Mohon tunggu...
Yogi Pratama
Yogi Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas sebelas Maret

Writers,

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Pelan-Pelan: Seni Slow Living untuk Kehidupan yang Lebih Bermakna

15 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 15 Desember 2024   19:00 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://blog.koperasipropertree.id/slow-living/

Dalam dunia yang serba cepat ini, kita sering terjebak dalam rutinitas yang terasa mencekik. Jadwal yang padat, notifikasi yang tak pernah berhenti, dan tekanan untuk selalu produktif sering kali membuat kita lupa bagaimana caranya menikmati hidup. Di tengah hiruk-pikuk ini, *slow living* hadir sebagai angin segar yang mengajak kita untuk berhenti sejenak, merenung, dan menikmati setiap momen yang ada.  

*Slow living* bukan sekadar hidup dalam kecepatan rendah, melainkan sebuah filosofi untuk hidup dengan kesadaran penuh. Konsep ini mengajarkan kita untuk memprioritaskan hal-hal yang benar-benar berarti, daripada terus-menerus mengejar kesempurnaan yang tak berujung. Ini bukan tentang meninggalkan pekerjaan atau pindah ke tempat terpencil, melainkan menemukan cara untuk menyeimbangkan kesibukan dan ketenangan.  

Hidup dengan pendekatan ini memberi banyak manfaat, salah satunya adalah mengurangi stres. Dalam rutinitas yang terlalu sibuk, kita sering lupa memberi ruang bagi diri sendiri untuk bernapas. Dengan melambatkan langkah, kita bisa menemukan ketenangan yang hilang dan merasakan kelegaan di tengah tekanan hidup. Selain itu, *slow living* juga memberikan kesempatan untuk lebih menghargai hal-hal kecil, seperti menikmati secangkir teh di pagi hari atau berbincang santai dengan orang terdekat. Hidup terasa lebih bermakna ketika kita memfokuskan diri pada kualitas daripada kuantitas.  

Menariknya, melambat justru dapat meningkatkan kreativitas dan produktivitas. Dengan memberi waktu bagi otak untuk beristirahat, kita bisa mendapatkan ide-ide segar dan solusi yang tak terpikirkan sebelumnya. Alih-alih terjebak dalam rutinitas tanpa jeda, *slow living* memberikan ruang untuk berpikir lebih jernih dan berkreasi lebih baik.  

Mulailah dengan langkah kecil untuk mengadopsi gaya hidup ini. Matikan notifikasi saat tidak diperlukan, nikmati waktu makan tanpa tergesa-gesa, atau coba untuk lebih sering berjalan kaki dan mengamati sekitar. Dengan melambat, Anda tidak hanya memperbaiki kualitas hidup tetapi juga menemukan kembali makna dari setiap momen yang sering terlewatkan. Slow living bukan sekadar tren, tetapi sebuah cara untuk kembali ke esensi hidup yang sesungguhnya: menikmati perjalanan, bukan hanya mengejar tujuan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

5 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun