Mohon tunggu...
Yopiklau
Yopiklau Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka hal-hal sederhana

Banyak keajaiban tersembunyi dalam kesederhanaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Ini Mudah

11 Oktober 2024   15:57 Diperbarui: 11 Oktober 2024   17:24 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pernahkah Anda menjumpai orang yang sedang mengeluh tentang hidupnya? Pada umumnya orang seperti itu menganggap hidup sebagai perjuangan yang tidak mudah. Perjuangan yang membuat lelah. Betulkah hidup ini tidak mudah? Jon Jandai mengatakan tidak. Baginya justru'life is easy'. 

Jon lahir dan melewati masa kecilnya di sebuah kampung, di Timur Laut Thailand. Dulu ia sempat hijrah ke kota Bangkok karena mengikuti kata orang bahwa kesuksesan hanya akan dialami setelah menempuh studi di universitas dan bekerja di kota. Namun apa yang ia alami di kota Bangkok ternyata sangat jauh dari kata sukses. Di sana hidupnya sulit. Studi membosankan. Kerja 8 jam setiap hari. Hawa panas dan sumpek. Rumah pribadi baru bisa ada jika sanggup  melunasinya selama belasan tahun. Itu hidup yang tidak normal menurutnya. Ada yang tidak beres dengan kehidupan seperti itu. Akhirnya ia memutuskan berhenti kuliah dan kembali ke kampung halamannya. Di kampung ia menggarap sawah. Hanya dua bulan setelahnya, ia memperoleh satu ton beras. Ia juga membuat kolam ikan dan berkebun untuk menanam berbagai jenis sayuran. Sebagian hasilnya ia pakai untuk makanan keluarganya. Sisanya ia jual untuk membeli kebutuhan lain. 

Jon merasa kehidupan barunya sangat mudah. Ia tidak lagi harus bekerja 8 jam sehari. Banyak waktu istirahat. Ia tidak repot memikirkan biaya membeli pakaian mahal untuk memperindah penampilan. Ia menjalani kehidupan yang mudah tanpa mengurangi nilai utama dari kehidupan itu sendiri. Kita perlu berkaca pada pengalaman Jon dan bertanya ke dalam diri masing-masing. Apa yang kita perjuangkan sehingga kita merasa hidup ini sulit? Jika kita cermati, sebetulnya perjuangan utama manusia hanya wajib menyasar dua tujuan yaitu mempertahankan hidup dan memaknainya sebisa mungkin. Hal-hal lain hanya tambahan. Mari kita mengecek setiap perjuangan sulit yang kita tempuh sehari-hari. Apabila kita menemukan bahwa kesulitan itu tidak ada hubungannya dengan upaya untuk mempertahankan dan memaknai hidup, sebaiknya perjuangan itu kita hentikan.

Berdasarkan dua sasaran utama kehidupan kita, beberapa hal berikut harus menjadi perhatian. Pertama, fokus pada upaya untuk mempertahankan hidup. Apa yang membuat hidup kita bertahan? Makanan sehat, air bersih, pakaian secukupnya, rumah yang aman, dan tindakan baik terhadap orang lain maupun alam semesta. Hal-hal lain dari itu  tidak harus dikejar; misalnya rumah megah, pakaian indah, mobil mewah, wisata ke destinasi terkenal, kedudukan tinggi, dan tabungan berlimpah.

Kedua, fokus pada pemaknaan hidup. Jangan memaksa diri melakukan hal yang tidak sesuai kemampuan dan kegemaran, karena pemaknaan hidup yang mudah  dan menyenangkan adalah memanfaatkan kapasitas dan mengekspresikan hobi. Maka terlebih dahulu kita harus mengenal kemampuan dan kegemaran kita. Berlatihlah terus menerus untuk menggalinya. Jangan berhenti sebelum kita yakin telah menemukannya.

Ketiga, mengendalikan keinginan. Teologi Budha menegaskan bahwa penderitaan adalah hasil keinginan. Dengan kata lain, penderitaan akan lenyap kalau kita mampu menghentikan keinginan. Kita perlu selektif dengan berbagai keinginan yang muncul. Semuanya tidak harus kita penuhi. 

Keempat, kita tidak harus memiliki banyak. Barang yang banyak pasti menyesakkan. Semakin banyak barang, semakin sulit juga merawat dan mengurusnya. Apalagi kalau rusak. Terlalu banyak urusan juga hanya menyesakkan pikiran. Urus hal-hal yang perlu saja, asalkan dilaksanakan dengan maksimal sampai tuntas.  

Keempat, berani berbeda. Kalau mau jujur, hidup menjadi sulit karena kita memaksa diri meniru orang lain. Kesuksesan orang lain kita paksakan untuk menjadi ukuran kesuksesan kita. Saat orang lain mempunyai banyak uang, kita juga mau begitu. Ketika orang lain mempunyai mobil, kita juga mau. Padahal belum tentu kita dengan mudah mendapatkan semua itu. Kita tidak berani menjadi berbeda dengan membuat standar kesuksesan tersendiri sesuai kemampuan yang kita miliki. 

Sekali lagi, mengikuti kata Jon Jandai, "life is easy". Tugas kita hanya menghentikan perjuangan yang sudah keliru.

 Selamat membuktikan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun