Mohon tunggu...
yohanes wibowo
yohanes wibowo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi UMKM

Membebaskan diri kita untuk melihat dunia dan mengekspresikanya. Apalagi yang berkaitan dengan keresahan perjalanan hidup kita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menafsirkan Lingkaran Setan Perilaku Konsumtif Praktisi UMKM

11 Februari 2023   11:28 Diperbarui: 11 Februari 2023   11:33 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.pinterest.com/pin/413979390726106058

Kesuksesan selalu di ukur dari materi yang dimiliki oleh orang. Banyak cara yang sama, dilakukan orang menunjukan kesuksesanya kepada orang lain, dengan berusaha membeli seperangkat materi yang kiranya orang bisa berpikir tentang predikat kesuksesan melalui cara itu. 

Dimasa lalu sebelum perbankan setenar sekarang untuk pengambilan kredit modal, para wirausaha menggunakan asetnya sebagai modal kerja, dengan menjual aset itu kemudian hasil penjualan digunakan untuk bekerja. 

Sehingga mereka yang mempunyai aset besar lebih mempunyai kesempatan banyak modal untuk bekerja di bidang usaha wiraswasta. 

Semenjak menjamurnya perbankan, banyak wirausahawan tumbuh dengan memanfaatkan surat berharga kepemilikan aset untuk digunakan modal usaha melalui perbankan, sehingga wujud aset masih terlihat dipunyainya, sementara di jangka waktu tertentu ternyata kepemilikan di punyai oleh pihak lain, dalam hal ini adalah institusi perbankan.

Dimasa perkembangan liberalisasi di berbagai bidang di Indonesia, kompetisi pemikiran ekonomi masyarakat tidak hanya berbicara kompetisi kesuksesan dari hasil profit persaingan ekonomi, tapi dalam menunjukan wujud kesusksesan ekonomi itu banyak memanipulasi modal usaha untuk kebutuhan gaya hidup. 

Dengan mewujudkan keinginan gaya hidupnya melalui pembelanjaan benda materi tertentu dengan menguras modal usahanya, sebelum untuk keperluan kebutuhan permodalan usaha. Sehingga lambat laun, aset permodalan yang didapat dari pengajuan kredit perbankan tidak 100% digunakan dalam menunjang permodalanya.

Banyak sekali usaha kecil sekelas UMKM memiliki banyak aset yang sebenarnya merupakan hasil dari omzet dan profit murni dari usahanya, tetapi karena faktor lingkungan yang membentuk gaya hidup hedonis, menggunakan kredit yang didapatkan dari perbankan, digunakan untuk prioritas pemenuhan belanja konsumtif. 

Kegunaan seperti ini akan berbahaya apabila ambisi persaingan di pahami hanya sekedar berlomba mencapai sasaran mendapatkan materi untuk ditunjukan ke yang lainya, begitu pula sebaliknya dari sisi pesaingnya. Banyak terdengar sikap orang yang membuat kesan bahwa orang lain mendapatkan materi yang lebih mewah dari mereka sebagai penghinaan. Sehingga munculah seakan akan pihak tertentu membeli barang mewah supaya tidak dihina oleh orang lain. Memahami dengan menafsirkan seperti ini sebetulnya menurut pandangan ilmu hermeneutika atau ilmu filsafat tentang memahani atau menafsirkan menjadi penafsiran yang salah sangka. Karena tidak menimbulkan daya kualitas hasil kompetisi itu yang menimbulkan kreatifitas, tapi malah menimbulkan persaingan berwatak hedonisme yang membentuk lingkaran setan kompetisi yang salah.

Seperti pendapat salah satu tokoh Hermeneutika schleiermacher, mendefinisikan hermeneutik sebagai proses memahami. Memahami di sini diartikan sebagai proses menangkap makna baik itu dituangkan melalui bahasa, teks, maupun simbol-simbol. memahami menurut schleiermacher bukanlah menerima yang tampak terjadi tetapi lebih mementingkan yang tampak sebagai sebuah simbol, dan simbol itu harus dibongkar. Contoh pemahamanya seperti ini ( diambil dari marakom.id November 2021 ) Ketika kau dan aku berbincang santai di pagi hari yang cerah mengenai rusaknya dunia, kau mengatakan bahwa saat ini dunia sedang rusak-rusaknya, eksploitasi lahan, penebangan hutan, serta limbah pabrik yang langsung menuju laut menjadi masalah serius saat ini. Setelah mendengarnya aku mencoba untuk memahami apa yang kau katakan dan menangkap maknanya. Karena obyek memahami adalah bahasa dan bahasa yang dikeluarkan tidak akan pernah lepas dari pikiran penuturnya; aku harus berusaha untuk bisa sepemahaman denganmu setelah mengetahui kondisi, sebab kamu mengeluarkan argumen tersebut dan setiap manusia tidak berpikir hal yang sama, walaupun menggunakan kata yang sama.

Menafsirkan orang lain atau wirausahawan lain karena kekayaanya seperti manusia yang kurang memahami hakekat tentang kesuksesan itu sendiri, karena yang tampak itu bukanlah kesuksesan dari profit usaha, tetapi merusak usaha dengan pemenuhan gaya hidup. Kapitalismepun mencapai kesuksesan materinya bukan hanya sekedar memakai permodalan untuk konsumsi semata, tapi benar-benar profit yang besar untuk dibelanjakan kemudian, termasuk konsumsi tersier. Seperti doktrin kapitalisme memberikan pandangan bahwa bisnis adalah mendapatkan keuntungan sebesar besarnya dengan permodalan yang sekecil kecilnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun