Mohon tunggu...
YOGYANTORO
YOGYANTORO Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Penulis

Lahir di Trenggalek, 02 Mei 1985. Alumnus Universitas Negeri Malang, Malang, STKIP PGRI Tulungagung, Tulungagung dan Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Moderasi Beragama dari Tanah Rencong dalam Ruang-ruang Pendidikan sebagai Avant-Garde Pengikis Chauvinisme

19 Oktober 2021   22:13 Diperbarui: 19 Oktober 2021   22:32 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto 4. Aktif menjadi penulis dan narasumber untuk mewujudkan sekolah yang ramah anak dan menghargai keberagamanan (inklusif) sebagai bentuk upaya menumbuhkan moderasi beragama di sekolah. (Dokumen pribadi)

Masjid Raya Baiturrahman yang merupakan destinasi wisata heritage di Serambi Mekah menjadi ikon bersejarah sekaligus simbol peradaban yang tinggi. Banda Aceh tidak lahir mendadak tetapi telah matang dalam perjalanan dan perjuangannya.  

Menghadapi dinamika masyarakat saat ini baik secara sosial, ekonomi maupun budaya, pendidikan selain memperhatikan aspek mengajarkan ilmu pengetahuan juga harus mengagendakan skema spirit nasionalisme yang dapat menumbuhkan proses transformasi nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan yang universal secara natural. 

Bentuk pendidikan dengan menekankan interaksi dua arah maupun diskusi seperti konsep Halaqoh atau Majelis Ta'lim perlu dihidupkan kembali.

Bentuk pendidikan seperti ini telah diterapkan di Kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-14 M. Menurut Ibnu Batutah, seorang pengembara Berber Maroko, Pasai merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara dan tempat berkumpulnya ulama-ulama dari Negara-negara Islam. Eksistensi kerajaan Samudra Pasai sendiri bertahan selama 482 tahun. Sedangkan kerajaan lainnya seperti Kerajaan Darussalam selama 400 tahun. 

Sementara itu Kerajaan Islam Perlak yang pernah mendapat serangan dari kerajaan Sriwijaya pada tahun 986 M dan menduduki selama beberapa tahun tidak meninggalkan pengaruh yang signifikan dalam peradaban. Ini menunjukkan bahwa Aceh memiliki peradaban yang tangguh yakni peradaban Islam yang demikian berurat berakar dan mendarah daging.

Kerajaan Majapahit juga pernah melakukan penyerangan terhadap Pasai, namun tidak mampu bertahan menghadapi serangan balasan yang dilakukan oleh rakyat dan tentara Pasai dan akhirnya kembali ke tanah Jawa. Beberapa tawanan yang dibawa ke Majapahit  kemudian menjadi pembawa pengaruh Islam ke pulau Jawa Kekuatan militer orang muslim dipandang kuat dan tangguh dalam peperangan.  

Bahkan tokoh-tokoh Islam banyak yang memiliki ilmu pengobatan dan pandai menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Seorang Syaikh dari Pasai berhasil menyembuhkan sakit yang diderita Raja Patani yang kemudian masuk ke dalam agama Islam.  

Pernyataan masuk Islam seorang raja akan mempunyai nilai dalam proses Islamisasi. Aceh dengan bangunan peradaban Islamnya yang kokoh layak diperhitungkan dalam peta pemikiran Islam di Nusantara.

 Melalui  pendidikan dan pengajaran dari para tokoh-tokoh besar penyiar Islam di Aceh seperti Hamzah Fansuri, Syamsudin al-Sumatrani, Nurruddi Ar-Raniri dan Abdul Rauf al- Singkili peradaban Islam menemukan kejayaannya.  B

erkaca dari sejarah peradaban Islam di Aceh, pendidikan kita saat ini dapat menjadi lebih efektif jika mampu mengagendakan keragaman masyarakat Indonesia yang majemuk dalam menyemai nilai-nilai kebangsaan demi mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang penuh kedamaian.  Perlu adanya peninjauan ulang tujuan dan isi mata pelajaran PAI BP, PPKn dan IPS, misalnya.

 Dari aspek tujuan, pilihan kata yang digunakan harus mudah untuk diukur.  Sehingga sekolah dapat memberikan rapor sikap kepada peserta didiknya secara periodik. Sedangkan dari aspek isi, pelajaran PAI BP, PKn dan  IPS harus diagendakan sebagai pintu masuk perbaikan karakter kebangsaan siswa melalui Kompetensi Dasar (KD)-nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun