Mohon tunggu...
Yopiklau
Yopiklau Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka hal-hal sederhana

Banyak keajaiban tersembunyi dalam kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Tidak Boleh Sembarang Memilih?

12 Desember 2024   13:43 Diperbarui: 12 Desember 2024   13:43 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pixabay

Judul di atas tidak dalam rangka menyukseskan pipres, pileg, maupun pilkada di tahun pemilu ini. Toh semuanya sudah digelar. Rasa-rasanya tidak berguna lagi untuk mengkampanyekan perlunya memilih dengan tepat saat pemilu. Tanggal 14 Februari lalu masyarakat memilih capres-cawapres dan para caleg. Kemudian tanggal 27 November, diadakan pemilihan calon kepala daerah. Kita sebagai masyarakat pemilih tentunya sudah memilih calon pemimpin yang tepat berdasarkan kriteria yang terbaik untuk seluruh masyarakat.

Akhirnya presiden dan wakil presiden baru sudah terpilih, yaitu Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Mereka berdua memenangkan pemilu dengan raihan suara 58,6%. Mereka juga sudah dilantik dan sudah bertugas. Para anggota DPR mapun DPD juga sudah terpilih, sudah dilantik dan sudah mulai bertugas. Sedangkan para calon kepala daerah baru akan diumumkan pemenangnya pada tanggal 15 Desember. Mudah-mudahan presiden maupun wakil presiden, para anggota legislatif, dan para kepala daerah yang terpilih merupakan pilihan terbaik masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan bersama. Tentu saja harapan itu bukan isapan jempol semata kalau masyarakat pemilih waktu itu betul-betul menentukan pilihan yang tepat. Jadi, kuncinya adalah keputusan masyarakat yang telah memilih dengan tepat saat pemilu.

Selain dalam konteks pemilu, memilih dengan tepat juga sebetulnya sangat penting dalam kehidupan pribadi sehari-hari. Orang yang sudah mencapai usia dewasa pasti selalu berhadapan dengan berbagai pilihan. Memilih berpikir, berbicara, bersikap, dan bertindak apa. Itu merupakan sebuah keharusan bagi setiap orang, sama seperti dia harus makan. Suka atau tidak, seseorang harus melewati rute  C setelah rute A dan sebelum rute D dalam kehidupannya. Rute B adalah born (kelahiran). Setelah seseorang terbentuk dalam rahim ibu, pada bulan yang ke-9 ia harus meninggalkan rahim itu untuk mengalami kelahiran. Itulah garis start perjalanan hidup seseorang. Jika si bayi terus bertumbuh dan berkembang dengan sehat, ia kemudian dituntut untuk melewati rute C yakni choice (pilihan) sepanjang perjalanan hidupnya. Setelah melewati segala macam pilihan itu barulah ia sampai pada rute D yakni death (kematian), yang merupakan garis finish kehidupan di dunia.

Konsekuensi setelah kelahiran adalah harus membuat pilihan sepanjang hidup, terutama jika sudah semakin sadar. Seseorang bertumbuh dan berkembang menjadi apa atau bagaimana tergantung pilihannya. Sebagaimana ditegaskan oleh Roger Crawford: "Kita adalah produk dari pilihan yang kita buat, bukan keadaan yang kita hadapi". Siapa seseorang dan menjadi apa dirinya, sangat ditentukan oleh pilihan-pilihannya setiap hari. Sejak mata terbuka di pagi hari sampai menutup mata untuk tidur di waktu malam, seseorang harus membuat pilihan. Misalnya di pagi hari seseorang harus membuat pilihan untuk bangun atau lanjut tidur. Kemudian setelah bangun, ia harus memilih berbuat apa sampai malam. Terakhir ia memilih untuk tidur atau tidak mau. Dengan demikian, setiap hari sesungguhnya adalah kesempatan memilih.

Oleh karena itu betapa pentingnya memilih dengan tepat. Jangan meremehkan pilihan karena pilihan sehari-hari menjadi penentu bagaimana model kehidupan setiap orang. Secara lengkap Carlos G. Valles berpendapat bahwa pilihan-pilihan seseorang membentuk kepribadiannya, mendefinisikan wataknya, dan menggambarkan kehidupannya. Lantas bagaimana cara membuat pilihan yang tepat?

Bagi saya, langkah terpenting untuk menentukan pilihan yang tepat adalah memperkirakan akibat-akibat dari setiap pilihan yang mau diambil. Diupayakan agar hal yang akan dipilih tidak berakibat buruk untuk diri sendiri maupun orang lain entah sekarang maupun di masa depan. Akal budi adalah kompas utama yang patut diandalkan untuk menentukan pilihan yang tepat. Dalam ketenangan, akal budi biasanya bekerja dengan jernih untuk menentukan pilihan yang terbaik. Perasaan apapun tidak boleh dijadikan pegangan utama untuk membuat pilihan karena perasaan terkadang hanya ilusi yang muncul sesaat, lalu lenyap. Banyak orang tertipu oleh perasaannya untuk membuat berbagai pilihan. Misalnya pilihan pasangan hidup, pilihan kerja, pilihan makanan. Setelah itu ia justru mengalami keadaan buruk yang mengejutkan. Ia tertipu oleh perasaannya yang bersifat sementara. Perasaan manusia selalu berubah-ubah sesuai kemampuan pikirannya untuk merespon situasi di sekitar.

Untuk mempunyai perkiraan yang tepat tentang dampak dari sebuah pilihan, dibutuhkan pengalaman, pengetahuan, dan kesadaran. Kata orang, bermainlah lebih jauh. Jangan hanya tinggal di zona nyaman. Harus keluar dari 'tempurung' sendiri supaya pengalaman makin bertambah. Pengalaman yang banyak bukan saja karena usia tua, tetapi tergantung seberapa banyak hal-hal yang dibuat setiap hari. Segudang pengalaman dapat membantu sebagai cerminan sebelum memilih. Selain pengalaman, juga pengetahuan. Setiap hari adalah kesempatan untuk belajar. Tidak ada kata cukup dalam belajar sehingga pengetahuan semakin banyak dari waktu ke waktu. Pengetahuan yang kaya tentu sangat bermanfaat untuk menentukan pilihan karena dapat membantu memperkirakan akibat dari sesuatu meskipun belum pernah mengalaminya. Pengalaman dan pengetahuan itu menjadi lengkap jika selalu mempunyai kesadaran yang berperan sebagai jangkar agar berfokus pada saat ini. Misalnya jika seorang siswa selalu sadar bahwa saat ini dia masih siswa, besar kemungkinan dia akan memilih belajar setiap hari. Jadi pentingnya kesadaran sebelum menentukan pilihan adalah agar pilihan yang diambil sekurang-kurangnya bermanfaat untuk diri kita sekarang.

Sekali lagi, jangan sembarang memilih, karena kita hari ini adalah hasil dari apa yang kita pilih pada pada hari-hari kemarin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun