Mohon tunggu...
Yohana Manalu
Yohana Manalu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

AS Pilih Tinggalkan INF, Kepentingan Nasional atau Perlombaan Senjata?

28 September 2024   01:52 Diperbarui: 28 September 2024   02:53 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Keluarnya Amerika Serikat dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) pada 2 Agustus 2019 mengguncang dunia, menandai langkah signifikan dalam dinamika keamanan internasional. Langkah ini diambil setelah Rusia dituduh melanggar perjanjian dengan mengembangkan sistem misil yang dianggap melanggar ketentuan INF. 

Intermediate-range nuclear (INF) atau perjanjian kekuatan nuklir jarak menengah sendiri merupakan sebuah kesepakatan yang ditandatangani pada era Perang Dingin untuk mengurangi risiko konflik nuklir di Eropa. Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS saat itu, menegaskan bahwa negara tidak dapat terikat pada perjanjian yang dilanggar oleh pihak lain, dan ketidakpatuhan Rusia dianggap sebagai ancaman langsung bagi kepentingan nasional Amerika Serikat dan sekutunya.

Presiden Donald Trump juga menyatakan harapannya untuk merancang perjanjian baru yang dapat menggantikan INF, menunjukkan keinginan AS untuk tetap berperan aktif dalam arsitektur keamanan global sambil melindungi kepentingan nasionalnya. Dalam konteks ini, keputusan untuk keluar dari INF tidak hanya mencerminkan ketidakpuasan terhadap pelanggaran Rusia, tetapi juga merupakan bagian dari strategi yang lebih besar untuk memastikan dominasi AS dalam pengembangan dan penerapan teknologi militer.

Analisis fenomena ini dapat dilakukan melalui lensa teori realisme dalam hubungan internasional. Teori ini menekankan bahwa negara bertindak berdasarkan kepentingan nasional dan kekuasaan, sering kali dalam konteks anarki internasional di mana tidak ada otoritas global yang dapat menegakkan peraturan. Dalam pandangan realis, keputusan AS untuk keluar dari INF mencerminkan asumsi bahwa perjanjian tersebut membatasi kemampuan negara untuk mempertahankan dan memperkuat posisinya di panggung global. Dengan menganggap bahwa kekuatan militer adalah faktor utama dalam menjaga keamanan, AS berupaya untuk menghapus batasan yang dapat melemahkan posisinya.

Keluarnya AS dari INF juga memiliki implikasi besar bagi arsitektur keamanan global dan berpotensi memicu perlombaan senjata yang baru. Dengan mengakhiri keterikatan pada perjanjian tersebut, AS membuka jalan bagi pengembangan dan pengerahan rudal jarak menengah yang sebelumnya dilarang, yang dapat meningkatkan ketegangan dengan negara-negara lain dan memicu respons serupa. Ketiadaan perjanjian seperti INF berpotensi membuat kontrol senjata menjadi lebih sulit, meningkatkan risiko kesalahpahaman dan konflik yang dapat mengarah pada eskalasi militer.

Dalam perspektif realisme, tindakan AS dapat dipahami sebagai suatu bentuk respons terhadap lingkungan strategis yang berubah dan ancaman yang dirasakan. Keterlibatan AS dan negara lain dalam pengembangan teknologi militer terbaru, termasuk rudal hipersonik dan sistem pertahanan canggih, menunjukkan bahwa dunia mungkin memasuki era baru di mana negara-negara berusaha untuk memperkuat posisi mereka melalui inovasi militer. Ini dapat menciptakan ketidakstabilan di arena internasional dan mengubah lanskap keamanan global secara signifikan, di mana perlombaan senjata tidak hanya melibatkan jumlah tetapi juga kualitas dan jenis teknologi yang digunakan.

Secara keseluruhan, keputusan AS untuk keluar dari Perjanjian INF tidak hanya merupakan langkah strategis yang berdampak pada kebijakan keamanan nasional, tetapi juga berpotensi membentuk kembali hubungan internasional di masa depan, dengan meningkatkan risiko konflik dan memperburuk ketegangan antara kekuatan-kekuatan besar di dunia.

Analisis teori realisme dalam hal ini menjelaskan bahwasanya keputusan yang diambil oleh Amerika Serikat mencerminkan pandangan bahwa dalam sistem internasional yang anarkis, negara akan mengejar kepentingan nasionalnya dengan cara yang agresif. Hal ini sejalan pula dengan teori realisme yang menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk yang egois yang hanya akan mementingkan dirinya sendiri tanpa mau mempertimbangkan orang lain.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun