Musthafa Umar Abdul Aziz atau yang terkenal dengan nama Tuan Guru Haji (TGH) Musthafa Umar, adalah seorang ulama kharismatik yang namanya masih harum hingga saat ini, khususnya di Lombok, pulau seribu masjid.Â
Beliau merupakan salah satu ulama nusantara yang turut andil dalam menyebarkan ajaran Islam melalui pendidikan karakter Islami.Â
Beliau adalah Guru Besar sekaligus pelopor berdirinya Pondok Pesantren Al-Aziziyah, salah satu pondok Pesantren terbesar sekaligus pondok tahfidz al-Qur’an pertama di Tenggara Barat (NTB).Â
Perjuangan dan pengorbanan beliau dalam menyebarkan kalam ilahi dan ilmu keislaman harus selalu dikenang dan diteladani untuk meneruskan semangat dakwah dan cinta Quraniyah dari generasi ke generasi. Untuk itu, penting bagi kita untuk mengetahui garis hidupnya, seluk beluk pendidikannya dan pengaruhnya sebagai seorang ulama terkemuka di Indonesia khususnya di Lombok. Berikut biografi singkat TGH Musthafa Umar Abdul Aziz.
Musthafa Umar lahir pada 31 Desember 1929 dan wafat pada 1 Mei 2014. Musthafa Umar yang sewaktu kecil biasa dipanggil Musthafa Kecil terlahir dari orang tua yang sederhana.Â
Meski hidup sederhana, semangat belajarnya sangat besar. Dibekali dasar-dasar pemahaman agama yang ditanamkan oleh ayahnya TGH Umar Abdul Aziz yang juga seorang tokoh agama setempat, tekad Musthafa untuk menuntut ilmu kian membara.Â
Dikatakan suatu ketika Musthafa Kecil pernah merasa iri pada teman-temannya yang mampu melanjutkan pendidikan ke Ma'had Darul Qur'an Wal Hadith (MDQWH) Nahdhatul Wathan, salah satu pondok pesantren terbesar di Lombok saat itu. Namun karena kondisi ekonomi, orang tuanya memintanya untuk mengurungkan niatnya untuk belajar di sana.Â
Meskipun begitu, kekangan orang tua dan desakan ekonomi tidak mampu melunturkan semangat Musthafa Kecil untuk belajar. Sehingga qodarullah, ia pun berhasil masuk ke Pesantren impiannya, yang saat itu berada di bawah naungan Maulana Syekh Tuan Guru Kyai Haji (TGKH) Muhammad Zainuddin Abdul Majid, seorang ulama besar di Lombok waktu itu.
Semasa Musthafa Umar menimba ilmu di Pesantren MDQWH Nahdhatul Wathan, ia belajar dengan penuh semangat dan ketekunan.Â
Dikatakan bahwa meskipun guru tidak datang ke kelas, ia selalu meluangkan waktu untuk mengulangi pelajaran yang telah dipelajarinya. Ia juga sangat cerdas dan tanggap dalam menerima pelajaran.Â