SIKAP ASERTIF DAN TITIK LENGAH DI TENGAH PANDEMI
Oleh : Yogi Yugiyanta
 Kasus 1
"Tadi pagi saya niati memenuhi undangan ngriyung makan bersama. Tak enak hati bila tak memenuhi undangan kali ini karena sudah dua lebaran dalam kondisi pandemi, yang memang sebenarnya harus tetap patuhi protokol kesehatan. Sebenarnya juga terngiang peringatan tentang titik lengah di tengah pandemi. Namun ketidakenakan akhirnya saya tetap ikut ngriyung."
 Kasus 2
"Saat ngriyung tadi dengan agak 'pekewuh' saya tetap terus mengenakan masker dan upaya jaga jarak, hand sanitizer pun ready di saku. Namun kembali 'pekewuh' tak bisa menjaga jarak karena ada orang sepuh yang secara khusus memanggil saya untuk mendekat duduk di tikar bersamanya karena ada yang mau disampaikan. Sebelumnya memang saya dengan beberapa yang lain dalam posisi berdiri  menjaga jarak, sementara sebagian yang lain sedang duduk makan lesehan.Â
Dan kejadian berikutnya saya sungguh menyaksikan dan merasakan droplet itu mengenai tangan dan sangat mungkin banyak di baju saya. Saya sudah upaya sedikit memundurkan badan saya namun jarak masih sangat dekat berhadapan. Tidak enak untuk langsung mundur jaga jarak di tengah beliau bicara panjang. Pas ada jeda bicara, saya pura-pura menghampiri tetangga yang bergerombol dalam posisi berdiri, dan perlahan bergeser pulang, cuci tangan, wajah dan berganti pakaian.
Mungkin kita juga mengalami kejadian yang sama seperti dua contoh kasus tersebut di atas, meskipun mungkin sebagian dari kita tidak menghiraukannya. Namun ada hal yang pantas kita cermati yaitu rasa tidak enak atau pekewuh.
Mari kita lihat kembali judul tulisan ini : Sikap Asertif Dan Titik Lengah Di Tengah Pandemi. Selanjutnya apa relevansi antara rasa tidak enak/pekewuh dengan judul tulisan ini.
Tentang titik lengah sudah sering kita dapatkan pesan-pesannya di media sosial. Bahkan  Doni Monardo (Kepala BNPB) juga mengalami terpapar virus Covid 19 karena harus buka masker saat makan bersama di tengah inspeksi kejadian bencana. Titik lengah saat makan bersama.
Lalu apa yang dimaksud dengan sikap asertif ? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, asertif berarti tegas. Jadi apakah untuk pencegahan penyebaran virus covid 19 perlu sikap tegas dari kita ? Jawabannya adalah YA, meskipun salah satu metode untuk melatih ketrampilan agar mampu bersikap asertif adalah berani berkata TIDAK.
Dalam tulisan tentang Arti Sikap Asertif dan 5 Cara Mempelajarinya, dr. Meva Nareza menuliskan bahwa sikap asertif adalah salah satu keterampilan dalam berkomunikasi yang ditandai dengan kemampuan diri dalam berkomunikasi secara jujur, tegas, dan lugas, tetapi tetap mampu menghargai perasaan orang lain.
Masalahnya pada sebagian besar orang tidaklah mudah untuk bersikap asertif. Hal ini tak terlepas dari adat ketimuran kita yang menjadikan kita lebih sering untuk tidak enak atau pekewuh. Dalam konteks judul tulisan ini tentu saja sikap tidak enak/pekewuh sehingga tidak mampu bersikap asertif menjadi hambatan dalam upaya pencegahan penyebaran virus covid 19 di tengah pandemi saat ini. Maka dengan terus memahami situasi titik lengah dan mampu bersikap asertif di tengah pandemi diharapkan bisa menjadi salah satu upaya masif untuk terus mengkampanyekan kepatuhan terhadap protokol kesehatan.