Mohon tunggu...
yohanes wibowo
yohanes wibowo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Praktisi UMKM

Membebaskan diri kita untuk melihat dunia dan mengekspresikanya. Apalagi yang berkaitan dengan keresahan perjalanan hidup kita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pola Ekonomi Masyarakat yang Tidak Bisa Meninggalkan Subsidi

6 Januari 2023   14:20 Diperbarui: 6 Januari 2023   14:42 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembuktian tentang taktik perpindahan dari pertalite bersubsidi ke pertamax tidak begitu berhasil, terbukti setiap pagi dan sore hari masih panjang antrian di spbu untuk mengantri BBM bersubsidi ini. Kerelaan antri karena kebutuhan mereka untuk mendapatkan bahan bakar sesuai dengan pola ekonomi yang mereka lakukan selama ini. Pemerintah tentu akan membuat peraturan lain lagi untuk menundukan komitmen masyarakat ini, seperti penjualan untuk pedagang eceran pertalite dibatasi, sampai pembatasan juga di tempat pengisian spbu.

Pemerintah tidak mampu membaca pola ekonomi masyarakat kecil dengan pemikiranya, sementara pemerintah menggunakan peraturan mengikat sebagai Negara untuk melunakan keinginan masyarakat itu. Aturan tetap aturan, aturan harus dipatuhi, karena Negara mempunyai kekuatan penegak undang-undang yang akan menekan siapapun yang tidak patuh terhadap peraturan tersebut. Tapi tentu saja tidak begitu kasar untuk menunjukanya, karena di keadaan tertentu saja, yaitu keadaan genting, wujud aslinya akan di nampakan.

Selama ini masyarakat sudah patuh dan menyesuaikan pola hidup terutama pola ekonominya kepada penentuan pasar. Setiap kebijakan seperti kenaikan BBM dan pupuk, menjadikan dampak kenaikan kebutuhan yang lain. Memang saat ini ada bantuan untuk bertahan dari situasi cepat yang terjadi seperti bantuan langsung. Tetapi hal itu tidak akan merubah semuanya, karena hanya mereka yang dianggap dibawah standard ketidak mampuan ekstrim yang terbantu. Sementara secara penilaian tidak mampu, banyak yang merasa tidak mampu beradaptasinya sehingga kualitas ekonominya menurun. 

Penyesuaian hidup ini membuat kestabilan ekonomi dengan kebutuhan yang sebelumnya bisa terpenuhi akhirnya tidak terpenuhi, dan mengakibatkan berjuang lagi di sisi kebutuhan untuk menjadi mampu kembali. Ini kalau diambil contoh seperti gaji buruh setiap tahunya.  Seperti kenapa, setiap tahun buruh menuntut kenaikan upah, karena setiap tahun kebutuhan hidup juga akan naik pula. Kenapa harus dinaikan apabila upah yang kemarin cukup menjadi kekurangan di saat ini.

Nilai subsidi Negara dengan pola hidup yang susah berubah

Hampir setiap tahun di Indonesia selalu terjadi ketakutan dengan dua kemungkinan, kenaikan BBM dan kelangkaan pupuk kimia. Apabila kenaikan BBM selalu santer terdengar oleh banyak telinga masyarakat, tidak begitu dengan kebutuhan pupuk petani, rata-rata hanya para petani yang bersangkutan saja yang mengalami kendala seperti ini. Kebutuhan pupuk setiap musim tanam semakin meningkat sehingga terjadi kelangkaan pupuk pada hampir semua produksi pertanian. 

Banyak aktivis pertanian dan penyuluh pertanian baik negeri maupun swasta masuk ke ruang basis petani dengan pendekatan pembelajaran bersama dengan petani, yang salah satunya dengan pembuatan secara mandiri produksi pupuk sendiri untuk mendukung produktivitas pertanianya. misalnya pengelolaan hara spesifik lokasi, pemanfaatan bahan organik dan penggunaan pupuk hayati. Dan juga dilakukan upaya perbaikan budaya dan karakter semua pelaku yang berhubungan dengan pupuk.

Program pemerintah tanpa sadar telah memberikan kebingungan massa tani di waktu tertentu. Karena sering merubah karakter pengguna pupuk yang berlawanan dengan perputaran roda perekonomianya. Tentu saja ini berhubungan juga dengan permintaan pasar yang masih populer dengan permintaan yang lama. Dulu, Disaat petani menggunakan cara tradisional pemerintah mulai menggalakan pemakaian pupuk kimia sebagai imbas dari revolusi hijau. 

Di saat itu program pemerintah mengalami perkembangan positif dengan peningkatan produktivitas pertanian yang bisa dirasakan petani sebagai keajaiban penghasilan, sehingga jangan disalahkan petani sekarang merasa di masa itu, masa orba atau yang mereka sebut sebagai jaman Suharto, memimpikan masa itu sebagai kenyamananya atau lebih baik dari sekarang.

Isu mengenai kualitas tanah yang akan rusak di saat proses pemupukan masih dilakukan dengan pupuk kimia, mengubah kondisi itu sehingga membentuk dasar pandangan bahwa harus di kuranginya konsumsi pupuk kimia untuk kepentingan pertanian. Situasi ini menjadi isu internasional dimana Negara yang dulu di masa revolusi hijau, seperti cina misalnya, mempunyai tradisi penggunaan pertanian organik sudah ada setelah tahun 60an, tetapi perkembangan industri pupuk kimia mempengaruhi cina untuk bersaing dengan produksi pertanian dari negara lain.  

Diluar konsekuensi yang cepat dan bagus akibat revolusi hijau itu, petani dan konsumen cina mengalami masalah kesehatan, sehingga upaya memberdayakan pertanian organik mulai marak. Begitu pula di Negara Eropa dan Amerika. Dengan dibuktikan sejak 1999 sampai 2010 lahan pertanian organik di dunia terus meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi 37 juta hektar. Dimasa pengaruh revolusi hijau pada pertanian, Negara-negara itu diuntungkan tidak menggunakan pupuk kimia secara berlebihan, sehingga lebih cepat beradaptasi dengan kondisi yang berbalik dari semula. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun