Mohon tunggu...
Yogo Aryo Jatmiko
Yogo Aryo Jatmiko Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Statistisi. Bekerja di BPS. Seorang Demografer dan hanya laki-laki biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencermati Hasil Survei Lembaga-lembaga Survei

2 November 2011   02:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:10 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir banyak sekali lembaga survei yang mendadak muncul, entah lantaran karena isu politik atau karena isu lainnya. Lembaga-lembaga survei ini sebenarnya patut dipertanyakan kredibilitasnya. Apakah memang benar lembaga-lembaga survei ini merupakan sebuah organisasi yang benar-benar independen ketika melakukan survei atau sebenarnya di “stir” oleh dorongan dan desakan pihak-pihak tertentu. Akan lebih bermakna sebenarnya jika hasil survei suatu lembaga survei bisa dipertanggungjawabkan secara moral dan ilmiah.

Kredibilitas dari segi apa? Banyak sebenarnya yang menentukan kredibilitas sebuah lembaga survei. Tapi disini saya hanya ingin mengemukakan sedikit opini saya saja tentang hal ini.

Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam membuat survei diperlukan perencanaan yang matang, kerangka sampel yang memadai, metodologi yang baik, dan pemilihan sampel yang tepat sasaran, sehingga hasil yang didapatkan akan memberikan keputusan dan kesimpulan yang “mendekati” kebenaran. Saya bilang “mendekati” kebenaran karena dalam ilmu statistik tidak ada yang 100 persen benar, tapi dalam membuat keputusan atas suatu penelitian berdasarkan hasil statistik pasti muncul yang namanya galat (error). Apa itu error? Dalam statistika dan matematika stokastik, error adalah sumber variasi data yang tidak dapat dimasukkan ke dalam model. Dalam literature statistika, error dikenal pula sebagai sesatan, pengotor, sisa, residu, atau noise (Sumber : Wikipedia). Error ini muncul bisa disebabkan dari kesalahan metode yang digunakan untuk pengambilan sampel (Sampling error) atau juga karena kesalahan petugas pencacah, jawaban responden yang “ngawur”, dan kesalahan lain yang bersifat non teknis (Non Sampling error).

[caption id="" align="alignleft" width="298" caption="Source : imbarwati"][/caption] Untuk itu, lembaga-lembaga survei yang melakukan survei-survei terkait masalah politik atau lainnya daripada hanya memaparkan hasil surveinya saja yang bisa mengakibatkan rakyat menjadi bingung, atau malahan merasa diarahkan ke salah satu sosok politik, sebaiknya juga memaparkan kerangka sampel yang digunakan, metodologi yang dipakai, dan berapa tingkat errornya atau kalau tidak keberatan memberitahukan siapa yang mendanai program survei tersebut. Kenapa hal ini menjadi penting? Karena ini sangat diperlukan khususnya untuk peneliti dan orang-orang yang tahu akan ilmu statistik, dengan memberikan  informasi tambahan ini rakyat kita juga akan menjadi tahu apakah hasil penelitian dan survei ini memang penting, kredibel dan berguna untuk bangsa ini sehingga mereka bisa memutuskan dengan bijak apakah pendapat yang dipaparkan lembaga-lembaga survei ini memang benar dan bisa diterima oleh akal sehat. Jadi, bijaklah dalam menerima sesuatu. Cermati, Pikirkan, dan Renungkan. Bangsa ini butuh orang-orang yang bijak dan benar. Salam (Statmate Solusindo)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun