Mohon tunggu...
Yopiklau
Yopiklau Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka hal-hal sederhana

Banyak keajaiban tersembunyi dalam kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemacetan Yang Dimulai Sejak Jalan Kaki Diganti Kendaraan

21 Januari 2025   16:04 Diperbarui: 21 Januari 2025   16:16 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: (Gadis Jalan Kaki Pixabay)

Global Traffic Scorecard 2024 yang dirilis INRIX menempatkan Jakarta sebagai kota termacet ke-7 di dunia.  Peringkat itu mengalami kenaikan dari tahun 2023 yang hanya menempati peringkat ke-10. Artinya Jakarta mengalami peningkatan kemacetan dari tahun sebelumnya. 

Selain sebagai ibu kota negara Republik Indonesia, Jakarta terkenal sebagai salah satu kota termacet. Setiap gubernur Jakarta terpilih pasti tidak luput dari tuntutan untuk menemukan solusi terbaik mengatasi kemacetan Jakarta. Bagaikan mengurai benang kusut, rasa-rasanya persoalan kemacetan Jakarta harus membutuhkan kemampuan paling mumpuni. 

Mungkin masih segar di ingatan warga Jakarta tentang janji kampanye pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Pramono-Rano beberapa bulan lalu. Mereka mengusung program aglomerasi, yakni memperluas jangkauan transportasi publik transjakarta menjadi transjabodetabek dengan tetap memberikan subsidi busway gratis  kepada 15 golongan yang selama ini mendapat subsidi busway. Tidak hanya subsidi busway yang dijanjikan pasangan Pramono-Rano tapi juga subsidi MRT (Mass Rapid Transit) dan LRT (Light Rail Transit) kepada mereka. Apakah solusi tersebut akan dapat mengurangi kemacetan Jakarta? Waktu yang akan menjawabnya.

Hemat saya kemacetan Jakarta dan kemacetan tempat lain dimanapun tidak terlepas dari pergesaran pilihan dalam mobilitas. Panorama orang berjalan kaki sebagai cara alami untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain telah diganti denga kendaraan. Tentu pilihan itu didasarkan pada pertimbangan yang masuk akal demi efektifitas waktu maupun tenaga. Tidak ada yang menyangkal alasan tersebut. 

Pepatah klasik 'biar lambat asal selamat' tidak relevan lagi berlaku di era yang serba cepat ini.  Untuk urusan kecepatan dalam mobilitas, kendaraan merupakan pilihan yang tepat. Namun alih-alih untuk bepergian dengan cepat, kendaraan ternyata dapat memperlambat mobilitas juga ketika terjebak dalam kemacetan. Akibatnya, kendaraan sebagai solusi mempercepat mobilitas sekaligus biangkerok keterlambatan.

Sejarah hadirnya kendaraan dalam kehidupan manusia bermula dengan penemuan roda pada tahun 3500 SM. Di Indonesia, kendaraan pertama masuk tahun 1893 yakni kendaraan milik John. C. Potter yang merupakan masinis pertama di Pabrik Gula Oemboel, Probolonggo, Jawa Timur. Kemudian pada tanggal 11 Juni 1971 PT Astra Honda Motor memelopori industri sepeda motor di Indonesia. Industri sepeda motor itu makin bertambah dengan berdirinya PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing tanggal 6 Juli 1974 (Harry & Syarief, 2018: 1-3). Seiring pesatnya teknologi transportasi dan demi menunjang aktivitas perekonomian negara, kendaraan semakin dibutuhkan sehingga memenuhi jalanan di berbagai tempat.

Di atas tadi saya menyatakan bahwa persoalan kemacetan tidak terlepas dari penggunaan kendaraan yang menggantikan jalan kaki untuk bepergian. Lantas mengapa bepergian dengan jalan kaki tidak kita biasakan lagi saat ini? Mungkin banyak alasan yang kita berikan sebagai jawaban atas pertanyaan itu. Alasan jauh, lama, gampak capek, gengsi, dll. Namun, anehnya banyak dari antara kita tetap menggunakan kendaraan meskipun bepergian ke tempat yang dekat dan tidak harus ditempuh dengan cepat. 

Sepertinya kita harus segera menghidupkan kembali kebiasaan jalan kaki. Bukan hanya untuk mengurangi masalah kemacetan, melainkan juga demi manfaat-manfaat lain yang sangat penting. Pada dasarnya berjalan kaki merupakan tanda kehidupan seseorang dan sekaligus cara untuk membuatnya tetap hidup. Ada orang yang mempunyai dua kaki yang masih sehat tetapi tidak mau menggunakannya untuk berjalan. Dalam memilih pekerjaan, ia memilih pekerjaan yang dilakukan dalam keadaan duduk. Kemana-mana, ia selalu menggunakan kendaraan. Kedua kakinya dibiarkan menganggur tanpa terpakai.

Ketika seseorang berjalan, itu tandanya ia masih hidup. Dengan berjalan pun, lama hidupnya akan bertambah. Menurut keterangan P2PTM kementrian kesehatan RI, seseorang yang berjalan kaki setiap menit dapat memperpanjang hidupnya 1,5 sampai 2 menit. Berbagai penyakit pun dapat diatasi dengan berjalan antara lain menurunkan berat badan, membuat kondisi yang baik bagi jantung dan paru-paru, membakar lemak dalam tubuh, meningkatkan metabolisme, memperlambat penuaan, menurunkan tingkat kolesterol dalam darah, menurunkan tekanan darah, mengontrol dan mencegah diabetes, dan memperkuat otot kaki, paha dan tulang. Bahkan bukan hanya penyakit fisik, tapi juga penyakit psikis yaitu untuk mengurangi stress.

Ketika banyak orang melakukan berbagai hal untuk menunjukkan bahwa dia hidup dan ketika dunia menawarkan banyak hal untuk membuat kita bisa bertahan hidup, mari kita jangan lupa kembali pada aktivitas murah dan mudah yang sudah bisa kita lakukan sejak kecil yaitu berjalan kaki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun