Nasib petani Indonesia saat ini seperti hidup segan matipun tak mau, 60 tahun yang lalu pada saat peletakan batu pertama Fakultas Pertanian Universitas Indonesia yang sekarang menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pada saat itu presiden Ir.Soekarno mengatakan dalam sebuah pidatonya bahwa masalah besar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah bagaimana caranya memberi makan penduduk Indonesia yang kita ketahui sangat banyak, hal ini di tulis dalam buku “ Antara Hidup dan Mati” dan di dalam buku tersebut membahas soal pangan dan juga masa depan bangsa Indonesia.
Disaat ini, ditengah pandemi Covid-19, sektor pertanian masih tumbuh sebesar 16,4 % akan tetapi, pertumbuhan sektor pertanian tersebut berbanding terbalik dengan kondisi para petani di Indonesia.
Salah satu starup pertanian yaitu CROWDE memberikan penjelasan ketika mereka melakukan kunjungan dengan para mitra petani bahwa banyak masyarakat yang protes karena harga pangan yang terus- menerus naik-turun.
Tetapi, petanilah yang justru lebih menderita karena, para petani terpaksa menjual hasil panennya dengan harga jual yang lebih rendah dari biasanya, berarti keuntungan yang diperoleh petani semakin berkurang itu artinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya para petani masih kurang mampu atau bahkan pas-pasan, lalu bagaimana mereka dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat jika modal untuk menanaman produk pertanian saja mereka kurang? atau bahkan belum mendapatkan bantuan dari pemerintah baik itu berupa bibit ataupun pupuk.
Jangan menyalahkan para petani jika kualitas panen mereka belum maksimal, hal itu dapat terjadi karena terbatasnya akses mobilisasi dengan adanya sejumlah peraturan pemerintah yang membuat para petani kesulitan memasarkan hasil panen mereka ke daerah-daerah lain. Sehingga, para petani hanya memasarkan hasil panen mereka ke pasar lokal sajas, hal ini mengakibatkan fluktuasi harga pangan yang semakin parah.
Alasan lain mengapa hasil panen para petani Indonesia kurang maksimal adalah para petani kesulitan untuk membeli obat-obatan untuk hama dan penyakit tanaman lainnya secara tepat waktu.
Para petani terus di minta kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, yang dimana kondisi para petani tidak diuntungkan melainkan mengalami kerugian, harga bahan-bahan pangan yang tidak stabil, akses petani untuk mendistribusikan hasil panennya terbatas, dan yang terparah adalah daya beli masyarakat yang mulai menurun akibat pandemi Covid-19, hal inilah yang membuat nasib para petani di ujung tanduk.
Jika dilihat dari data BPS mayoritas kelompok rumah tangga miskin menurut sumber penghasilan utama bermata pencaharian bertani yaitu sebesar 43,6%, tingkat kemiskinan ini masih terpusat di daerah pedesaan karena, mayoritas petani tinggal di pedesaan.
Di tengah rendahnya nilai tukar petani adalagi yang lebih parah yaitu turunnya harga jual panen membuat para petani menjerit karena mengalami kerugian,pemerintah setempat perlu menjaga stabilitas harga supaya ketika persediaan panen melimpah namun harganya tetap stabil sehingga petanipun mendapatkan keuntungan dan daya beli masyarakat tidak berkurang.
Ada beberapa hal yangperlu diperhatikan oleh pemerintah adalah menjaga harga jual/beli produk pertanian terutama ketika musim panen dan kebijakan untuk mengendalikan inflasi yang masih sering terjadi. karena para petanilah yang menyediakan kebutuan pangan Indonesia, jika kesejahteraan petani kita tidak ditingkatkan maka para petani akan meninggalkan pekerjaan mereka dan kita akan terpuruk karena ketahanan pangan akan lemah. Ir. Soekarno mengatakan " Pangan adalah pilar hidup matinya sebuah Bangsa ", jadi marilah kita mensejahterakan kehidupan para petani kita supaya ketahanan pangan kita terjaga