Mohon tunggu...
Yohanes Apriano Dawan Fernandez
Yohanes Apriano Dawan Fernandez Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang putra daerah yang saat ini menetap di kota industri yang hirup pikuk. Terkadang hal kecil menjadi inspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sensasi Perjalanan Dengan Kapal Laut

18 Februari 2012   22:25 Diperbarui: 4 April 2017   16:36 21370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KMP Sirimau (Ilustrasi/www.amadeuz.org)

Maraknya kecelakaan pesawat terbang beberapa tahun terakhir dan tertangkapnya pilot "nyabu" saat ini membuat saya merasa ngeri, namun untung saja saya jarang berpergian apalagi naik pesawat. Jujur saja frekuensi penerbangan saya --sebagai penumpang, bukan pilot-- tidak lebih dari sepuluh kali. Itupun hanya penerbangan lokal --saya tidak pernah ke luar negeri, hanya Timor Leste sebelum merdeka-- dan seringnya menggunakan pesawat merpati jenis Fokker atau Casa yang banyak menjangkau daerah Indonesia Timur.

Transportasi udara memiliki keunggulan dari segi waktu karena jarak tempuhnya jauh lebih cepat daripada transportasi laut dan darat. Bagi yang memiliki mobilitas tinggi dan jika perjalanan ini merupakan bagian dari pekerjaan dengan waktu yang padat maka satu-satunya tranportasi yang dipilih adalah pesawat terbang. Apalagi akhir-akhir ini kecelakaan bus makin sering terjadi sehingga kepercayaan masyarakat terhadap transportasi darat semakin menurun, namun jika anda memiliki waktu yang panjang untuk berlibur maka tidak ada salahnya menikmati perjalanan dengan menggunakan kapal laut.

Dibandingkan pesawat terbang, saya lebih sering menggunakan kapal laut karena kampung halaman saya merupakan sebuah propinsi kepulauan sehingga banyak kapal feri yang menghubungkan antara pulau yang satu dengan pulau yang lain. Semasa balita hingga SMA saya sering menggunakan transportasi ini yang rata-rata perjalanannya menghabiskan waktu satu malam. Ada beberapa perjalanan yang menghabiskan waktu lebih dari satu hari tergantung letak tujuannya.

Kapal laut masih saya gunakan ketika lulus SMA dan melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. Saat itu saya menumpang kapal penumpang Sirimau miliki PT. Pelni dengan tujuan pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Perjalanan ini membutuhkan waktu 3 hari 2 malam dan menyinggahi beberapa pelabuhan terlebih dahulu. Saya berangkat dari Pelabuhan Kota Larantuka Flores Timur menuju ke Pelabuhan Soekarno-Hatta Makasar dan dilanjutkan ke Pelabuhan Batu Licin Kotabaru, Kalimantan Selatan kemudian menyeberangi Laut Jawa menuju Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Dari Semarang kapal ini akan melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan lanjut lagi ke arah Batam, kepulauan Riau. Total perjalanan dari pelabuhan pertama hingga terakhir mungkin menghabiskan waktu satu minggu.

Suasana Kapal

Suasana kapal ini tentu berbeda dengan pesawat terbang yang lebih tertata rapi dan penumpang yang lebih sedikit. Kapal-kapal penumpang Pelni kebanyakan buatan Jerman --bisa juga mengunakan kapal Ro-Ro tergantung anda-- dengan kapasitas bisa mencapai 1000 orang dalam tiga kelas berbeda yaitu kelas IA, IIB dan kelas ekonomi. Biasanya kelas ekonomi kapasitasnya 90 % dari total kapasitas kapal karena penumpang kapal kebanyakan masyarakat kelas menengah ke bawah. Bagi anda yang suka bersosialisasi maka kelas ekonomi adalah pilihan yang tepat karena anda bisa mengenal banyak orang dengan latar belakang yang berbeda-beda. Kadang-kadang anda bisa menemukan teman baru atau pacar --bagi yang masih jomblo-- di kelas ini. Teman-teman saya semasa kuliah sering menjadikan kapal sebagai ajang mencari pacar walaupun cuma di laut, namun ada yang berlanjut hingga di darat.

13295903371905817080
13295903371905817080
Suasana di salah datu dek Kelas Ekonomi KMP Sirimau. Bermain kartu menjadi salah satu hiburan

Semua penumpang akan mendapatkan jatah makan 2 kali sehari (siang dan malam), namun usaha untuk mendapatkan makanan cukup susah karena harus bergabung dalam antrian yang cukup panjang. Biasanya jika penumpang terdiri dari rombongan maka satu atau dua orang yang antri sambil membawa tiket anggota rombongan yang lain. Petugas akan memberi tanda pada tiket agar tidak ada yang mendapat jatah lebih dari sekali. Sayangnya karena kelas ekonomi maka menu dan kebersihan makanan kurang diperhatikan sehingga penumpang sering kali kecewa.

Tempat makanan biasanya berupa styrofoam atau plat yang memiliki pembatas untuk nasi, sayur dan lauk berupa ikan atau daging. Porsi nasi cukup banyak namun lauk atau sayur kadang-kadang --jika lagi apes-- kebagian sedikit sehingga cepat habis padahal nasi masih banyak. Keadaan sekarang mungkin sudah berbeda, namun pengalaman terakhir tahunn 2007 untuk kelas ekonomi masih seperti itu. Biasanya kelas ekonomi memang seperti itu dan terjadi pada moda transportasi manapun. Meskipun begitu, penumpang di kelas ekonomi tidak akan merasa kesepian karena anda bisa bernyanyi sambil bermain gitar, bermain kartu atau sekedar bersenda gurau dengan penumpang lainnya.

Bagi anda yang tidak terlalu suka dengan keramaian dan ingin lebih privasi maka anda dapat memesan tiket untuk kelas IIB atau IA.  Kelas-kelas ini berupa kamar yang berkapasitas 2-4 orang. Penumpang kelas ini memiliki tempat tidur sendiri --ada yang berupa tempat tidur tingkat-- dan jika waktu makan tiba maka petugas akan menghampiri kamar anda untuk memberitahukan. Biasanya penumpang kelas ini akan menikmati makanan di restoran dan tiap keluarga menempati mejanya masing-masing dengan menu yang enak-enak. Terkadang ada penyanyi yang menemani anda, entah menggunakan organ tunggal atau band.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun