Mohon tunggu...
Yohanes Steven Ageng Wicaksono
Yohanes Steven Ageng Wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Katolik Parahyangan

Malas membaca atau tidak bisa membaca adalah suatu bencana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Ketahanan Pangan

26 Oktober 2022   17:07 Diperbarui: 26 Oktober 2022   17:09 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Geladi hominisasi yang diawali dengan tugas pra geladi hominisasi. Mengerjakan tugas pra geladi hominisasi merupakan suatu bentuk nyata akan kesiapan mengikuti geladi hominisasi. Dalam pra geladi hominisasi peserta mendapat tugas untuk menyaksikan dengan seksama video lagu Indonesia Raya stanza 3. Dalam tugas ini, peserta diharapkan mampu menentukan bagian lirik mana yang paling menarik serta memberikan alasannya mengapa menarik perhatian peserta.

Selanjutnya peserta diberikan 10 pilihan video untuk ditonton. Tidak perlu menonton semuanya, cukup memilih salah satu saja. Pada kesempatan itu penulis memilih video dengan tema NUSANTARAKAYA, SEMUA KITA PUNYA. Video ini menjadi menarik perhatian penulis, karena penulis melihat bahwa salah satu poin untuk mempertahankan ketahanan nasional yaitu melalui ketahanan pangan. 

Indonesia memiliki segalanya untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Baik dari iklim yang mendukung, tanah yang subur, luas wilayah hingga sumber daya manusia (SDM) untuk mengolah tanah bukanlah suatu hal yang patut diragukan.

Namun penulis akan memulai refleksi pengalaman mengikuti geladi hominisasi ini dengan 1 kata yaitu ironis. Betapa sungguh tidak menjadi ironis tatkala makanan yang dikatakan khas Indonesia nyatanya berbahan baku bukan dari dalam negeri sendiri. Apakah Indonesia tidak memiliki tanah yang subur untuk menghasilkan kedelai? Apakah Indonesia sudah tidak memiliki lagi lahan untuk menghasilkan kedelai? Atau apakah SDM Indonesia tidak mampu untuk memproduksi kedelai?

Penulis melihat bahwa ketahanan pangan merupakan salah satu unsur penting dalam memenuhi ketahanan nasional. Dengan bisa mampu menghadirkan kondisi swasembada pangan, Indonesia akan terhindar dari dampak langsung perekonomian global. Secara sederhana, perekonomian bekerja dengan sistem perputaran uang. 

Semakin tinggi dan lancarnya perputaran uang, semakin kuat pula kondisi perekonomian. Bahkan jika tiba masanya dimana perekonomian global terpuruk, Indonesia (dengan ketahanan pangannya) tidak perlu ambil pusing dalam mengurusi perut rakyatnya. 

Saat Indonesia memiliki ketahanan pangan yang kuat, menandakan melimpahnya bahan pangan yang tersedia di Indonesia. Ketika sulit untuk membeli makanan (karena tidak adanya uang beredar, bukan karena tidak adanya bahan dan atau makanan beredar) maka rakyatnya dapat saling memenuhi kebutuhan pangan, atau kita sering mengenalnya dengan kata barter.

Melalui geladi hominisasi ini, penulis menjadi semakin memahami pentingnya faktor pangan dalam ketahanan nasional. Menyangkut makanan sudah bukan lagi mengenai aku, melainkan kita. Pangan bukanlah suatu hal egois yang layak dimonopoli. Semua orang berhak untuk mendapatkan pangan terlebih di negeri sendiri. Semua ini harus dimulai dari diri sendiri. 

Tidak mungkin mengubah dunia ketika tidak mampu mengubah diri sendiri. Maka cara berpikir dan logika yang tepat menjadi hal yang krusial untuk memahami segala seluk beluk perihal yang terjadi dalam hidup sendiri dan dunia. Wawasan tidak boleh memiliki Batasan, teruslah untuk mengembangkan cakrawala pengetahuan. 

Mungkin membaca buku terdengar kolot, tetapi meskipun arus dunia semakin modern dan serba instan, dengan membaca buku, setiap manusia akan belajar apa yang namanya proses. Bagaimana individu berproses untuk menyelasaikan setiap halaman untuk mendapatkan informasi. Artinya, bukan hanya informasi yang ditambahkan melainkan menikmati proses bertambah itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun