Kelahiran sesungguhnya bukan saja sebagai awal tampilnya seseorang di panggung dunia, melainkan juga sebagai permulaan menerima tanggung jawab untuk mempertahankan hidupnya sekaligus membuat hidupnya bermakna. Dalam keringkihannya sebagai seorang bayi, ia didampingi dan dipelihara oleh keluarganya agar kelak ia sungguh-sungguh siap dan sanggup menerima tanggung jawab itu. Ketika ia telah dianggap mengerti, perlahan-lahan tanggung jawab itu semakin dituntut untuk bisa diwujudkannya.Â
Tidak sedikit orang yang merasa sulit untuk menjalankan tanggung jawab itu. Ada yang sudah sanggup mempertahankan hidup, tapi masih belum menemukan makna kehidupannya. Itu kerapkali terjadi akibat krisis eksistensial yang sedang dialaminya. Ada semacam kehampaan yang terasa. Para filsuf eksistensialis membedah secara khusus fakta ini. Pertanyaan mengapa manusia hidup, untuk apa hidup ini dijalani, bagaimana memaknai kehidupan ini, dan sederet pertanyaan lainnya merupakan pertanyaan-pertanyaan kunci yang mereka lontarkan untuk menggali eksistensi manusia. Gabriel Marcel, salah seorang filsuf eksistensialis menggarisbawahi pencarian makna hidup sebagai aspek mendasar keberadaan manusia. Dikutip dari laman philo-notes, bagi Gabriel Marcel makna hidup ditemukan dari pengalaman hidup seseorang.
Jika kita sepakat dengan Gabriel Marcel bahwa makna hidup dijumpai dalam pengalaman sehari-hari, maka kita akan menemukan beberapa hal. Hal-hal itu merupakan kenyataan umum yang menjadi kepingan pengalaman setiap orang. Kita bisa menjadikannya sebagai jalan sederhana memaknai kehidupan. Bagi saya, jalan sederhana itu merupakan jalan mempertahankan dan sekaligus memaknai kehidupan. Singkatnya itulah tindakan-tindakan mudah untuk menjalani kehidupan. Saya menyebutnya 3B.
Semua orang mungkin sudah pernah melakukan ketiga hal tersebut. Namun, tidak semua orang menyadarinya sebagai tindakan-tindakan pokok yang memudahkannya untuk menjalani kehidupan. Mari kita bahas satu per satu.
Diri manusia adalah paduan jasmani dan rohani. Sebagaimana seseorang perlu berolah raga untuk kesehatan jasmaninya, begitupun juga ia perlu olah spiritual untuk merawat rohaninya. Tidak hanya untuk merawat rohani, olah spiritual juga menjadi perwujudan aktualisasi rohani seseorang. Semua orang mempunya aspek rohani. Maka, kebutuhan ini merupakan kebutuhan semua orang tanpa batasan agama dan kepercayaan.
Pengungkapan sisi spiritual dilakukan dengan banyak bentuk. Misalnya dengan bermeditasi, bernyanyi, merenung, berbicara, dll. Semuanya itu dirangkum menjadi satu kata yakni berdoa. Melalui doa, seseorang sedang membangun relasi dengan yang maha tinggi. Dalam relasi itu ia bersyukur, menyembah, dan memohon untuk mendapatkan berkah.Â
Mungkin dapat dikatakan bahwa semua agama meyakini tentang roh sebagai nyawa yang memungkinkan seseorang bisa bertahan hidup. Roh tersebut harus selalu terhubung dengan Tuhan sang sumber utama kehidupan. Roh itu harus mendapat asupan 'gizi' dari Sang ROH SEJATI yang didapat melalui doa. Jadi doa tidak hanya dianggap sebagai kewajiban beragama. Doa juga menjadi kebutuhan setiap pribadi untuk mempertahankan hidupnya.Â
Di samping untuk mempertahankan hidup, doa juga merupakan jalan sederhana memaknai hidup. Hal ini terlihat ketika kita mau memanjatkan doa bagi sesama dan alam semesta. Doa tidak lagi untuk kebutuhan pribadi semata, tetapi juga untuk menolong orang lain. Ketika kita setia berdoa dengan tujuan demikian, berarti kita sedang menjadi alat aliran rahmat bagi seluruh kehidupan ini. Ini adalah pemaknaan hidup yang sederhana sekaligus mudah dilakukan siapapun.
Manusia disebut sebagai homo faber, yaitu makhluk bekerja. Kerja sebagai bentuk pengungkapan diri dengan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki. Kerja membutuhkan sebuah kemampuan yang baik agar mendapatkan hasil yang maksimal. Kesadaran itu dengan sendirinya mempengaruhi setiap orang untuk memilih pekerjaan yang baik, berguna, dan membahagiakan. Banyak orang bekerja untuk mendapatkan uang demi mempertahankan kehidupannya. Selain itu, ia juga bekerja untuk mengaktualisasikan potensi dirinya. Bahkan bekerja juga dapat membantu terwujudnya sebuah hasil tertentu bagi orang lain.Â
Semua orang yang mau mempertahankan hidupnya pasti bekerja. Dengan bekerja, orang mendapatkan upah berupa uang. Kemudian uang itu dapat digunakan untuk membeli makanan dan membiayai hal lain. Dengan bekerja juga, seseorang sekaligus membangun hubungan baik dengan orang lain yang turut menjamin keberlangsungan hidupnya. Orang pun bekerja untuk mencegah terjadinya stress yang dapat memicu timbulnya penyakit dan mengancam keselamatan hidupnya. Di sinilah letak manfaat kerja sebagai jalan untuk mempertahankan hidup.
Kerja adalah salah satu cara mudah mempertahankan hidup karena semua orang pasti bisa bekerja, kecuali kalau sedang sakit. Dengan modal fisik dan pikiran yang sehat, kita bisa bekerja. Lebih bisa lagi kalau kita telah mengenyam pendidikan. Pekerjaan makin bisa kita lakukan. Kita bisa memilih pekerjaan apapun yang sesuai dengan kapasitas dan kesukaan kita.Â
Selain untuk mempertahankan hidup, kita dapat menjadikan kerja sebagai salah satu jalan sederhana untuk memaknai hidup. Kerja sebagai jalan memaknai hidup berarti menjalankan pekerjaan dengan tujuan menolong orang lain. Di situ, kita menjadikan pekerjaan yang kita lakukan bukan saja untuk kepentingan diri kita melainkan juga untuk kepentingan orang lain. Misalnya orang bekerja menjadi guru. Di akhir bulan ia mendapat upah. Di samping itu ia juga telah membantu para siswa untuk menjadi pintar. Contoh lain misalnya menjadi tukang ojek. Melalui pekerjaan itu ia dapat bayaran dari penumpang, dan di saat yang sama ia telah berjasa mengantar penumpangnya dari satu tempat ke tempat lain. Masih banyak contoh pekerjaan lain yang tidak hanya berguna untuk mempertahankan hidup tapi juga untuk memaknai hidup. Oleh sabab itu, salah satu cara mudah untuk menjalani kehidupan adalah dengan bekerja.
Hal ketiga yang menjadi cara mudah mempertahankan dan memaknai kehidupan adalah belajar. Ini juga mudah karena setiap orang pasti berhasrat untuk belajar. Itu merupakan kebutuhan alamiah setiap orang seiring berjalannya kehidupan. Jadi, sesungguhnya belajar bukan saja tugas yang datang dari sekolah. Sebagaimana kata Albert Einstein: "jangan pernah menganggap belajar sebagai tugas, tetapi anggaplah belajar sebagai kesempatan berharga untuk mengetahui sesuatu". Â Sekolah hanya salah satu alasan formal untuk belajar. Tanpa bersekolahpun setiap orang harus belajar untuk dapat mengerti sesuatu yang berguna bagi perjalanan kehidupannya.Â
Setelah spiritual dipelihara melalui doa, intelektual pun harus diasa dengan belajar. Berdoa dan belajar merupakan dua jalan mempersiapkan diri untuk bekerja dengan baik dan benar. Dengan kata lain, seseorang bisa bekerja untuk berguna bagi orang lain jika didukung dengan kesetiaan berdoa dan ketekunan belajar.
Belajar dapat membantu mengisi kekosongan pikiran, mengasah ketajaman rasional, dan menambah wawasan kehidupan. Orang yang selalu belajar akan mengetahui dan memahami banyak hal. Itu merupakan bekal penting untuk mempertahankan dan memaknai kehidupan. Ketika intelektual seseorang semakin tajam berkat ketekunan belajar, ia dapat memanfaatkannya untuk menghadapi berbagai masalah dan tantangan kehidupan. Demikianpun dengan wawasan yang luas dan kaya, itu akan berguna bagi seseorang untuk menjalani hidup dimanapun.Â
Oleh karena itu, salah satu cara mudah untuk mempertahankan dan memaknai kehidupan ini adalah dengan belajar. Tentu saja mudah, karena semua orang bisa belajar entah dengan membaca, mendengar, atu sekadar melihat. Pengecualiannya adalah mereka yang mengalami kebutuhan khusus.
Jadi, menjalani kehidupan ini tidak harus menempuh cara yang rumit dan wow. Setia saja dengan cara yang sederhana. Buktikan sendiri bagaimana rasanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H