Raja Ampat adalah kepulauan di Papua Barat yang memiliki keindahan alam sangat memukau dan sangat terkenal oleh pemandangan keindahan biota lautnya. Memiliki sekiranya 1.700 pulau, 540 jenis karang, 1.511 spesies ikan, serta 700 jenis moluska, serta menurut laporan The Nature Conservancy dan Conservation International, ada sekitar 75% spesies laut dunia tinggal di pulau yang menakjubkan ini. Oleh karena banyak wisatawan yang datang ke Raja Ampat untuk diving.
Kini fakta keindahan alam Raja Ampat kini telah disadari oleh masyarakat luas, baik di dalam negeri mapun di luar negeri. Hal ini tebukti dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung selama 5 tahun terakhir. Menurut data Dinas Budaya dan Pariwisata Raja Ampat dalam metrosuryanews.com tercatat, tahun 2008 jumlah wisatawan sekitar 2 ribu orang dan mengalami peningkatan sebanyak 3.855 orang di tahun 2010, tahun 201 jumlah ini terus bertambah sebanyak 6 ribu orang. Berdasarkan banyaknya jumlah penjualan PIN (tarif masuk wisata) pertahun, tahun 2013 wisawatan Raja Ampat mencapai 11.137 pengunjung. Ini menunjukkan bahwa alam Raja Ampat semakin hari semakin memikat untuk memanjakan mata.
Tak cukup sampai disitu, untuk lebih meningkatkan jumlah wisatawan maka diselenggarakannya Sail Raja Ampat 2014. Event ini merupakan event internasional tahunan yang memformulasikan kegiatan pelayaran di wilayah laut dan aktivitas lainnya yang berbasis kelautan dengan sektor pariwisata bahari. Sail Raja Ampat selain diikuti negara Indonesia, juga diikuti negara Malaysia, Australia, Belanda, Thailand, Philipina, AS, dan beberapa negara lain.
Namun, pesatnya perkembangan wisatawan Raja Ampat belum disambut baik oleh Gubernur Papua Barat, Abraham Oktavianus Atururi. Menurutnya banyaknya wisatawan yang datang ke Raja Ampat tidak mempengaruhi ekonomi warga setempat . Seperti yang dilansir republika.co.id pada Minggu, 24 Agustus 2014, 14:12 WIB, Abraham menyatakan daya tarik wisata di Raja Ampat belum mampu menarik pemenuhan kebutuhan karena kebutuhan masih dipasok dari luar provinsi. Sejauh ini wisata di Raja Ampat juga masih dipelopori oleh orang asing, fasilitas wisata Raja Ampat dimiliki warga asing dan pengusaha luar daerah.
Abraham juga menyatakan pengembangan daya tarik wisata bukan berorientasi pada wisata massal tetapi kualitas daya tarik alam yang terjaga, sehingga sangat diharapkan bila wisatawan mendukung upaya kelestarian lingkungan Raja Ampat. Destinasi wisata Raja Ampat saat ini masih menjadi daerah bahari yang tertinggal. Oleh karena itu, Ia berharap event yang memiliki tema ”Membangun Bahari, Menuju Raja Ampat ke Pentas Wisata Dunia“ dapat merombak daya tarik wisata bahari Raja Ampat yang tertinggal ke pentas dunia.
Menyadari fakta yang diberikan gubernur Papua Barat, sangat miris memang ketika sebagian besar orang melihat kemajuan pesat wisatawan Raja Ampat yang dikiranya memberikan dampak ekonomi bagi warga setempat ternyata tak terealisasikan. Kebutuhan warga yang masih dipasok dari luar provinsi mengharuskan biaya transportasi yang mahal serta fasilitas wisata yang dikuasai asing, memaksa warga setempat hanya menikmati euforia banyaknya wisatawan yang datang.
Dengan adanya Sail Raja Ampat yang diselenggarakan pemerintah menjadi salah satu langkah yang baik untuk memajukan pariwisata Raja Ampat. Tetapi tugas pemerintah tak cukup sampai disitu, pengadaan transportasi pesawat di Papua sangat diperlukan untuk ditunjang pemerintah, sehingga pemasokan kebutuhan masyarakat tak lagi terbebani masalah transportasi yang mahal. Serta diperlukan kebijakan pemerintah untuk mengatur pengadaan fasilitas wisata di Raja Ampat yang dikuasai warga negara asing dan pengusaha di luar daerah agar keuntungan dari peningkatan wisatawan Raja Ampat tidak menjadi salah target. Warga Papua khususnya warga setempat Raja Ampat yang harusnya lebih mendominasi menikmati hasil wisata secara ekonomi bukan warga asing atau pengusaha. Karena alam Papua adalah milik warga Papua bukan milik warga negara asing maupun pengusaha luar daerah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!