Kemacetan di Jakarta masih terus berlangsung dari hari ke hari. Segala upaya dikerahkan pemerintah privinsi DKI Jakarta untuk mengurangi kemacetan, mulai dari pengadaan busway hingga sistem jalan berbayar atau Electronic Road Pricing (ERP). Namun saat ini usaha tersebut belum memberikan dampak yang signifikan terhadap pengurangan kemacetan Jakarta. Lebih lagi setelah adanya mobil murah dan ramah lingkungan atau yang dikenal dengan Low Cost Green Car (LGCG) sejak 2013 lalu berkontribusi menambah macetnya kota Jakarta.
Mengintip keberhasilan negara tetangga dalam menangani masalah transportasi seperti Malaysia dan Singapore yang memiliki MRT, maka Indonesia pun memiliki proyek pembuatan MRT untuk mengurangi kemacetan Jakarta secara signifikan. MRT atau Mass Rapid Transit adalah angkutan yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat. Secara fisik bentuk MRT Jakarta yang sedang dalam proses pembangunan adalah jenis Heavy Rail Transit yang memiliki kapasitas besar seperti kereta Jabodetabek yang ada saat ini.
Dilansir dari jakartamrt.com , saat ini pertumbuhan jalan di Jakarta kurang dari 1 persen per tahun dan setiap hari setidaknya ada 1000 lebih kendaraan bermotor baru turun ke jalan di Jakarta (Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta). Studi Japan International Corporation Agency (JICA) 2004 menyatakan bahwa bila tidak dilakukan perbaikan pada sistem transportasi, diperkirakan lalu lintas Jakarta akan macet total pada 2020 (Study on Integrated Transportation Master Plan (SITRAMP II). Kemacetan Jakart juga menyebabkan kerugian ekonomi, berdasarkan hasil penelitian Yayasan Pelangi pada 2005 ditaksir Rp 12,8 triliun/tahun yang meliputi nilai waktu, biaya bahan bakar dan biaya kesehatan. Melihat hal ini, sudah pasti MRT dibutuhkan untuk menangani kemacetan Jakarta.
Hingga saat ini proyek MRT masih berlangsung dan ditargetkan selesai pada tahun 2018. Untuk Proyek ini dialokasikan dana sebesar Rp40 triliun yang sebagian pendanaannya berasal dari APBN serta dana hibah dari dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Melihat dibutuhkannya MRT serta pendanaan yang tak murah, kiranya proyek ini boleh dikerjakan secara serius dan transparansi oleh pemerintah dan kita sebagai warga negara terus memantau jalannya proyek ini sehingga tidak ada penyelewengan dalam pengerjaan proyek.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H