merefleksikan buku "Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia" ini memberikan pemahaman tersendiri bagi saya. Tiap bab nya memberikan pemahaman yang mendalam, dan semakin mendalam mengenai kaitan nasionalisme dan revolusi di Indonesia.
Bab I sampai dengan Bab III buku ini merupakan bagian yang mengintrodusir kepada pembaca mengenai posisi geografis, lingkungan dan ideologi yang hidup (sekaligus pergerakan yang timbul sebagai manifestasi ideologi tersebut) di Indonesia. Hal yang menarik pada bagian ini bagi saya adalah usaha Kahin untuk membedakan pemahaman Nasionalisme yang tumbuh di Indonesia (karena terdapat beragam suku bangsa, kelompok ideologis dan golongan masyarakat) dengan perkembangan Nasionalisme di Eropa.
Selain perkembangan Nasionalisme di Indonesia, pada bagian ini juga dituliskan oleh Kahin bahwa penjajahan yang dilakukan Belanda (pertama-tama melalui VOC) telah mengubah struktur dan pola masyarakat, khususnya di Pulau Jawa. Kemunculan dan Perkembangan organisasi kebudayaan dan politik yang dimotori oleh kaum terpelajar juga disinggung oleh bab ini.
Secara acak, pada bab-bab berikutnya, Kahin memaparkan informasi mendetail tentang elemen-elemen pergerakan revolusioner yang terdapat di Indonesia. Elemen-elemen tersebut antara lain adalah perjanjian-perjanjian politis, agresi militer/peperangan dan organisasi/partai politik. Selain itu narasi Kahin juga diwarnai dengan pertentangan golongan masyarakat (tua-muda, pribumi-cina-kolonial, komunis-keagaaman).
Buku ini ditutup dengan anggapan Kahin bahwa Indonesia telah menuai kesuksesan setelah fase revolusi yang terjadi. Kahin juga menuliskan harapannya agar di masa mendatang rakyat (sekaligus pemimpin) di Indonesia dapat meninggalkan tradisi feodaluntuk mewujudkan sebuah republik yang demokratis. Kahin juga menegaskan perlunya orientasi sosial ekonomi yang disesuaikan dengan ekspektasi masyarakat akan tingkat kesejahteraan hidup yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H