Mohon tunggu...
Yohanes Apriano Dawan Fernandez
Yohanes Apriano Dawan Fernandez Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang putra daerah yang saat ini menetap di kota industri yang hirup pikuk. Terkadang hal kecil menjadi inspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta Dilarang karena Peperangan Masa Lalu?

5 Maret 2012   11:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:28 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13309464311203481029

[caption id="attachment_175039" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/demotivationalsposters.org"][/caption]

Sebenarnya cinta itu sederhana atau sangat rumit? Jawabannya relatif karena cinta yang sederhana jika dikaitkan dengan konteks budaya, sosial, agama atau faktor lainnya maka akan menjadi sangat rumit. Terkadang faktor-faktor tersebut tidak hanya menyulitkan tetapi menabukan cinta itu sendiri. Ditabukan? pasti ada faktor penting yang melatarbelakangi itu. Agama mungkin menabukan cinta dua insan yang berbeda agama, namun agama yang saya anut sudah membuka diri akan pernikahan beda agama, meski ada syarat mengenai anak dan yang lainnya.

Hal yang sama juga terjadi dengan perkawinan antar suku di nusantara ini. Ada suku yang sangat terbuka, namun ada juga yang sangat kaku akan hal ini sehingga perkawinan beda suku mengaharuskan mengikuti tahap-tahap tertentu yang banyak mengeluarkan uang. Perkawinan dalam suku pun terkadang dilarang karena masih memiliki hubungan keluarga, satu garis keturunan atau satu marga seperti yang terjadi pada beberapa suku di indonesia. Semua hal itu sudah sering kita ketahui atau dengar dari berbagai media atau pengalaman teman maupun saudara sendiri, namun tahukah anda tentang dilarangnya cinta karena peperangan di masa lalu? Apa hubungannya cinta masa kini dengan peperangan di masa lalu? Saya akui bahwa Cinta dilarang karena peperangan masa lalu masih terjadi di kampung halaman saya yaitu Flores Timur.

Pada masa lalu, daerah Flores Timur merupakan daerah yang penuh konflik sehingga raja pun lebih sering berada di dalam istananya karena rawannya situasi saat itu. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya peperangan antar kampung atau suku, entah karena sengketa tanah, cinta, harga diri, dan faktor-faktor lainnya. Peperangan sering terjadi dengan praktek bumi hangus karena kampung yang diserang biasanya akan dibakar. Pohon atau tanaman penduduk setempat pun akan dibabat habis, begitu juga dengan hewan-hewan ternaknya. Hal ini menyebabkan banyak kampung yang dibangun di lereng gunung atau bukit-bukit sebagai pertahanan alami. Ketika Belanda mengokohkan kekuasaan pada abad ke 20 barulah kampung-kampung tersebut dipindahkan ke dataran rendah atau lebih dekat dengan akses jalan sehingga lebih mudah dikontrol.

Tentu saja peperangan bumi hangus ini meninggalkan kesengsaraan bagi korban karena harus membangun kampungnya yang telah hancur atau pindah ke daerah lain yang lebih aman. Kepiluan ini pun meninggalkan sumpah serapah bagi kampung atau suku yang menyerang sehingga menjadi aturan internal bahkan berkembang menjadi mitos yang diwariskan secara turun temurun. Salah satu aturan atau mitos tersebut adalah dilarang menikah dengan gadis atau perjaka dari kampung atau suku tersebut. Hal ini masih berlaku hingga sekarang meski peperangan tersebut sudah terjadi sejak abad ke 18 atau 19. Tidak ada aturan tertulis tetapi biasanya orang tua segera melarang anaknya jika diketahui pacar sang anak berasal dari kampung atau suku yang dulu menyerang kampung mereka.

Perlu diketahui bahwa saat ini relasi antara suku yang berperang berjalan dengan baik karena tidak ada dendam yang tersisa, namun mitos yang melekat tidak merestui cinta antara kedua insan. Jika hal ini dilanggar maka berbagai malapetakan akan menimpa keluarganya karena tidak direstui oleh nenek moyang yang membuat sumpah tersebut. Sungguh dilematis, ibarat makan buah simalakama karena terkadang masalah hati susah untuk dilarang. Ketakutan akan kebenaran mitos tersebut masih dipercayai meski warga setempat merupakan pemeluk agama yang saleh.

Meskiterkesan aneh, namun Cinta dilarang karena peperangan masa lalu sudah menjadi bagian dari budaya kita, khususnya sebagian masyarat Flores Timur. Cinta memang unik karena terasa dunia hanya miliki berdua, namun jangan lupa di mana kaki kita berpijak. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun