Mohon tunggu...
Yohana Nggawung
Yohana Nggawung Mohon Tunggu... -

Saya....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Karen dan Sullivan

29 Mei 2015   11:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:29 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Faktor utama pemebentuk kepribadian seseorang dapat dilihat dari gejala-gejala kejadian antar pribadi. Kepribadian seseorang nampak dari bagaimana dia berkomunikasi/ berintaraksi. Yang dapat dilihat adalah bagaimana prosesnya bukanlah struktur. Ada tiga proses menurut Harry Stack Sullivan:

üDinamisme: pola khas tingkahlaku yang menetap dan berulang terjadi yang menjadi khusus seseorang. Suatu kebiasaan bagaimana mereaksi orang lain, baik dalam bentuk perasaan, sikap, maupun tingkah laku terbuka.

üPersonifikasi: gambaran tentang orang lain atau pribadi sangat tergantung dari apa yang pernah dia alami. Suatu gambaran yang dibangun berdasarkan pengalaman yang menimbulkan kepuasan dan pengalaman.

üProses kognitif: proses/pengalaman kognitif manusia menurut Sullivan dapat dikelompokan menjadi tiga macam: pertama Prototaksis yaitu rangkaian pengalaman yang terpisah-pisah yang hanya berdasarkan pada pengalaman inderawi yang tidak utuh. Kedua parataksis: pada tahap ini manusia mengembangkan cara berpikir sebab akibat. Sudah terumuskan dalam logika/kausalitas. Ketiga Sintaksis: anak sudah dapat berpikir secara logis dan realistik menggunakan lambang-lambang yang diterima bersama khusnya bahasa bilangan. Anak sudah mampu berppikir simbolik.

Ahli lain seperti Karen melakukan kritik terhadap teori Freud. Karen tidak setuju dengan Feud karena kepribadian hanya ditentukan oleh kondisi biologis dan mekanistik. Contoh: pada masa fallic freud mengatakan bahwa prilaku wanita setelah masa fallic muncul penis anvy. Wanita mencintai dalam rangka menutupi organ tubuh yang kurang lengkap. Menurut Karen prilaku wanita atau kondisi psikis wanita bukan karena organ tubuh yang kurang lengkap tetapi karena wanita kurang percaya diri. Konkritnya padda kebanyakan kebudayaan wanita selalu menunggu untuk mengungkapkan isi hatinya. Dalam soal hubungan percintaan wanita cenderung dramatis dan emosional. Karen juga mengungkapkan agresif pada laki-laki karena hubungan rasa aman orangtua kurang terpenuhi. Anak merasa orangtua suka mengatur yang membuat anak melawan. Anak merasa bahwa dirinya sudah dewasa, anak merasa kurang aman karena merasa orangtua terlalu melindungi. Hubungan anak dan orangtua dan pola rasa aman menimbulkan kecemasan dasar. Untuk mengatasi kecemasan itu anak menjadi agresif. Karen merumuskan sepuluh kebutuhan yang dibangun oleh rasa kecemasan dasar:

oKebutuhan kasih sayang dan penerimaan, orang berharap dapat diterima baik orang lain sehingga berusaha bertingkah laku sesuai dengan harapan orang lain.

oKebutuhan mitra yang bersedia mengurusi hidup, kebutuhan ini mencakup penghargaan yang berlebihan terhadap cinta dan ketakutan akan kesepian dan diabaikan.

oKebutuhan membatasi kehidupan dalam ranah sempit, merendahkan kemampuan diri sendiri dan takut menyuruh orang lain.

oKebutuhan kekuasaan, keinginan berkuasa dan kepemilikan yang berujud sebagai kebutuhan mengontrol orang lain dan menolak perasaan lemah atao bodoh.

oKebutuhan mengeksploitasi orang lain, kecenderungan negatif memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri sendiri.

oKebutuhan pengakuan sosial/prestise, kebutuhan akan penghargaan dan berusaha untuk menjadi orang nomor satu atau menjadi pusat perhatian.

oKebutuhan menjadi pribadi yang dikagumi, ingin dikagumi secara terus menerus dengan penghargaan dan penerimaan dari orang lain.

oKebutuhan ambisi akan prestasi diri, ingin menjadi yang terbaik dan memaksa diri untuk semakin berprestasi sebagai akibat dari perasaan tidak aman. Ambisi yang tidak tercapai cenderung muncul perasaan cemas.

oKebutuhan otonomi dan independensi, memiliki keinginan yang kuat untuk mencukupi kebutuhan diri sendiri.

oKebutuhan kesempurnaan dan ketaatercelaan, melalui perjuangan yang tidak kenal lelah untuk menjadi sempurna, membuktikan harga diri dan superioritas pribadinya. Takut membuat kesalahan dan berusaha keras utnuk menyembunyikan kelemahannya dari orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun