Mohon tunggu...
Yogi Pratama
Yogi Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas sebelas Maret

Writers,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Tanpa Ujian Nasional: Lebih Baik atau Justru Berisiko?

1 Januari 2025   15:55 Diperbarui: 1 Januari 2025   15:55 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://lpmalmizan.com/ujian-nasional-terkesan-tak-penting/

Ujian Nasional (UN) telah menjadi bagian integral dari pendidikan di Indonesia selama bertahun-tahun. Sebagai alat evaluasi berbasis standar nasional, UN dirancang untuk memastikan keseragaman kualitas pendidikan di seluruh negeri. Namun, di balik tujuan mulianya, UN sering kali menuai kritik. Banyak pihak menilai bahwa UN hanya memacu siswa untuk menghafal materi dan mengejar nilai tinggi, bukan untuk memahami konsep secara mendalam. Dampaknya, pembelajaran menjadi dangkal, penuh tekanan, dan sering kali tidak relevan dengan kehidupan nyata. Tidak heran jika keputusan pemerintah untuk menghapus UN pada tahun 2021 menuai perdebatan besar: apakah ini langkah maju untuk pendidikan Indonesia, atau justru menciptakan tantangan baru?  

Penghapusan UN didasari oleh harapan besar. Pemerintah ingin mengubah paradigma pendidikan yang selama ini berorientasi pada hasil menjadi lebih berfokus pada proses. Sebagai gantinya, diperkenalkan Asesmen Nasional yang mengukur literasi, numerasi, dan survei karakter. Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan tidak hanya memahami teori tetapi juga mampu berpikir kritis, memecahkan masalah, dan memiliki nilai-nilai karakter yang baik. Selain itu, penghapusan UN juga dimaksudkan untuk mengurangi tekanan yang selama ini membebani siswa, guru, dan orang tua. Kini, sekolah diberi kebebasan lebih besar untuk menyusun kurikulum dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.  

Namun, langkah ini juga menghadirkan tantangan besar. Ketiadaan UN sebagai standar evaluasi yang seragam menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya kesenjangan kualitas pendidikan antar daerah. Di wilayah-wilayah yang memiliki keterbatasan akses fasilitas pendidikan, penerapan asesmen baru ini masih menemui berbagai kendala. Selain itu, belum semua guru dan sekolah siap untuk beradaptasi dengan sistem baru yang menuntut kreativitas dan inovasi dalam proses belajar mengajar. Hal ini memunculkan pertanyaan: apakah sistem baru ini benar-benar bisa menggantikan UN dalam menciptakan pendidikan yang lebih baik?  

Lebih jauh lagi, penghapusan UN juga memaksa masyarakat untuk mendefinisikan ulang tujuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan tidak lagi sekadar diukur dari nilai ujian, tetapi dari kemampuan siswa dalam berpikir kritis, berkolaborasi, dan berkontribusi pada masyarakat. Namun, untuk mencapai tujuan ini, dibutuhkan kerja sama dari semua pihak, mulai dari pemerintah yang menyediakan kebijakan yang mendukung, guru yang berperan sebagai fasilitator pembelajaran, hingga orang tua yang turut mendampingi anak di rumah.  

Pada akhirnya, yang menjadi fokus utama bukanlah keberadaan atau ketiadaan Ujian Nasional, tetapi bagaimana pendidikan di Indonesia mampu membekali siswa dengan keterampilan dan nilai yang relevan untuk menghadapi tantangan global. Penghapusan UN adalah langkah awal yang baik, tetapi langkah ini harus diiringi dengan upaya nyata untuk memperbaiki infrastruktur pendidikan, meningkatkan kompetensi guru, dan menciptakan ekosistem pembelajaran yang inklusif. Hanya dengan demikian, pendidikan Indonesia benar-benar bisa menjadi lebih baik, tidak peduli ada atau tidak adanya Ujian Nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun