Mohon tunggu...
Yohanes Apriano Dawan Fernandez
Yohanes Apriano Dawan Fernandez Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang putra daerah yang saat ini menetap di kota industri yang hirup pikuk. Terkadang hal kecil menjadi inspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Angelina Sondakh adalah Korban dari Sistem!

8 Februari 2012   01:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:56 2274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1328664396991922200

[caption id="attachment_169276" align="aligncenter" width="660" caption="Ilustrasi (pontianak.tribunnews.com)"][/caption] Judul di atas merupakan pernyataan Sutan Batoegana dalam tayangan Indonesia Lawyer Club (ILC) ketika menjawab pertanyaan dari Karni Ilyas. Seperti biasa, ILC menjadi ajang debat kusir sejumlah peserta terutama antara Sutan Batoegana dan peserta lain yang disebutnya orang "Bali", bukan benar-benar berasal dari Bali tetapi sedaerah dengannya. Bagi saya, yang menarik dari ILC kali ini bukan karena debat kusir tersebut tetapi karena pernyataan Sutan bahwa Angelina Sondakh merupakan korban dari sistem. Pernyataannya tersebut tidak dijelaskan secara gamblang sehingga bisa menjadi multitafsir yang justru merugikan partainya sendiri. Pertanyaan saya adalah sistem seperti apakah yang dimaksudkan oleh politisi Demokrat tersebut sehingga menjadikan Angelina Sondakh sebagai korban? Oleh karena ia tidak menjelaskan maksud pernyataannya maka saya mencoba menafsirkan sendiri pernyataan tersebut dan  menurut saya sistem partai Demokratlah yang menjadikan Angelina Sondakh sebagai korban. Bukan rahasia lagi bahwa partai menjadikan kader-kadernya yang duduk dalam badan Legislatif sebagai lumbung pendapatan, terutama dalam pos "basah" seperti Badan Anggaran. Peran Badan Anggaran sangat sentral karena berkaitan dengan kebijakan anggaran negara sehingga rentan disalahgunakan, baik untuk kepentingan pribadi maupun partai. Maka munculah istilah mafia anggaran karena sistem kerjanya sangat teroganisir seperti para mafia dalam film The Godfather dan Angelina Sondakh pun menjadi bagian dari sistem tersebut. Sayangnya peran Angelina Sondakh yang hanya sebagai "kurir" dalam menjalankan misi Bos Besar dan Ketua Besar menjadikannya lebih mudah ditetapkan sebagai tersangka. Lebih mudah karena jejaknya banyak terekam dalam BBM dan memori para saksi yang beberapa kali bertemu dengannya saat aksi mafia tersebut dijalankan. Lantas bagaimana dengan Bos Besar dan Ketua Besar yang juga berasal dari partai Demokrat? Sampai saat ini masih menjadi polemik karena mereka belum diperiksa oleh KPK. Nama mereka muncul dalam fakta persidangan tetapi belum cukup bukti untuk dijadikan tersangka, namun dapat disinyalir mereka merupakan pemain inti dari drama mafia ini. Mungkin sejak awal kejahatan kerah putih ini sudah dirancang akan mengorbankan Nazarudin, Angelina Sondakh dan pemain kecil yang lain jika suatu saat akan terbongkar. Hal sebaliknya bisa terjadi jika Angelina Sondakh menjadi kunci dalam mengungkap misteri di balik ini semua. Semoga hal ini benar-benar terjadi seperti yang diungkapkan oleh Angelina Sondakh dalam blog pribadinya. Jika penafsiran saya sama seperti yang dipikirkan oleh Sutan Batoegana maka alangkah lucunya politisi ini karena tersirat menyerang sistem partainya atau sistem yang dibangun oleh ketua umumnya sendiri. Akan tetapi sebaliknya, sungguh mulia hati Sutan Batoegana karena merasa sistem dalam partai Demokrat yang semena-mena sehingga mengorbankan Angelina Sondakh yang dikatakannya memiliki sifat baik. Jika itu yang dipikirkannya maka Sutan Batoegana bertentangan dengan pernyataan SBY bahwa kasus ini merupakan ulah kader, bukan partai Demokrat. Tanpa disadari oleh kader partai demokrat --terutama yang hadir dalam ILC-- pernyataan Sutan Batoegana ini sungguh kontraproduktif, namun dalam benak saya pernyataan ini merupakan suatu fakta yang belum terungkap. Seperti kata Mario Puzo, pengarang The Godfather bahwa di balik sebuah kegembiraan ada kejahatan --dalam konteks Mafiatentunya. Apakah di balik kegembiraan partai Demokrat karena memenangkan pemilu tahun 2009 dan kegembiraan Anas Urbaningrum berserta pendukungnya dalam Kongres Partai Demokrat di Bandung terselip kejahatan? Saat ini kita hanya bisa menunggu gebrakan dari Abraham Samad dan kawan-kawan. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun